Search This Blog

Showing posts with label Pernikahan. Show all posts
Showing posts with label Pernikahan. Show all posts

9/07/2020

3 Alasan Mengapa Masalah Rumah Tangga Harus Diselesaikan Berdua Saja?

September 07, 2020

Rumah tangga yang harmonis bukan berarti adalah rumah tangga yang tanpa konflik dan masalah. Justru adanya masalah dan berbagai konflik akan menjadi pembuktian kedewasaan suatu hubungan.

Nyatanya masih banyak pasangan yang belum menyadari ini, bahwa niat awal menikahnya masih karena alasan yang indah- indahnya saja, padahal nikah itu gak cuma soal indahnya, banyak sekali masalah dan konflik yang kalau dihadapi dengan bijaksana sesungguhnya bisa jadi pelajaran supaya diri kita semakin dewasa dalam menyikapi berbagai persoalan yang pasti akan dihadapi dalam hidup.

Tidak hanya itu, masih banyak juga yang belum menyadari perlunya kekompakkan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam rumah tangga. Maksudnya, gak bisa Cuma satu pihak yang berjuang, pihak lain pun harus mau belajar. Dengan begitu, keduanya dapat melangkah maju dan belajar menjadi lebih baik bersama- sama.

Terkait hal ini, ada suatu nasehat yang hampir pasti selalu ada di awal pernikahan, yang juga pernah saya baca di instagramnya Ardhi Bakrie berikut

 
                                   Instagram Ardi Bakrie

Di caption tersebut tertulis nasehat Ardi Bakrie untuk sepupunya, Arya Bakrie "...terus juga kalo pas lagi ada masalah, selesaiinnya just the two of you aja...jgn pernah pake ajak- ajak orang luar just to prove anything..."

Pas baca itu, i completely agree with his statement (eaaa jadi ikut- ikutan bahasa inggris deh Ami nih hihi) terutama poin penting ini "kalo ada masalah selesaikan berdua saja".


Bukan tanpa sebab juga saya bisa ujug- ujug setuju dengan pernyataan tersebut. Karena ada sebuah kejadian terkait ini alias kisah nyata pernikahan yang bisa kita jadikan pelajaran.

Jadi kieu, saya punya teman, teman sepermainan, dimana ada dia selalu ada sayaaa..

Atuh jadi nyanyi hihiiii

Jadi gini, saya punya seorang teman dekat yang belum juga satu tahun menikah tapi masalah dalam rumah tangganya sudah tersebar kemana- mana. Padahal saya sama dia aja tinggalnya udah beda kota, tapi saya yang di kota lain udah denger masalahnya juga. Darimana saya denger? Ya dari orangnya sendiri sih.

Jadi hampir semua keluarga besar dan teman- temannya tau tentang masalah rumah tangganya. Parahnya lagi gak cuma dari pihak perempuannya saja yang bercerita sana sini, laki- lakinya juga sama bercerita sana sini yang saya sendiri juga gak ngerti untuk membuktikan apa ceritanya itu.

Pembenaran kah atau pembelaan kah?

Karena masalahnya sudah kadung menyebar dan saya gak tau apa yang udah orang lain sarankan kepada teman saya itu, akhirnya hanya sedikit kata yang bisa saya berikan yang intinya begini:

"Awal pernikahan memang merupakan masa sulit pasangan karena ini masa adaptasi, masalah sepele pun bisa jadi konflik berkepanjangan kalau tidak segera diselesaikan"


Itu aja dulu sambil menceritakan bahwa saya pun sama, sering ada konfliknya, namanya juga wanita dan laki- laki yang gak pernah tinggal serumah tiba- tiba tinggal serumah bahkan sekamar. Pastilah bakal terjadi banyak perbedaan yang kalau tidak disikapi dengan bijaksana atau tidak segera diselesaikan maka ambyar jadinya.

Saya inginnya bilang, "Baiknya masalah itu diselesaikan berdua saja, atau berdua dulu saling terbuka maunya bagaimana, kalau udah mentok baru bawa pihak lain yang bijaksana tentunya, karena bawa pihak lain juga gak bisa sembarang orang".


Tapi saya tau masalahnya sudah semakin serius karena sudah melibatkan banyak sekali orang. Terlihat jelas masing- masing seringkali update status di media sosial yang seolah ingin membuktikan sesuatu yang saya pun gak tau apa itu. Namun berkat itu juga akhirnya teman saya saat ini sedang dalam proses gugat cerai yang mana teman saya itu bilangnya, ini sudah takdir dan dia juga sempat mengaku kalau imannya lemah jadi dikalahkan egonya yang tinggi.

Padahal inginnya saya membantah pernyataan dia, tapi gimana? Lama- lama saya jadi kesel juga karena nasehat dan saran gak ada yang masuk.

Dari sini, saya ingat nasehat itu, bahwa suami istri harus saling menutup rapat aib masing- masing pasangan. Kalau untuk masalah kecil saja kita tidak bisa menutupnya apalagi masalah yang besar, dan sungguh saya tidak memudahkan hal itu karena nyatanya hal ini sulit sekali dilakukan apalagi wanita yang memang fitrahnya sangat gemar bercerita.

Namun tentu larangan menyebarkan cerita keburukan ataupun masalah dalam rumah tangga bukan karena alasan yang tidak baik, banyak orang menasehati demikian tentu karena ada kebaikan di dalamnya.

Dari kisah di atas dapat saya coba simpulkan 3 alasan kenapa masalah rumah tangga dianjurkan untuk diselesaikan berdua saja?


1. Adakalanya masalah memang perlu diselesaikan berdua saja

Seperti yang telah disebutkan di awal bahwa masalah yang terjadi dalam rumah tangga bisa menjadikan kita pribadi yang lebih dewasa. Maka ketika masing- masing pasangan sudah sama- sama berkomitmen untuk bisa kompak dan saling menguatkan, serta mampu berkompromi untuk menemukan jalan keluar dari setiap konflik maka selama masalah tersebut bisa diselesaikan berdua saja tidak perlu melibatkan pihak lain.
Satu lagi yang perlu diingat, jangan pernah membiarkan dan mendiamkan masalah sekecil apapun karena yang kecil jika dibiarkan akan menjadi besar dan berbahaya bagi kedamaian rumah tangga. Waspadalah waspadalah. Hehe

2. Tidak semua orang bisa memberikan saran yang tepat

Ini pun sama seperti kisah nyata teman saya, mungkin tidak masalah jika kita hanya sekedar bercerita tanpa mendengarkan feedback-nya. Namun kebanyakan tidak seperti itu, malah yang sering terjadi semakin kita bercerita semakin kita merasa stress dan tertekan. Maka tentu saja kalaupun harus bercerita, jangan ke sembarang orang, pilih orang yang tidak memihak, yang dirasa lebih bijaksana dan berpengalaman, bukan kepada orang yang malah akan bikin masalah jadi lebih runyem.

3. Curhat ke pihak lain bisa memunculkan rasa saling curiga

Bercerita masalah rumah tangga kita ke orang lain bukan Cuma akan membuat masalah makin rumit, tapi juga kita dinilai tidak bisa menjaga perasaan pasangan. Bukankah semua orang inginnya dihargai? Maka hargailah pasanganmu dengan menanyakan pendapatnya apalagi ketika lagi ada konflik, bertanyalah untuk kompromi “Jadi kalau saya maunya begini, gimana menurut kamu?”. Siapa tau bisa ambil jalan tengah supaya sama- sama enak dan gak ada lagi konflik.


Jadi itu dia tiga alasan utama kenapa suami istri dianjurkan untuk menutup rapat masalah rumah tangganya. Mungkin karena sebegitu berbahayanya juga mulut kita ya Buuk, lidah tidak bertulang kalau denger temen cerita bukannya kasih saran yang bijaksana malah makin membuat dia merasa benar sehingga egonya jadi tambah tinggi aja deh. Atau malah kebalikannya membuat dia merasa makin stress dan terpuruk. Serba salah kan karena ga ada yang bener- bener tau kondisi sesungguhnya, jadi emang udah paling bener deh selesaikan masalah berdua aja sama suami.

Gimana Buybu? Ada yang gak setuju?


6/18/2020

Kisah Pertemuan Sang Jodoh

June 18, 2020
Ternyata bener kata Pak RT, jodoh itu jangan ditunggu, dia akan datang sendiri. Ternyata, tetangga Pak RW juga ada benernya, jodoh itu seringkali ternyata orang yang ada di sekitar kita. Apalagi kata Bu Markonah yang bilang, gak perlu lah pacaran, jodoh mah kagak kemana- mana, elu yang kemana- mana mah.

Hari itu tahun 2017 dengan suasana yang seperti biasa, sebagai seorang jomblo sejati, saya dan dua orang teman saya pergi ke mall untuk berbuat apapun yang menyenangkan, seperti jajan, makan, minum, numpang solat, numpang pipis, dan tentu saja nonton bioskop.

Memang kami sering sekali pergi bertiga ke mall untuk melakukan kegiatan tersebut dan kenapa ya rasanya menyenangkan sekali, mungkin karena saya anak kos dan mungkin juga karena selalu gratisan. Hihi

Kegiatan yang menyenangkan itu mulai berkurang ketika salah satu dari kami menikah. Berkurang bukan berarti tidak sama sekali karena kami masih main bersama kadang- kadang. Teman yang sudah menikah itu, sebut saja dia Bunga.

Pada suatu hari, Bunga berkata bahwa ia merasa kasihan kepada saya karena setiap saya dekat dengan lelaki, pasti bukan jodohnya. Padahal mah ya memang belum jodohnya aja dan mungkin memang Tuhan sengaja mempertemukan dengan yang hanya sekedar lewat untuk memberi pelajaran hidup agar saya lebih dewasa dan lebih berhati- hati dalam menjalin tali bra silaturahmi.

Hihi

"Kamu mau gak mol aku kenalin ke cowok, orangnya InsyaAllah soleh, ya gak mungkin juga sih aku kenalin ke kamu kalo orangnya gak baik."

"Yaa gimana ya, boleh- boleh aja sih cuman..."

"Cuman apa?!! Dia teh sekantor sama kita juga kok, nih fotonya nih liat geura!", kata Bunga dengan nada sengaknya seperti biasa, sambil nyodorin hapenya wkwk.

"Sekantor? Ih siapa nih? Belum pernah liat." Kata saya sambil liat foto yang disodorkan Bunga.

Kemudian Bunga sedikit memberi bocoran tentang "dia" yang mau dikenalin Bunga ke saya. Walaupun Bunga bilang kami satu kantor, tapi saya sama sekali belum pernah berpapasan, belum pernah melihat wajah dalam foto itu sama sekali. Kata Bunga, namanya Rizal.

"Oooh macam tuuu...", timpal saya waktu itu.

Bahasan tentang Rizal berhenti sampai disitu, obrolan yang tidak sampai 3 menit, hanya selepas kami turun dari mobil sampai ke depan pintu masuk mall.

Kemudian obrolan tersebut menguap. Baik Bunga maupun saya tidak pernah lagi membahas tentang Rizal.

Entah tepatnya berapa minggu kemudian sejak pembahasan itu, suatu hari atasan saya mengajak saya untuk ikut rapat di Divisi sebelah.

Letak Divisi sebelah kalau dari gedung Divisi saya berada di sebelah kanan dan dipisahkan oleh lapangan bola.

Saya yang sebenernya mau nolak ajakan rapat si bos karena sedang tutup buku, akhirnya menuruti beliau untuk ikut rapat. Kami pun berjalan bersama ke Divisi sebelah dengan tidak bergandengan tangan. Wkwk

Sesampainya di sana, ternyata rapat belum dimulai dan peserta rapatnya banyak yang belum datang. Jadi kami hanya duduk- duduk menunggu gak jelas disitu. Karena saya masih ada kerjaan, saya pun meminta ijin kepada atasan saya untuk kembali ke ruangan dalam rangka mengerjakan progress tutup buku.

Ketika saya keluar ruangan rapat untuk kembali ke Divisi saya, tepat di seberang pintu masuk gedung sana ada laki- laki yang saya lihat fotonya di hp Bunga. Ya, saya yakin itu dia yang bernama Rizal, dia berjalan ke arah saya ketika saya berjalan ke arah yang berbeda. Kami berpapasan namun saya tidak menyapanya sama sekali, malah saya hanya pergi dan pura- pura tidak melihatnya.

Tapi ketika berjalan melewatinya kok rasanya jantung ini berdegup cepat sekali ya. 

Inikah namanya cinta oh inikah cinta. Ahaha malah nyanyi.

Saya pun sampai di Divisi saya dan mengerjakan pekerjaan saya dengan perasaan aneh, kayak ada seneng- senengnya gitu, padahal kan gak ngapa- ngapain juga tadi, ngelirik aja kagak. Aneh banget asli.

Akhirnya rapat dimulai dan saya kembali ke Divisi sebelah untuk ikut rapat. Sama sekali tidak berharap kembali ketemu Rizal karena saya juga masih aneh. Haha

Ternyata seusai rapat, Bunga sudah menunggu di luar dan memanggil saya. "Mooooll sini dong, kenalin nih temen- temen aku", kata Bunga sambil menunjuk ketiga teman- teman cowoknya. Saya pun berkenalan dan tentu saja diantara ketiga temannya, salah satunya adalah Rizal.

Aneh, ini lebih aneh lagi karena kok tiba- tiba Bunga ada disini, padahal Divisinya Bunga ini lumayan jauh dari gedung ini. Tapi rupanya Bunga lagi ngurus kerjaan payrollnya yang sistemnya dikelola oleh Rizal dkk.

Bhaique.

Perkenalan saat itu hanya sekedar menyebutkan nama dan berjabat tangan saja, setelah itu saya bercanda sebentar dengan Bunga kemudian saya kembali ke Divisi saya. 

Ternyata kejadian berpapasan hari itu berbuah perkenalan.

Ya, takdir tidak pernah terburu- buru namun juga tidak pernah datang terlambat.

Pulang kerja, saya berjalan ke parkiran motor untuk sekedar manasin motor saya. Kos saya dekat sekali dengan kantor, jadi seringkali motor beat merah itu saya tinggal di parkiran kantor.

Parkiran motor di kantor saya berblok- blok dengan lorong yang lumayan panjang. Parkiran buibu ada di satu blok paling depan, sedangkan blok kedua dan seterusnya merupakan parkiran pakbapak.

Ketika saya sedang bersiap dan bebersih motor, lagi- lagi gak sengaja ketemu sama Rizal yang sedang berjalan menuju motornya dan melewati saya sambil tersenyum dan saya pun balas tersenyum (yaiyalah, masa balas pantun?)🤭

Karena motor saya lama tidak terpakai, saya pun menghidupkan motor dengan cara menyela, tapi aneh, motor gak mau menyala sedikit pun walau saya terus berusaha menyela berkali- kali.

Ini adalah keanehan ke sekian di hari yang gak cerah- cerah amat ini.

Aneh kan? Padahal ini bukan pertama kalinya saya manasin motor di parkiran, bukan pertama kalinya saya menyela motor.

Kali ini beda. Mungkin kalo majalah, hari ini adalah edisi khususnya.

Saya masih menyela motor ketika seorang bapak- bapak dari parkiran datang sambil mengendarai motornya dan beliau bertanya, "Kenapa motornya? Gak nyala?"

"Iya nih Pak ga tau kenapa ga nyala- nyala", saya jawab.

Si Bapak tadi malah hanya duduk di atas motornya menunggu dan terdiam melihat saya menyela motor yang belum juga hidup mesinnya.

Tidak lama kemudian, Rizal datang mengendarai motornya di belakang si Bapak itu dan berkata,
"Itu standarnya!", sambil tersenyum kemudian berlalu mengikuti bapak- bapak yang sudah duluan pergi setelah menyadari kejeniusan saya yang ternyata belum naikin standar motor.

Ya ampun, saya hanya bisa nyengir saat menyadari penyebab daritadi motor saya gak nyala- nyala. Malu tapi mau.

Entah apa hikmah dari kejadian hari ini.

Semua yang seakan serba kebetulan. Saya dan Rizal yang selama di kantor walau bekerja di tempat yang sama tidak pernah bertemu sama sekali, tapi di satu hari itu, dari pagi hingga sore hari kami selalu bertemu secara tidak sengaja sampai kejadian standar motor yang memalukan pun dari sekian banyak bapak- bapak yang mondar mandir, ternyata harus Rizal juga yang memberitahu saya.

SKIP

Hari- hari selanjutnya berjalan seperti biasanya, rutinitas kantor dan lain- lain. Tidak lagi ada pertemuan secara gak sengaja. Kali ini disengaja. Rizal datang menghampiri saya yang seperti biasa sedang manasin motor sepulang kerja karena hari itu saya mau nginep di rumah Bunga.

Cuma obrolan ringan dan singkat, ngobrolin motor kenapa ditinggal kemudian kami ngobrol sedikit juga tentang saya yang sering nginep di rumah Bunga sambil berjalan dari parkiran motor menuju ke parkiran mobilnya Bunga yang tentu saja dengan tidak bergandengan tangan.

Beberapa hari dijalani seperti itu, obrolan ringan dan singkat di parkiran motor di sore hari, tidak ada pesan singkat ucapan perhatian dan basa basi.

Waktu itu rasanya seru sekali, rasanya mungkin kayak anak muda jaman dulu yang lagi kasmaran, yang belum ada teknologi canggih seperti sekarang.

Hingga akhirnya selang beberapa hari kemudian, sore itu Rizal menghampiri saya dan meminta nomor hp saya dengan modus biar gampang hubunginnya kalo mau ngajak ikut kajian Ust. Hanan Attaki yang lagi happening waktu itu.

"Hmm nanti ikut kajian hanan attaki yuk?"
"Boleh aja, tapi gak tau kapan", saya jawab dengan juteknya wk
"Hmm mau minta nomor hape moli boleh?"
"Mau aja apa mau banget?", jawab saya meledek dan sebenernya masih males mau ngasih nomor.
"Hhe biar gampang hubunginnya kalo mau ngajak kajian, ya?"
"Hmm baiklah, nih nomornya kosong delapan bla bla", kata saya ngomong dengan kecepatan cahaya.
"Jangan cepet- cepet atuh haha", dia mulai ngetik sambil saya liat tangannya sedikit gemeteran haha deg- degan rupanya dia yaaa minta nomor hape langsung ke orangnya.
"Mau disave apa ya namanya?", tanya Rizal basa basi
"Paijo aja", jawab saya meledek lagi.

Eh, padahal kemarin itu lagi seru- serunya lho kita tanpa hape, dalam hati saya seperti itu.

Tapi akhirnya saya kasih juga nomor saya tapi bukan nomor sepatu apalagi nomor togel. Iyaa, nomor hape.

Kami lebih banyak ngobrol langsung daripada via hape atau pesan singkat. Sepertinya waktu itu hape dan pesan singkat hanya digunakan untuk janji temu saja.
Tidak lama kami melalui hari- hari pedekate penuh suka duka itu, tidak ada ungkapan perasaan cinta, tidak ada ucapan sayang, tapi yang menjadi topik bahasan kami adalah semua tentang visi misi pernikahan. Dari situ saya bisa melihat betapa dewasanya dia dan saya sadar sedang menjalin hubungan yang serius.

Kira- kira hanya sekitar satu bulan kemudian, Rizal melamar saya secara pribadi dengan memberikan cincin emas putih di hari ulang tahun saya di pertengahan Bulan Oktober itu.

Tentu saja saya jadi tersanjung 6.

Seminggu kemudian, Rizal meminta saya untuk mengajaknya bertemu dengan keluarga saya. Jadi, di Bulan November itu Rizal dan saya datang dari Bandung ke Tangsel untuk bertemu dengan seluruh keluarga saya dan meminta izin kepada Ayah saya untuk membawa saya ke Cirebon dan dikenalkan dengan keluarga Rizal.

Seminggu kemudian saya dan Rizal ke Cirebon untuk bertemu dan berkenalan dengan keluarganya.

Proses perkenalan yang termasuk cepat namun tentu saja tidak semudah kelihatannya. Benar- benar perjalanan singkat yang tidak mudah tapi satu hal, kalau niatmu baik, Allah yang akan bantu, Allah yang akan membuka jalan kesana.

Bulan Desember, saya menemani Rizal wisuda bersama keluarganya. Sepulang dari wisuda, Rizal dan keluarganya berkunjung ke rumah saya untuk melamar.

Setelah itu, benar kata orang, orang yang mau nikah banyak sekali cobaannya.

Tapi alhamdulillah akhirnya kami menikah di awal Bulan Mei itu dan sekarang MasyaAllah tabarakallah kami sudah bertiga. Semoga selalu semangat untuk terus belajar dan berdoa agar Allah selalu meridhoi langkah kita. Bismillah.

Kalau Buybu, bagaimana nih kisah Buybu bertemu dengan Bapak Suami?

6/12/2020

Jangan Menikah! Sebelum Tau Visi dan Misi Pernikahan Calon Pasangan

June 12, 2020


Belakangan menikah muda memang sedang marak digaungkan di banyak media sosial. Tidak ada yang salah memang, malah bagus, hanya saja banyak anak muda yang jadi kepengen menikah muda tanpa mencoba memahami terlebih dahulu apa itu visi dan misi pernikahan, tujuan, bahkan bayangan mengenai rumah tangga seperti apa yang ingin mereka bangun.


 

Bukan berarti yang menulis pun lebih pengalaman, bukan yaaa, sekali lagi ah, BUKAN. Hanya saja Ami sekedar ingin berbagi saja dengan harapan agar kita tidak terlanjur basah dan tenggelam dalam biduk rumah tangga yang salah akibat terlalu cepat menilai cinta yang ternyata secepat itu berdusta.

 

Hihi apasi mi

 

Rasa cinta itu hal yang pasti dirasakan setiap insan, jadi semua orang pasti pernah merasakannya, yang berbeda adalah bagaimana masing- masing personal menyikapi perasaan tersebut. Ada yang diem- diem bae (kagak ngopi) dan banyak juga yang berani menunjukkannya.

 

Sedangkan pasangan yang sudah siap menikah, tidak ada waktu untuk membahas masalah perasaan karena pernikahan tidak hanya soal rasa tapi juga asa. Caelah..

 

Gini deh, pasangan yang memang siap nikah pastilah bukan kata- kata ini yang keluar dari mulutnya dan gak akan juga dia biarkan kata- kata ini keluar dari mulut pasangannya, jadi coret dia dari calonmu kalau masih berkata: "kita jalanin dulu aja" atau "aku suka kamu, mau gak jadi pacarku?" atau "kita kan udah lama deket, sebenernya kamu anggep aku apa?"

 

Pasangan yang sudah dewasa pasti tidak merasa perlu untuk mempertanyakan hubungan apa yang mereka jalin, karena jika dua insan sedang dekat, komunikasi intens, perhatian lebih, ya apalagi dong kalo bukan lagi pedekate????

 

Masalahnya pedekate juga terbagi menjadi dua, ada yang serius dan ada yang main- main, dan kita sebagai individu dewasa sebenarnya bisa menilai itu tanpa perlu mempertanyakannya. Jangan biarkan dirimu dikendalikan orang lain, yang punya kendali atasmu ya cuma dirimu sendiri.

 

Artinya yang main- main tinggalin, yang serius sikat! Hehe tapi sebelum disikat, visi dan misi pernikahan adalah hal penting yang harus kalian bahas, Gaes..

 

Visi adalah tujuan pernikahan sedangkan misi merupakan cara bagaimana mencapai tujuan tersebut. Pernikahan tanpa visi misi bagaikan perahu yang berlayar tanpa arah tujuan, tanpa peta, tanpa navigasi, dan hanya berlayar mengikuti kemana arah angin akan membawa, lalu ketika ada ombak dan badai, perahunya bingung gak tuh harus bagaimana??


 


Nah, dengan adanya visi misi yang telah dibahas dan disepakati bersama sebelum nikah, calon pasangan suami istri setidaknya telah mempunyai pedoman dan alat ukur untuk mengetahui sejauh mana pernikahan yang dijalani nanti apakah telah sesuai dengan cita- cita dan harapan mereka atau masih jauh dari tujuan yang diimpikan.

Intinya adalah keterbukaan dari masing- masing calon pasangan, karena menikah bukan cuma sehari dua hari tapi selama- lamanya. Walaupun seiring berjalannya waktu dan perkembangan jaman, visi misi bisa saja berubah, tapi setidaknya pasangan suami istri ini punya kepastian kemana pernikahan ini akan dibawa bahkan jika terjadi perubahan dalam hidup.

Semua pasangan benci ketidakpastian, bukan? Jadi, inilah ikhtiar kita dalam rangka memberi kepastian bagaimana menjalani hidup bersama untuk mencapai tujuan bersama bahkan ketika terjadi ketidakpastian dalam hidup.

Nah, kalau Aa atau Eneng- eneng mau bahas visi misi pernikahan jangan langsung disodorin pertanyaan, "Apa pendapatmu tentang pernikahan?" ya, takutnya jadi surprise aja sih.

Cukup dimulai dengan pertanyaan ringan dulu, seperti

"Hobi kamu apa?"

"Apa yang kamu sukai dan tidak kamu sukai?"

Setelah obrolan mengalir pasti akan tiba waktunya pembahasan mengenai pernikahan dan adapun hal- hal penting yang biasanya menjadi persoalan dalam pernikahan sehingga harus kita ketahui dan disepakati sebelum menikah adalah tentang keuangan, kebiasaan/ habit, cara mendidik anak, tempat tinggal, mertua, cita- cita dan keinginan pribadi, bagaimana hubungan dengan teman lawan jenis, kesehatan, bahkan perbedaan usia dan status sosial.

Banyak yang bilang mau nikah aja kok ya ribet banget pake visi misi segala. Karena lagi- lagi pernikahan bukan cuma sekedar ibadah semalam dua malam atau sehari dua hari tapi selamanya Neng. Ibarat ibadah solat yang cuma ibadah sehari semalam aja suka ada aja godaannya apalagi ibadah menikah yang selamanya.

Kok kesannya kita harus tau semua tentang calon pasangan sih kan dia baru calon?

Iya dong, hal ini perlu banget tapi bukan karena kita kepo, ini demi keutuhan rumah tangga yang akan dijalin. Hidup serumah dengan orang yang sebelumnya asing bagi kita tentu saja bukan hal mudah. Dalam taaruf pun sama, tidak serta merta langsung menikah, ada CV yang harus diisi lengkap, ada pertemuan dulu, ada obrolan, sampai ada kesepakatan masing- masing untuk lanjut ke jenjang pernikahan.

Jadi, apa nih visi dan misi pernikahan-mu?