Search This Blog

10/16/2020

Perkembangan Mengejutkan Bayi 18 Bulan


Tumbuh kembang bayi dan anak- anak memang selalu menarik untuk diikuti. Apalagi perkembangan bayi usia 18 bulan, akankah mengejutkan? Karena selain lucu dan menggemaskan, akan tiba saat sikapnya mulai menyebalkan. Sebal sebal sayang gimana gitu Buybu hihi.

Nah saya pun begitu, tentunya saya juga senang sekali memperhatikan dan mengikuti tumbuh kembang Kimora, anak saya. Tingkahnya yang semakin lucu, apalagi ketika selera humornya mulai muncul. Lucu ya.

Namun ketika menginjak usia 18 bulan, Kimi mulai bertingkah menyebalkan, karena ia mulai pintar memilih dan memilah, mulai punya emosi dan perasaan, mulai mengenal siapa yang ia mau untuk berada di sampingnya.

Karena kimi termasuk anak yang anteng, lalu tiba- tiba dia menangis ketika keinginannya tidak dipenuhi, maka saya pun agak sedikit terkejut. Jadi terkejutnya sedikit sekali ya Buybu hahhaa
Tapi begitu saya tau penyebabnya, ya saya jadi paham nih.

Terutama dua pertanyaan ini

1.    Kenapa mulai ada tantrum?
2.    Kenapa mulai gak mau ditinggal seinchipun?

Kenapa ada dua pertanyaan di atas?
 
Karena sebelumnya gak begitu, gak tantrum dan gak papa kalau ketemu orang baru.

Tapi setelah saya cek, saya amati, saya pelajari, ya memang begitulah.

Begitulah salah satu tahapan tumbuh kembang anak bayi berusia satu setengah tahun.

Mungkin berbeda untuk setiap anak, misalnya ada anak yang seharian sama ibunya jadi gak ada gejala tantrum dan gak mau ditinggal. Pasti berbeda dengan anak yang ibunya bekerja seperti saya, khususnya Kimi ini banyak bertemu orang baru. Seperti pengasuhnya, dan sekarang pun ia masih harus beradaptasi dengan para guru dan teman- teman barunya di daycare.

Memang pandemi ini memberikan banyak sekali pengalaman baru bagi saya khususnya sebagai seorang Ibu, tentu saja kimi pun merasakan. Dari persoalan pengasuh yang memunculkan drama seperti yang telah saya ceritakan disini, hingga akhirnya kimi harus kembali ke daycare.

Nah karena lama tidak sekolah di daycare, jadi kimi harus beradaptasi lagi di sana yang mungkin sedikit berat untuknya. Karena awal- awal di daycare ia mogok makan, Cuma mau minum susu. Sama sekali gak makan, emangnya gak laper apa kim?

Tapi tentu saja sebagai orangtua kita harus tetap positif, percaya pada anak kita pasti mampu melalui masa- masa itu dengan baik. Sambil tetap didampingi, diiringi, diberikan pengertian bahwa tidak semua yang kita inginkan harus kita dapatkan, kita hanya butuh bersabar.

Suatu nasehat yang sangat mudah diucapkan, tapi pada kenyataannya ya mudah juga dijalani sih. Jalanin aja dulu. Ahahaha kayak orang pacaran aja.

Oke kembali ke dua poin di atas

Tantrum


Tantrum itu apa sih?
Tantrum adalah perilaku marah pada bayi atau anak- anak, biasanya muncul di usia 2-3 tahun. Cara anak tantrum berbeda- beda ada yang mengekspresikannya dengan menendang- nendang, berteriak, atau bahkan hanya menangis kencang yang seakan gak mau berhenti.

Nah tantrum ini sendiri umum terjadi dan penyebabnya adalah karena anak- anak masih belajar mengkomunikasikan keinginannya, jadi karena mereka belum mampu menggunakan kata- kata untuk mengutarakan dan mengungkap emosinya, maka terjadilah tantrum yang merupakan ekspresi frustasi dan kesal karena anak tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Lalu bagaimana cara orangtua mengatasinya?

Tenang dan Sabar

Kunci utama mengatasi tantrum adalah tetap tenang dan sabar, jangan ikutan tantrum hihi karena marah pada anak yang sedang tantrum itu percuma.

Beri waktu dan tunggu anak tenang

Tetap temani anak yang sedang tantrum, kalau saya cukup dilihatin saja, nanti dia juga nyamperin sendiri. Dia akan memeluk ibunya lagi karena mungkin dia sadar kalau dia memang sedang marah dan belum tau harus bagaimana kalau sedang marah. Padahal dirinya pun butuh seseorang yang bisa menenangkannya.

Kalau ternyata saya biarkan namun nangisnya lama, saya juga akhirnya harus membantunya untuk tenang, dengan menghampirinya dan bertanya, “kimi kenapa?”. Biasanya dia akan langsung memeluk. Tapi seringnya pun nangisnya tidak akan terlalu lama karena sebenernya saya paham apa yang dia minta, hanya saja saya juga perlu dia untuk tenang.
 
Jadi, kalau saya sih tidak langsung memberikan apa yang dia minta karena saya mau dia tenang dulu dan biar puas dulu meluapkan emosinya. Kalau belum mau dipeluk, biarkan saja, beri dia waktu untuk memahami apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Kalau sudah sedikit tenang, baru kita katakan padanya bahwa sedih dan marah itu hal yang wajar.
 
Tentu dengan kata- kata yang sederhana.
 
“Udah nangisnya? Gapapa, sedih itu wajar kok, sini peluk Ami. Kalo Kimi mau apa bilang ke Ami atau Abi, kan Kimi anak baik anak pinter anak soleha. Jadi kenapa tadi Kimi nangis?”

Tentu anak gak serta merta langsung mengerti, suatu saat bakal ada tantrum lagi. Makanya butuh pengulangan, karena anak sebenernya paham apa yang kita maksud, hanya saja pastinya butuh waktu untuk bisa mengekspresikan perasaannya dengan baik.
 
Nah sekarang yang kedua
 

Gak Mau Ditinggal

Hal ini gak Cuma dialami oleh ibu bekerja, ibu yang stay di rumah sama anakpun merasakannya. Bahkan ke kamar mandi juga diikutin, atau pintunya digedor- gedor.
 
Nah kenapa tuh anak bayi jadi gak mau ditinggal walau Cuma sebentar?
 
Karena pada usia satu setengah tahun ini, bayi sudah mulai menyadari ketika orangtuanya tidak ada. Terutama bila anak lapar, sakit, capek, kemungkinan ia akan membuat keributan untuk mencari perhatian salah satunya seperti tantrum tapi manipulatif karena hanya bermaksud mencari perhatian.
 
Nah untuk ibu yang bekerja seperti saya yang harus menitipkan anak di daycare, memang butuh proses agar anak terbiasa dan tidak menangis saat berpisah dari saya. Hal yang bisa kita lakukan adalah selalu mengkomunikasikan apapun kepada anak.
 
Misalnya,
 
“Besok Kimi sekolah ya, nanti ketemu bu guru dan teman- teman baru, nanti bisa main bareng, pasti seru”

Nah sesampainya di sekolah, pasti dia akan menangis karena kita tinggal. Komunikasikan lagi pada anak kapan kita akan kembali untuknya.

“Nah kimi masuk sekolah dulu yaa, Ami kerja dulu, nanti sore Ami jemput, oke?”

Harus sejelas itu Buybu karena gak Cuma kita aja yang butuh kepastian, anak bayi juga butuh kepastian dong. Hihi

Kesimpulan

Pada dasarnya memang keterbukaan dan komunikasi adalah kunci utama sebuah hubungan bahkan antara ibu dan bayinya sekalipun. Jadi jangan pernah meremehkan anak bayi kita. Mungkin kita pernah berpikir dia masih bayi jadi belum mengerti dengan apa yang kita katakan, alhasil kita abaikan dia dan tidak pernah memberitahunya apa saja yang nanti akan dihadapinya.

Padahal tidak begitu, bayi atau anak- anak meskipun belum lancar berbicara, tapi sebenarnya mereka mengerti kok apa yang kita katakan. Jadi cukup hadapi dengan tenang dan berikan pengertian saja, insyaAllah mudah- mudahan anak kita mengerti dan paham bagaimana cara bersikap yang baik.
Please feel free to correct me if im wrong yaa Buybu.

Semoga bermanfaat!


No comments:

Post a Comment