Search This Blog

9/19/2015

Tanashii Japanese Food by Gojek

September 19, 2015
Iya, ini pertama kalinya posting tentang kuliner. Kenapa? Tiba- tiba kepengen aja blog saya bahas juga mengenai apa yang sedang marak dibahas, yaitu makanan, suatu kebutuhan pokok yang saking pokoknya, membuat manusia bisa mati kalau tidak bisa memakan makanan. Okelah intinya mah biar kekinian lah.


Ini berawal dari saya yang banyak kegiatan sehingga menjadi lapar, menyebabkan jadi ingin makan tapi malas keluar kamar kosan. Apalah saya ini kalau untuk makan saja malas begini, bisa- bisa saya jadi kurus kering karena kurang gizi.

Tiba- tiba saya teringat dengan gojek, tau kan? Gojek itu lho ojek online yang ada aplikasinya di smartphone android, suatu inovasi yang menurut saya luar biasa karena mekanismenya yang mudah dan murah. Iya deh, kalo kata kamu mah, efektif dan efisien.

Akhirnya saya coba untuk pesan makanan lewat gojek, sayangnya cuma bisa pesan di satu merchant, seandainya aja bisa pesan di dua merchant yang terdapat di satu mall, kan enak jadinya bisa pesen makanan dan minuman sekaligus. Sehingga itulah salah satu hal yang membuat gojek jadi kurang efektif dan efisien. Salah duanya adalah, ada beberapa merchant yang belum terdaftar di aplikasi gojek tersebut, waktu saya search juga dia gak muncul, jadi terpaksa saya harus memilih hanya merchant yang sudah tersedia di dalam list. Ada juga salah tiganya, yaitu untuk pesan makanan, gojek gak mau dibayar pake gojek credit, dia maunya cash. Gak tau deh kenapa, padahal gojek credit saya masih banyak.


Sengaja saya pilih menu makanan di merchant yang belum pernah saya coba makanannya. Lumayan lama saya milih, akhirnya ketemu juga deh, saya pesan sushi di Tanashii Japanesse Food yang ada di Trans Studio Mall (TSM). Saya pesan dua porsi menu yaitu Salmon Mentai dan Salmon Maki dengan harga masing- masing 25rb. Lumayan mahal dengan porsi yang kecil, tapi semoga dapat gizi berlimpah dari ikan salmonnya. Jadi total uang yang harus saya keluarkan adalah 60rb sudah ditambah ongkir gojek sebesar 10rb.

Lumayan lama nyampenya, karena kemudian saya tahu bahwa ternyata merchant Tanashii ini ada di Straits Kitchen di TSM yang untuk bisa belanja disitu, kita harus menggunakan kartu, ya kamu taulah kartu itu sebut saja kupon makan yang harus dideposit dulu. Jadi saya berkesimpulan mungkin Mamang Gojeknya sempet bingung, mungkin kemudian dia bertanya untuk lalu dibuatkan kartu makan itu dulu, jadi aja lama.

Oke, akhirnya sampe juga makanannya. Duh, ternyata Tanashii pake packaging yang biasa banget menyebabkan makanan jadi berantakan pas udah sampe ke saya. Seperti yang telah dipesan, porsi Salmon Makinya yang mini berisi 8 buah, sedangkan Mentai hanya berisi 2 buah hanya saja ukurannya lebih maxi.

Untuk rasa Sushi dari Tanashii Japanesse Food ini, cukup enak. Kenapa cukup? Karena sausnya keasinan, tapi overall lumayan lah ya, enak. Khususnya untuk Salmon Mentai-nya, baik Salmon maupun nasinya itu kerasa sedikit aroma panggangannya. Oh iya, hati- hati karena aneh, saya dapati salmonnya itu ada yang masih terdapat tulang ikannya, cuma satu dan kecil sih, tapi kan tetep aja bahaya kalo keselek. Walaupun ya saya yakin gak akan semuanya mengalami ini, tapi berhati- hati saja lah ya.

Baiklah segitu aja review nya tentang kuliner hari ini. Semoga bermanfaat.

Terimakasih Gojek dan Tanashii telah mengenyangkan saya dan memberikan saya makanan yang bergizi.

9/17/2015

DE RENUNGANTE LA MOLENTE

September 17, 2015
Aku ini ngapain sih? Cuma suka nulis, tidak perlu terlalu serius untuk mencerna tulisanku ini, pun jangan terlalu direnungkan mengenai apa yang kutulis. Memang sebagian besar adalah kisah nyata, sebagian lagi hanya fiksi belaka. Aku memang lebih banyak menceritakan kisah nyata karena nyatanya aku tidak sempurna, seperti halnya dirimu, banyak khilaf banyak lupa tapi semoga juga banyak uang.

9/11/2015

Kecoa Sembahyang

September 11, 2015
Bayangin dong seandainya kamu adalah orang yang lemah iman seperti aku, yang solatnya belum bisa betul- betul khusyuk, kemudian pada waktu kamu akan melakukan sujud akhir, ada kecoa yang berjalan di atas tempat sujudmu dan itu tepat dilakukan si kecoa saat kamu bergerak ingin sujud. 


Sudahkah kamu membayangkannya? Bahwasanya pada saat itu yang aku lakukan adalah menunggu hingga kecoa itu pergi. Kemudian benar dia pergi, begitu juga dengan usahaku untuk meng-khusyu'-kan solatku.

Awalnya aku berniat untuk segera mengaji setelah solat, haruskah aku memberitai kepada kamu bahwasanya aku melakukan itu setiap selesai solat maghrib? Aku rasa tidak perlu karena kata Haji Pidi Baiq, itu adalah riya'.

Iya, aku tidak mengaji kala itu karena setelah selesai solat aku langsung bergegas membereskan alat solat untuk segera mengejar kecoa itu dan menghabisinya. Tapi cara menghabisinya bukan dengan cara dimakan, bukan, yaitu dengan menyemprotkan racun serangga yang merk-nya tidak bisa aku sebutkan karena itu diawali dengan huruf b, diakhiri dengan huruf n, dan ditengahnya kira- kira ada 4 huruf yaitu a,y,g, dan o.

Aku semprot racun itu sampai si kecoa bergerak keluar dari persembunyiannya untuk kemudian aku semprotkan racun lagi tepat ke wajahnya dengan membabi buta hingga dia pun kelojotan bergerak cepat berlari berusaha mencari jalan keluar. Akhirnya aku bantu si kecoa untuk menemukan jalan keluar dengan langsung membawanya ke tempat peristirahatan terakhirnya, yaitu tempat sampah yang kemudian menimbulkan bunyi krasak krusuk karena si kecoa masih sekarat karena malaikat belum juga mencabut nyawanya.


Setelah itu aku tidak senang karena aku menang. Kenapa tidak senang? Karena itu mudah ketika aku harus berperang melawan kecoa, karena aku sering melakukannya, karena kecoa itu kan hewan yang tentu saja bukan tandinganku yang notabene adalah seorang yang kamu sebut manusia, karena iya kecoa itu kan kecil sedangkan aku ini bagai raksasa untuk mereka, jadi ini tidak sulit untuk bisa mempertahankan tempatku agar tidak menjadi sarang mereka.

Kemudian aku bertanya, apakah aku berdosa telah membunuh kecoa yang mana hal ini begitu sering aku lakukan, yang kalo diitung kira- kira jumlah kecoa yang aku bunuh mungkin saja sudah mencapai ribuan, oh mungkin terlalu banyak, ya mungkin ratusan. Pasnya aja lah, aku juga males ngitungnya.

Lalu aku merenung bagaimana jika aku adalah kecoa. Ah tapi aku tidak jadi merenungkannya karena iya, aku tidak ingin menjadi kecoa. Terus apa yang harus aku renungkan? Bahwasanya pertanyaan semacam itu, katamu Tuhan menciptakan semua hal yang pasti ada manfaatnya. Bagaimana dengan kecoa? Aku bertanya. Lalu kamu bilang iya, mungkin kecoa tidak bermanfaat untukku secara langsung tapi mereka mungkin bermanfaat untuk hewan lain yang mungkin bisa jadi ada hubungannya dengan kesehatan manusia, dan menurut kamu, para kecoa itu tentu saja bermanfaat dalam rantai makanan di kehidupan ini.
Mungkin, katamu.

Lalu aku juga punya hipotesis mengenai penyebab banyaknya kecoa dalam hidupku. Mungkin saja ini adalah konspirasi para penjual racun serangga. Mereka sengaja mengembangbiakkan macam- macam serangga pengganggu agar produknya laris terjual. Sama halnya seperti berita- berita mengenai kejadian bunuh diri dengan minum racun serangga, itu kan seolah sengaja untuk menginspirasi orang yang ingin bunuh diri. Terlebih saat ini, racun serangga tersedia dengan berbagai macam rasa.

Itu mungkin, kataku.

Segala kemungkinan tentu saja dapat dibenarkan karena itu bisa saja benar terjadi, bukan? Hanya saja ilmuku belum sampai kesana. Aku mah apa? Cuma butiran debu kata lirik lagu.

Setelah itu perenunganku berakhir karena pertarunganku dengan kecoa tadi itu membuat perutku lapar dan menyebabkan aku menjadi butuh uang saat aku ingat bahwa besok weekend. Waktunya main dan mengerjakan pekerjaan kosan, termasuk juga membunuh kecoa saat ia datang.