Search This Blog

5/13/2019

Kehidupan Tidak Pernah Berakhir

May 13, 2019
Udah lama gak ngeblog, gw jadi lupa gimana cara mengawali penulisan ini haha. Harap maklum aja ya kalo tulisan gw kali ini rada ga enak dibaca.

Jadi sekarang gw lagi doyan banget kuliner, sebenernya arti kuliner itu sendiri apa sih menurut lu?

Kalo menurut gw sih, kuliner itu kayak kegiatan makan- makan gitu tapi di tempat baru, yaitu tempat yang belum pernah kita coba makan disana sebelumnya.

Gitu sih, ga tau bener apa ngga, tapi ya itulah pengertian kuliner versi blog gw, jadi tolong menyesuaikan aja ya :p

Jadi, di Bandung itu ada satu tempat makan khusus vegan yang mana menu- menunya semuanya berbahan anti-hewani. Mantap kan gan.

Nah kenapa gw bisa nyasar ke tempat makan vegan? Bukan sok- sok vegetarian sih tapi emang sebenernya gw pengen jadi vegetarian dulu mengingat entah kenapa muka gw sekarang jadi jerawatan gini. Puber kali yak. Haha

Tempat makan yang daritadi gw omongin tuh namanya unik sih, yaitu, Kehidupan Tidak Pernah Berakhir. Kenapa dinamakan begitu? Sayangnya gw gak melakukan wawancara langsung dengan si empunya jadi hanya bisa menerka- nerka. Mungkin dinamakan seperti itu karena menu restaurannya itu kan anti hewani ya yang mana kita tau bahwa kebanyakan sayur mayur dan buah itu bagus untuk tubuh. Walaupun daging juga ada gizinya namun menu vegan tentunya lebih menyehatkan yang justru dapat mencegah kita terkena penyakit berbahaya sehingga dengan menyantap menu vegan maka insyaAllah diharapkan kehidupan kita tidak pernah berakhir atau dengan kata lain panjang umur lah yaa. Maka dinamakan lah seperti itu retaurannya.

Lagi- lagi, kalau itu sih menurut terkaan gw aja yaa... hehe

Oke jadi disana itu tempatnya luas bray, restauran itu sendiri jualan kripik rumput laut gitu di depan restauran, dan yang pasti kripiknya vegan juga booo.

Rada masuk dikit, sampailah kita ke tempat makannya, suasananya adem, terus bangkunya tuh enaknya menghadap ke tivi, jadi disana gak ada musik tapi adanya tivi. Jadi ya kita makan sambil ngobrol sambil liat tv.

Pelayanannya itu mirip kayak di warteg gitu, cuma pasti beda menunya karena sekali lagi ini restauran vegan yaa. Jadi waktu itu gw itu dalam satu porsi nasi harus ada menu sayur paling ngga 4-5 macam, gw pilih sayur paria, sayur tauge tahu, tempe oreg, sate jamur, sayur wortel asam manis, kentang kecil gitu, dan semacam bakso jamur gitu lupa lagi gw. haha

nah ini dia pesenan gw waktu itu
Soal rasa, sate jamurnya enak, parianya pun gak terlalu kerasa paitnya, apalagi yang semacam baso jamurnya itu kerasa kayak bukan jamur malahan mirip baso2 daging haha tapi ini porsi bikin kenyang banget terutama bumbu asam manis dari sayur wortelnya tuh manis banget jadi pas akhir- akhir tuh agak sedikit eneg gitu gw, mungkin karena udah kekenyangan juga, walaupun sesungguhnya overall enak.


ini pesenan si dia :p

Minumnya tuh gw pilih Liang Teh, sedangkan si dia minum susu kedele. Nah enaknya tuh restauran ini menyediakan air putih yang bebas diminum mau segalon juga :p

Liang Tehnya itu, liangnya kurasa begitu kerasa segernya, kalo susu kedele dan menunya si dia mah dianya cuma komen enak- enak aja sih haha.

Tempatnya tuh suasananya enak juga bray, kayak di rumah aja gitu walaupun kita ga bisa bebas selonjoran juga sih haha

Begini nih, di depan bagian tengah ada tivi gede yang menemani kita makan

Sebenernya memang nyaman banget tempat makannya, tapi sayang sekali mushola-nya agak kurang nyaman gitu bray. Terletak di bagian depan samping pojok restaurant tersebut yang tempatnya tuh gabung gitu sama gudang karena banyak banget barang- barang yang letaknya ga beraturan di tempat tersebut. Tapi yaa sudahlah, akhirnya kami pun pulang dengan perut kenyang.

Total harga yang harus dibayar

Mungkinkah Ibu Adalah Allah yang Terlihat?

May 13, 2019
Tadinya aku pengen bilang bahwa aku sangat bersyukur, tapi kurasa tidak perlu karena sekarang kamu sudah tau. Untuk pertama kalinya aku ada disini, di tempat yang membuatku tersanjung, bukan karena pujian, bukan karena harta, bukan karena tahta, bukan karena aku merasa menang, bukan juga karena senang, tapi kurasa lebih luas dari itu. Seolah alam semesta sedang berkomplot untuk membuat aku jadi merasa seksi. Bwehehe

Tapi semoga ini cuma perasaanku saja karena aku khawatir keleluasaan ini akan membuat kamu jadi sempit. Maka mari kita berbagi lahan biar kamu gak kesempitan.

Oke geser sedikit biar semua kebagian lahan.


Itulah aku saat masih muda dan belum menikah yang sempet sedikit nonton film "Wanita Berkalung Sorban" di telepisi pas adegan ibu ngebelain anaknya. Sontak saja aku langsung teringat ibuku disana yang selalu membelaku, yang perkataannya adalah doa untukku, yang nasihatnya selalu aku turuti, yang kasih sayangnya untukku seakan gak pernah abis.

Akibatnya, mendadak kangen ibuku di rumah.


Tapi aku juga ingat dengan seseorang yang aku anggap ibuku yang juga sering membelaku, aku menyebutnya Ibu Tiri walaupun aslinya beliau tidak jahat seperti ibu tiri. Hihi tetiba aku kangen juga dengan ibu keduaku itu, aku mengingat semua kenangan bersamanya. Terutama bagaimana beliau memperlakukanku dari dulu bahkan sampai sekarang seakan aku ini memang benar adalah anaknya.

Semoga kedua ibuku itu selalu dalam keadaan sehat walafiat.

Back to the movie...

Kamu harus tau adegannya dulu deh. Ceritanya gini, si tokoh utama (anak dari pemilik pesantren) difitnah oleh suaminya telah melakukan zinah dan semua orang langsung saja ingin melemparnya dengan batu besar sebagai hukuman atas orang yang berzinah. Tapi kamu tau gak? Seorang ibu selalu tau mana itu fitnah dan mana yang bukan, mana yang benar dan mana yang salah. Ya, seorang ibu selalu bisa merasakannya terutama untuk semua hal menyangkut anaknya. 

Lalu sang ibu maju untuk melindungi anaknya dari lemparan batu besar, dan beliau berkata, "Yang boleh melempar hanya mereka yang tidak punya dosa!".


Wow menurutku itu keren banget. Itulah ibu.


Ketika aku ingat, Allah bilang bahwa diri-Nya adalah dekat, lebih dekat dari denyut nadi kita. Allah memang tidak terlihat, tapi sadarkah kamu bahwa iya, Allah itu sangat dekat? Bahwa Allah juga sebenernya ingin kamu sadar kamu bisa melihat-Nya.

Dengan apa?

Yaitu dengan perantara seorang ibu.

Ibu orang terdekat kita yang darahnya mengalir di dalam tubuh kita.

Ibu yang perkataannya seringkali menjadi kenyataan.

Ridha ibu juga yang statusnya disamakan dengan ridha Allah, juga perintah untuk berbuat baik pada ibu sampai disebutkan tiga kali.


Ku kira Allah juga ingin menunjukkan kuasa-Nya melalui seorang ibu (tentu saja bagi orang yang berpikir). Untuk semua firman-Nya tentang ibu, inilah yang ingin Allah katakan kepada kita...

Iya

Ibu adalah Allah yang terlihat.


Bukan untuk disembah, tapi Allah tuh sebenarnya sudah memberi kita petunjuk untuk setiap langkah yang ingin kita ambil melalui mulut ibu, melalui perasaannya, melalui doa- doanya, melalui semua kebaikannya untuk berusaha menyelamatkan kita dan menjaga langkah kita agar selalu berada di jalan yang lurus.

Selagi Ibu masih ada, sayangilah. Atau kalaupun belum bisa bahagiakan Ibu, paling tidak jangan membuatnya sedih. Untuk semua Ibu terbaik di dunia ini, jangan lupa untuk selalu berkata baik karena ucapanmu seringkali menjadi doa untuk anakmu.


4/12/2019

Cintakah Aku?

April 12, 2019
Kenapa ya aku mah kalo lagi upacara terus pas pengibaran bendera merah putih yang diiringi lagu Indonesia Raya tuh hatiku suka bergetar gitu deh, air mata mulai berlinang dan hanya berlinang seperti itu, gak sampai menetes karena malu atuh kan lagi banyak orang di lapangannya. Kenapa ya aku bisa begitu? Seolah aku ini memang benar sangat mencintai tanah air.


Lalu sekarang aku penasaran, apakah kamu juga merasakan hal yang sama? Yaitu perasaan merinding saat pengibaran bendera di upacara. Oh iya, tentu saja hal ini hanya aku rasakan pada saat upacara, tidak pada acara yang lain, seperti saat menonton pertandingan bulu tangkis, tidak, aku tidak merasakan perasaan itu saat lagu Indonesia Raya dinyanyikan di stadion bulu apa namanya tadi? Oh, iya, bulu tangkis.

Anehnya, hal itu aku rasakan hanya pada saat aku mendengarkannya saja, jadi setelah lagu selesai, aku langsung dalam keadaan baik- baik saja. Seolah hanya sebatas itu saja aku mencintai negara ini
Nampaknya memang begitu, karena tak pernah sekalipun aku mendoakan negeri ini di dalam sujudku. Karena apa? Karena kupikir bukan tugasku untuk doain negara, biar aja presiden sama pejabat yang ngedoain. Bayangin kalau 200jutaan penduduk Indonesia memiliki pemikiran yang sama kayak aku. Pasti kamu bakal bilang, "Pantesan ye bla bla bala bala".


Oh iya, aku baru ingat bahwasanya lagu Mengheningkan Cipta juga lumayan bikin bulu jaket merinding karena membayangkan bagaimana pahlawan kita yang masih muda itu berperang demi negara sampai mati. Walaupun tidak semerinding saat aku mendengar lagu Indonesia Raya, tapi lirik lagu Mengheningkan Cipta itu menurutku sangat luar biasa. Semoga aku tidak berlebihan dalam memaknainya, coba simak liriknya,

"Dengar.. Seluruh angkasa raya memuja pahlawan negara yang gugur remaja di ribaan bendera bela nusa bangsa"
Lirik itu di telingaku seolah berkata, 

"Dengarlah kalian, dengarkan pujian dari seluruh mahluk yang ada di jagat raya atas para pahlawan yang rela dan berani mempertaruhkan masa mudanya demi membela negara, demi siapa? kalau bukan demi kalian!? hah?! Denger gak? Sadar woi"
 
Iyaaaah, lagu Mengheningkan Cipta itu seolah apa? Seolah memaksaku untuk membuka telinga dan menghargai betapa luar biasanya usaha mereka, juga memaksa hati untuk mendoakan arwah para pahlawan muda yang meninggal dalam keadaan syahid karena membela negaranya. Alangkah mulianya mereka dan alangkah durhakanya aku karena membiarkan negara yang mereka bela mati- matian ini terbuai dengan kekayaannya sendiri sehingga terus menerus menjadi negara berkembang yang entah kapan bisa maju.

Adapun untuk lagu Indonesia Raya, yang aku tidak tahu mengapa menjadikan aku merinding di atas lapangan upacara saat mendengarnya, bagiku lagu itu mengingatkan ku pada kitab suci Al- Quran

Katanya orang beriman adalah orang yang apabila diperdengarkan ayat suci Al- Quran, maka hatinya akan bergetar. Beranikah kamu akui bahwasanya kamu ini orang beriman sedangkan saat ada orang baca quran, mendengarkannya saja kamu enggan?

Retoris. Sungguh hanya retoris.