Search This Blog

12/07/2011

Sederhana dalam Cerita - Baduy Town Square

December 07, 2011
Aih rindunya mau jalan-jalan kayak waktu ke baduy itu tuuh bercapek capek ria.. 

Oiya gw belum pernah cerita disini ya tentang trip ke Baduy pada waktu itu yang ternyata dapat membuat beberapa orang terlena dalam buai asmara. eaa dangdudan 

Waktu itu tepatnya bulan Agustus tahun 2011 sebelum masehi (kalok gak sala(h)k), kami bersebelas yang rata-rata masih belum lulus kuliah nekat jalan-jalan minta doa sama sesepuh baduy demi menyelesaikan kuliah kami *eh


Cuma 3 hari 2 malem sih semedi di baduynya, gak lebih lama kan dari nyusun skripsi? (aduh gak jaman banget gue bahas skripsi dikala masa sulit itu sudah lewat). 

Sebelum berangkat kesana, gw dipetuahi macem-macem sama ortu gw, mulai dari "hati2 di kereta jangan nyopet", "disana jangan pisah dari rombongan", "jangan ngupil di tempat umum", "jangan kentut sembarangan", "jangan genit ngegodain orang baduy", "jangan lupa 5 perkara sebelum 5 perkara", "jangan ada dusta diantara kita", sampe "jangan buang sampah sembarangan". 

Dengan mengantongi beragam petuah yang meneguhkan hati itu, akhirnya gw berangkat juga ke Baduy bersama tim keduabelasan yang tidak punya pemain cadangan ini. Berikut adalah foto daripada personil-personil (dari kiri ke kanan: Jennifer, Alfonso, Vijay, Justin, Anjali, Asep, Esmeralda, Han Ji En, Camelia, Entong, Morgan, dan Antonio yang memotret):
Untuk mencapai Baduy yang terletak di Desa Ciboleger, Eropa Barat tersebut, kami menempuh perjalanan darat, laut, dan udara dengan menggunakan kendaraan seperti kereta api, getek, panser, dan tentu saja mobil ELF sebagai kendaraan terakhir untuk mencapai desa Ciboleger tersebut. 

Perjalanan cukup menyenangkan lhoo, apalagi saat di kereta, ada banyak suara-suara yang meramaikan suasana di dalam kereta yang berdesak-desakan, mulai dari, "..♫♪sudah mabuk minuman,♫ ditambah mabuk judi ♪", "Ayo salaknya dijual langsung tanpa perantara!", "mangganya cuma 10ribu", sampe "mangganya diobral cuma 8ribu", dan karena gak laku juga, "yak great sale! mangganya 5ribu ajaa ebo-eboo". 

Saya di pintu masuk daerah Baduy :o
Singkat cerita, akhirnya setelah menempuh perjalanan yang agak lumayan jauh, atas berkat rahmat Allah dan dengan didorong keinginan luhur, sampailah kami kepada saat yang berbahagia di baduy dengan selamat sejahtera. 
Eh tapi jangan seneng dulu, setelah menjemput sang guide, masih ada 2 kilo lagi jalan yang harus ditempuh dan jalanan yang satu ini tidak dapat dilalui oleh kendaraan jadi kami harus menempuhnya dengan menggunakan kaki kami masing-masing (yang bau ini)

♫♪♫♪ Perjalanan ini terasa sangat menyenangkan, sayang engkau tak jalan di sampingku kawan...dudududu ♫♪♫♪


Jalan yang lebay berliku dan banyak jurangnya itu akhirnya dapat kami lewati dengan baik dan benar hingga sampailah kami kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa ke depan pintu gerbang kemerdekaan kami yaitu tempat penginapan yang akan kami tiduri, mereka menyebut kawasan itu Gazebo (Ga zelas x ya boo). Kami menginap di baduy luar yang penduduknya masih agak gaol getoh, umpamanya ada BATOS (Baduy Town Square) disitu mungkinkah laris manis.
Perjalanan pertama ke penginapan
Suasananya damai dan menentramkan, mungkin karena hidup dikelilingi alam, rumahnya pun asli buatan alam, orangnya ramah-ramah mirip dengan orang Indonesia. Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa sunda, sehingga tim kesebelasan kami yang terbiasa berbahasa alay pun kadang suka tidak mengerti perkataan mereka, namun meski begitu kami tetap cemungudh menjalani hidup.

Udaranya adem, airnya bening, seger, tanahnya merah, daunnya hijau, yang susah cuma saat-saat dimana kami yang merasa diri kami wanita harus membersihkan diri kami dari hingar bingar kehidupan. Ya, saat ingin mandi disana agak bingung karena kamar mandi hanya satu dan itu pun tidak tertutup sempurna, dengan sugesti insting geer kalau-kalau ada yang ngintip, kami pun membagi waktu mandi menjadi 2 tahap untuk bergantian main tutup-tutupan. 

Seru kan? 

Kamar tempat kami menginap

Lebih seru lagi saat mandi di hari berikutnya, kami mandi di sungai walau tidak turun ke sawah untuk menggiring kerbau ke kandang. Airnya masih asli bening, sungai mengalir apa adanya oh indahnyaa membuat kami lupa diri dan mandi sampai kulit keriput hahaha *lebay 
Gak cuma mandi lhoo kami juga wudhu di sungai, ihh sejuknyaa subhanallah :D 

Saatnya solat maghrib berjamaah tim kesebelasan, alhamdulillah indahnya kebersamaan yaaa. Setelah selesai solat maghrib dan makan makanan keriting (baca: mie), gw baru sadar ada sesuatu yang tertinggal saat sedang melakukan ritual mandi atau wudhu tadi. Hmm semoga sih gak hanyut oleh arus sungai, tapi bukaaaan, bukan daleman. Kacamata gw ketinggalan di sungai. Hari yang sudah gelap namun harus pergi ke sungai mengambil kacamata yang tertinggal ituuu sesuatu, agak was was turun ke sungai di tengah pepohonan yang sudah gelap dan banyak angin namun taraaaaa kacamata gw masih setia menunggu di atas bebatuan sungai.

Malam semakin larut dan udara semakin dingin, kami perlahan memejamkan mata dan tertidur sementara para lelaki asik berisik bermain kartu ketawa ketiwi bagai kuntilanak membuat kami agak susah tidur walau akhirnya kami tidur juga.. 

Salah satu penampakan
..hingga keesokan harinya, yeaa kami akan menguji ketangguhan kaki dan stamina kami untuk menempuh jarak sekitar 9 kilometer untuk berkunjung ke baduy dalam. Dengan jalan yang lebih menantang, tepi jurang, jalan menanjak dan menurun yang lebih curam sehingga gw sempet beberapa kali kepeleset karena sendal jepit yang gw gunakan terbuat dari jelly :o

..dan.. alhamdulillah akhirnya kami semua sampai di baduy dalam. Mengadakan kunjungan sebentar, istirahat dan langsung melakukan perjalanan balik sampe baju gw basah, bukan karena kecebur got tapi karena terciprat air mata ikan duyung. ya kaleee 

gaya alfonso saat sedang menaiki bukit menuju baduy dalam
Ah pokoknya seru banget deh jalan-jalan ke baduy kali ini. Hingga akhirnya kami harus pulang ke Jakarta, ya sebagian tinggal di Jakarta sebagian di Tangerang Selatan, sebagian di Ethiopia, Ambon, dan Zimbabwe. 

Sebelum pulang ke alamnya masing-masing, kami berkumpul mengadakan syukuran kepulangan kami dari Baduy di rumah Camelia di Jakarta, syukuran berlangsung dengan khidmat dengan hidangan bakso yang bulat apa adanya, kemudian acara ditutup dengan bagi-bagi duit sisa jalan-jalan. Masing-masing kebagian 10 milyaran. Tapi sampai sekarang saya belum menerima door prize duit tersebut karena keburu dijemput orang yang suka ngaku-ngaku pacar gw. Tapi yaaa untung cuma 10 milyar jadi ga terlalu gw pikirin, uang segitu mah haha *mimisan* 
Bergaya sebelum pulang xD

Ada beberapa hal yang membekas dalam hati dan pikiran saya sepulang jalan-jalan dari Desa itu, bahwa masih ada beberapa orang yang tidak begitu mengejar dan cinta akan dunia, padahal mungkin mereka mampu untuk hidup 'lebih' dari keadaan mereka sekarang. Bahwa keserakahan tidak akan membawa pada kebaikan. Baduy mengajarkan kesederhanaan walaupun mereka mampu membuat orang lain menjadi kaya harta. Betapapun mereka mampu untuk itu, mereka lebih memilih untuk menjauhi hiruk pikuk perkotaan yang penuh keserakahan dengan hidup di dalam desa sederhana dan menjalani hidupnya dengan cara yang tidak jauh berbeda dengan kita, hanya saja mereka lebih sederhana. 

Satu hal yang masih sering terpikir oleh saya, ada sebagian orang yang dengan keras mengajak hidup penuh kesederhanaan seperti Rasulullah SAW, tapi jarang dari mereka yang benar-benar menerapkan kesederhanaan dalam hidup mereka.

Akhirnya saya pulang ke rumah saya dengan membawa banyak cucian kotor, eh, cerita :)