Oke ini dia pelajaran yang dapat diambil dari apa yang beliau sampaikan...
Allah mengutus Nabi Besar Muhammad SAW yang dari kalangan biasa, yang walaupun tidak bisa membaca, tapi Allah memberikan anugerah tak ternilai untuk melengkapi perjuangan Nabi.
Anugerah apakah itu?
Anugerah berupa kehadiran para sahabat yang diberikan kelebihan oleh Allah untuk melengkapi kekurangan Nabi Muhammad SAW sebagai manusia dan selalu setia mendampingi perjuangan Nabi.
Iya, benar sekali bahwasanya keberadaan saudara dan teman- teman yang baik nan soleh merupakan rejeki yang tak terhingga. Bersyukurlah.
Pun benar bahwa sifat paling menonjol yang dapat kita pelajari dari Nabi Muhammad SAW berasal dari ketulusan hatinya sehingga muncullah sifat mulia Nabi yang jujur dan lemah lembut.
Sejatinya hal ini pun sudah sering kita dengar bahwa Allah tidak melihat kita dari penampilan luar saja, tidak juga dari bagaimana cara kita berjalan dengan membusungkan dada, tapi apa yang Allah lihat? Hatimu... Allah hanya melihat hatimu.
Hati adalah sumber dari segalanya. Sebagaimana disebutkan dalam hadis berikut
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati.” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
Nah, bicara tentang jujur, saya jadi laper karena jadi pengen makan jujur ayam kan? Atau jujur kacang ijo juga enak.
Kejujuran ini memang sangat langka dimiliki manusia jaman sekarang, padahal ada hadist bilang,
"Berkatalah yang jujur walaupun menyakitkan" (HR. Ahmad 5:159).
Tapi betapapun kejujuran ini merupakan sifat yang amat baik dan wajib kita amalkan, ternyata islam memiliki pengecualian- pengecualian untuk hal- hal baik lho, begitu juga dengan hal baik seperti sifat jujur ini.
Ah yang bener?
Masa sih jujur dilarang?
No no, jujur tidak dilarang, tapi ada kondisi- kondisi dimana kita harus menjaga ucapan kita meskipun ucapan itu merupakan kebenaran.
Dalam kondisi apa aja tuh?
Nah adapun kita dilarang untuk jujur adalah pada kondisi berikut
1. Ketika berperang
Saat perang, jangan jujur tentang apa apa mengenai persiapan perangmu, tentang strategi dan senjatamu. Karena jika musuh mengetahuinya, habislah kau. Bagaimana kau ini hah..
2. Jujur kepada 2 (dua) orang yang berselisih
"Bukan seorang pendusta, orang yang berbohong untuk mendamaikan antar-sesama manusia. Dia menumbuhkan kebaikan atau mengatakan kebaikan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Jujur (tentang masa lalu) kepada pasangan
Nah, jadi itu dia 3 Kondisi dimana kita diperbolehkan berbohong yang kesemuanya sebenarnya telah terangkum dalam hadis Nabi SAW
"Dan aku (Ummu Kultsum) tidak mendengar bahwa beliau memberikan rukhsah (keringanan) dari dusta yang dikatakan oleh manusia kecuali dalam perang, mendamaikan antara manusia, pembicaraan seorang suami pada istrinya dan pembicaraan istri pada suaminya".(HR. Muslim).