Search This Blog

Showing posts with label Pendidikan. Show all posts
Showing posts with label Pendidikan. Show all posts

12/23/2020

Anak Itu Kan Titipan? Kok Malah Dititip Lagi?

December 23, 2020
"Anak Itu Kan Titipan? Kok Malah Dititip Lagi?"


Itu adalah kalimat yang seringkali saya becandakan kepada diri saya sendiri.

Tapi lagi- lagi ya ini dia, hidup itu pilihan, sama halnya dengan menjadi ibu bekerja di kantor dan memilih berkarir di kantor atau menjadi ibu bekerja di rumah yang memilih berkarir di rumah.

Biar bahasanya sama ya, karena ibu yang di rumah itu juga bekerja bahkan hampir 24 jam. Jujur aja yang saya rasakan punya ibu yang merupakan ibu rumah tangga adalah rasanya santai sekali karena ibu dengan sepenuh hati bagai memanjakan siapapun yang ada di rumah sampai hal remeh sekalipun seperti tak kenal lelah.

Sedangkan kita? Eh saya, kenal sama si lelah, baru pulang kantor aja udah lelah. Hehe

Apa itu mudah?

Jawabannya tergantung kita sendiri.

Kali ini, maksud saya, sampai saat ini saya masih memilih menjadi ibu bekerja walaupun dorongan untuk mengasuh anak sendiri pun begitu kuat. Mungkin beginilah naluri seorang ibu, tapi sementara ini saya masih harus bekerja karena alasan- alasan yang saya rasakan entah hanya pembenaran atau pembetulan.

Hehe

Nah menjadi ibu bekerja maka ada lagi yang dihadapi, yaitu memilih daycare atau tempat penitipan anak terbaik.

Jadi ceritanya, sebelum saya benar- benar yakin pada satu daycare, pastinya saya melanglangbuana terlebih dahulu untuk melihat- lihat daycare mana saja yang terbaik.

Apa saja yang harus dipertimbangkan dalam memilih daycare tentu tergantung kebutuhan masing- masing, maksud saya, bagus menurut saya belum tentu bagus menurut ibu lain, atau, nyaman menurut saya belum tentu nyaman menurut ibu lain. Begitupun sebaliknya.

Yang saya pertimbangkan ketika memilih daycare tentu saja salah satunya dari kualitas daycare itu sendiri yang bisa dirinci sebagai berikut

Pertama, harus sejalan dengan kantor
Kedua, kebersihan lingkungan
Ketiga, suasana di daycare
Keempat, kualitas pengajar

Saya ada cerita yang terjadinya tentu saja sebelum ada corona alias Covid-19 ini, tepatnya ketika Kimi usia 3 bulan dan saya sudah akan masuk kerja dan saya harus mencari daycare tempat kimi akan dititipkan selama saya bekerja.

Nah ketika memilih daycare, kalau saya entah kenapa ya orangnya lebih ya cuek aja, sedangkan suami saya lebih cerewet dan dengan teliti melihat bahwa daycarenya harus juga ada kualitasnya.

Di sini sih saya jadi merasa ya udah mungkin ini yang namanya saling melengkapi antar pasangan, kalau yang satu cuek ya yang satunya menyadarkan yang cuek ini. Haha

Karena ya jujur aja entah kenapa saya gak mikir semuluk itu, ya masih bayi juga yaudah aja sih gitu kannn. Ibu macam apa coba saya? Ckck untung suami menyadarkan saya bahwa ya justru karena masih bayiii haha

Waktu itu ada beberapa daycare yang kami lihat- lihat

Cukup banyak karena yang dicari ya cuma di daerah situ aja yang selalu kita lewatin kalau berangkat dan pulang kerja.
Pertama, daycare di daerah Arcamanik, harga murah banget tapi tempatnya terlihat gak begitu bersih, jadi coret dari list.

Kedua, daycare di daerah Cisaranten, yang susah banget nemunya harus nyasar dulu ke jembatan dan jalan buntu, pas nyampe ya gak cocok juga karena kayak terpencil gitu tempatnya.

Ketiga, ada banyak banget nih daycare di daerah Antapani yang bagus- bagus dan dikenal banget lah, pertama Growing Tree yang udah penuh kuotanya, Picupacu yang ternyata usia termuda itu 2 tahun kalau ga salah, Dunia Anak Cerdas yang waktu itu lagi libur, dan terakhir ketemu lah yang cocok banget yaitu Sekolah Lare Alit (LA) yang akhirnya disitulah Kimi dititipkan.

Mungkin sekolah juga jodoh- jodohan kali ya.

Karena LA ini pas banget ada di pinggir jalan raya jadi aksesnya mudah ga perlu masuk- masuk lagi, apalagi di sini ada STIFIN-nya. Tau kan tes stifin? STIFIN itu singkatan dari lima sifat genetik manusia yaitu Sensin, Thinking, Insting, Feeling, dan Intuiting. Nah, kalau di LA, tes stifin ini perlu dilakukan untuk mengenal karakter anak didik supaya para guru didiknya tau bagaimana cara mendidik anak yang baik dan benar. Kalau belum tau stifin, searching aja yaa atau nanti kita bahas di lain kesempatan.

Setelah ada corona dan daycare diliburkan untuk waktu yang cukup lama, saya sempat beberapa kali mencari pengasuh di rumah karena juga setiap dapat pengasuh ada yang gak bisa lama jadi berhenti, cari lagi berhenti, hingga sampai di cerita drama ART itu saya tulis akhirnya gak ada lagi pengasuh.

Dulu suami saya pernah bilang bahwa dia gak mau punya anak yang deketnya sama orang lain selain ibunya sendiri. Entah itu lebih deket ke neneknya atau bahkan lebih deket ke pengasuhnya.
Setelah itu saya mendengar cerita dari beberapa tetangga saya dan pengasuhnya kalau anaknya itu udah deket dan nempel banget sama yang ngasuhnya sampai drama kalau yang ngasuhnya udah harus pulang ke rumah.

Nah melihat keadaan sekarang ketika kami sulit mendapatkan pengasuh mungkin saja karena ucapan dan pemikiran sang suami waktu dulu. Mungkin ya. Mungkin. Entah kenapa saya merasanya seperti itu, bahwa ya ini sebenarnya yang kita butuhkan atau malah yang kita inginkan. Yaitu kedekatan anak nomor satu ya orangtuanya, terutama ibunya.
 
Walau menurut saya pake jasa pengasuh jauh lebih praktis daripada di daycare, tapi dengan anak di daycare yang saya rasakan perkembangannya jauh lebih terlihat.
 
Tentu saja apapun itu saya bersyukur untuk bisa selalu ada untuknya

9/16/2020

7 Hal yang Harus Dipertimbangkan Ketika Ingin Menyekolahkan Anak di Pesantren

September 16, 2020
Memang bener ya, pola pikir kita itu bisa beda- beda karena pola asuhnya pun beda- beda. Tapi sebenarnya faktornya gak cuma dari pola asuh aja, banyak banget faktor yang membentuk pola pikir kita, misalnya bagaimana reaksi saya ketika disindir oleh teman dengan bagaimana reaksi Buibu ketika disindir teman tentu akan berbeda. Walau andaikata kita ditempatkan dengan sindiran yang sama, kata- kata yang persis sama, dan teman yang sama, reaksinya pasti berbeda.

Sama halnya ketika waktu itu saya memutuskan untuk melanjutkan sekolah ke Pondok Pesantren (Ponpes). Pasti ada Buibu yang gak mau anaknya masuk pesantren, ada juga yang mau- mau aja kalo anaknya pengen mesantren, atau malah ada yang maksa anaknya supaya sekolah di pesantren.

Ini reaksi Ibu saya ketika saya minta sendiri kepengen mondok.

"Bu, nanti abis lulus SD, aku pengen masuk pesantren ya Bu"
Ibu langsung nengok sambil bilang, "Beneran mau mondok?"
"Yoiii, pokoknya mau mesantren"
"Yaudah nanti cari dulu pondokkan yang bagus"

Kira- kira begitu percakapannya.

Kalo diinget- inget sekarang, dalam pergaulan juga, kebanyakan temen- temen banyak yang enggan masukin anaknya ke pesantren, karena mereka beranggapan kebanyakan anak gak ada yang mau masuk pesantren apalagi karena keinginannya sendiri.

Masa?

Buktinya waktu itu saya sebagai anak yang ngotot pengen banget masuk pesantren. Wkwk

Kalo saya ditanya alasan, kenapa waktu itu pengen banget masuk pesantren?

Alasannya klasik, secara umum karena ingin memperdalam ilmu agama. Entah kenapa saya saat itu tertarik banget dengan ilmu agama.

Alasan khususnya, pertama saya nih suka banget menghapal surat- surat dan hadis, jadi ketika di pesantren ada tugas menghapal, tantangan yang sangat menarik, makin banyak yang dihapal, makin seneng jadinya.

Kedua, dari kecil saya seneng banget baca buku, tapi yang saya suka itu buku cerita, buku dongeng- dongeng gitu, buku pelajaran sih nggak ya, haha

Nah hubungannya apa sama pesantren?

Di pesantren itu ada kegiatan baca kitab kuning Buybu dan kebanyakan kitab itu isinya cerita dan alkisah, cerita- cerita jaman nabi yang banyak banget pesan moralnya. Makanya waktu ngaji kitab setelah solat subuh, saya kadang aneh karena saya gak pernah ngantuk, tapi temen- temen udah banyak yang ketiduran. Sampe pernah rasanya pengen juga ngerasain lagi ngaji kitab terus ketiduran ahahah ada ada aja anak kecil.

Nah kalo Buybu mau anaknya disekolahkan di pesantren, maka pesantrennya pun gak bisa asal pilih, sama kayak yang udah Ibu saya bilang "cari dulu pondok pesantren yang bagus".

Emang ponpes yang bagus itu yang kayak gimana sih?
Tentu saja tiap orang standar bagusnya akan beda- beda, jadi di sini saya akan bantu Buybu gimana dan apa aja sih yang harus dipertimbangkan ketika ingin menyekolahkan anak ke pesantren.

Ini dia 7 hal yang harus dipertimbangkan jika ingin menyekolahkan anak di ponpes, disertai tips memilih pondok pesantren yang tepat untuk anak

 

1. Pastikan anak tidak terpaksa

Banyak stigma negatif yang terbentuk dalam pikiran anak tentang pesantren. Ada yang berpikiran kalau pesantren itu seperti penjara, banyak juga yang mikir bahwa pesantren itu tempatnya anak nakal, bahkan banyak yang bilang kalo sekolahnya di pesantren nanti jadi susah buat masuk universitas bergengsi.

Nyatanya ponpes tidak seburuk yang anak- anak pikirkan, kadang pikiran- pikiran itu bisa terbentuk karena orangtua yang sebenarnya gak mau jauh dari anaknya jadi orangtua mengarang stigma buruk pesantren agar anaknya gak mau di pesantren, atau bisa juga stigma terbentuk karena faktor di luar orangtua.

2. Sesuaikan pesantren dengan mazhab/ ideologi yang dianut keluarga

Setelah orangtua setuju dan anak pun ada keinginan untuk bersekolah di ponpes, maka hal selanjutnya tinggal memilih ponpes mana yang tepat berdasarkan mazhab yang diikuti dalam keluarga. Mazhab/ ideologi di sini maksudnya adalah paham apa dalam agama yang menjadi kebiasaan dalam keluarga seperti misalnya apakah NU, Muhammadiyah, atau paham kelompok minoritas seperti persis atau LDII. Salah satu caranya lihat pendirinya siapa, pimpinannya siapa, dan harus juga tanya- tanya biar lebih yaqin aja sih.


3. Tentukan dulu format pendidikan dan jenis pesantrennya

Pesantren di Indonesia ada banyak sekali dan tentunya jenisnya pun bermacam- macam, dan yang dimaksud dengan jenis pesantren di sini adalah kultur dan kurikulum dalam pesantren itu sendiri yaitu
  • Pesantren Salafi merupakan pesantren tradisional yang lebih menekankan pada pemahaman pelajaran, budaya, dan nilai- nilai kuat keagamaan jadi pesantren ini hanya mengajarkan pelajaran agama saja tidak menyertakan kurikulum dari pemerintah. Misalnya belajar kitab- kitab klasik, menghafal Al- quran dan Al- Hadist, sejarah kebudayaan islam, dll.

  • Pesantren Modern adalah pesantren yang masih mengikuti standar kurikulum dari pemerintah dan lebih menekankan kepada pelajaran, budaya, dan nilai- nilai agama secara umum.

  • Sedangkan pesantren campuran menggunakan kurikulum campuran yaitu kurikulum yang diwajibkan pemerintah dengan kurikulum agama dari pesantren.


4. Amati program lainnya dan ekstrakurikuler

Sama seperti ketika kita pilih- pilih sekolah, kita pasti bakal lihat- lihat dulu kegiatan lain dan ekstrakurikuler yang ada. Pesantren pun begitu, amati juga ekstrakurikuler dan kegiatan apa saja yang ada di ponpes berikut peraturan yang ditetapkan ponpes bagi para orangtua dan santri.

5. Lingkungan pesantren harus bersih, aman, dan nyaman

Menyekolahkan anak ke pesantren tentu tidak cukup dengan hanya memperhatikan kurikulumnya saja mengingat anak kita juga akan menetap dan bertempat tinggal di sana selama pendidikan berlangsung. Maka perlu agar Buibu juga memperhatikan bagaimana suasana di lingkungan pesantren, baik dari segi kebersihan, keamanan, maupun kenyamanan. Semua ini melingkupi sarana dan prasarana yang disediakan pesantren untuk para santri di sana, apalagi ada pesantren yang menyediakan fasilitas penginapan yang bersih dan nyaman untuk orangtua yang harus menginap di pesantren karena lokasi pesantren yang jauh dari rumah.

6. Perhatikan letak strategis dan geografis pesantren

Nah melihat lingkungan sekitar di luar pesantren juga penting nih Buibu. Kita gak mau dong kalau tiba- tiba terjadi apa- apa, terus anak kita susah mau kabur atau lari kemana akibat ponpesnya ada di atas gunung yang akses kendaraan aja sulit. Misalnya lho yaa misalnya... Maka dari itu, kita juga harus melihat kemudahan akses ke sana bagaimana.

7. Sesuaikan jauh dekat lokasi dan biayanya

Sekolah di pesantren tentu biayanya akan berbeda dibanding sekolah umum. Pastinya akan lebih mahal di pesantren ya Buybu karena kita gak Cuma bayar biaya pendidikannya, tapi juga biaya kehidupannya di sana. Maka setelah Buybu selesai membuat list pesantren mana yang akan dituju, Buybu tinggal menyesuaikan pesantren mana yang sesuai budget dan sesuaikan jauh dekatnya lokasi dengan kemampuan Buybu. Misalnya kalau punya mobil pribadi dan gak masalah menyetir jauh, artinya gak masalah juga pilih ponpes yang jauh, kalau dirasa karena belum punya kendaraan jadi harus pake kendaraan umum, ya bisa pilih ponpes yang dekat. Apalagi sekarang banyak banget ponpes di tengah kota.


So, itu dia Buybu. Mungkin agak sedikit ribet ya, tapi begitulah kita memang harus teliti dalam memilih pendidikan di jaman sekarang. Pun gak cuma pesantren aja, semua sekolah pun harus dilihat dengan teliti terlebih dahulu sebelum kita bisa tenang menitipkan putra putri kita untuk menuntut ilmu di sana.

Semoga bermanfaat!