Search This Blog

first saw a solar eclipse


Yey, masih dalam suasana liburan nih.
Hari itu, gw dan septi mau pergi ke taman menteng dalam rangka memenuhi undangan roni untuk melihat gerhana matahari yang terjadi pada hari ini, Jumat tanggal 15 Januari 2010 pukul 14.37 s.d 16.00.
Dengan segala sukacita dan kerendahan hati kami dalam kehidupan kami yang merakyat, kami pun naik angkot dan kopaja P.20 untuk dapat sampai kesana (baca:taman Menteng). Karena, dengan adanya kami sebagai penumpang angkot2 tersebut, maka penghasilan abang2 angkot pun akan bertambah. Dengan begitu, penghasilan Negara kita akan meningkat. Betul begitu kan pak presiden??
***gw merasa percaya diri bahwa pak presiden akan menyempatkan diri membaca tulisan sampah ini***
Lanjutt…
Sesampainya disana, ternyata tidak ada tanda2 akan adanya penontonan gerhana matahari.
Langkah yang kami ambil untuk mengatasi hal ini adalah menelpon roni, dan memastikan akan suatu kepastian yang pasti.
Aih, ternyata tempatnya di planetarium. Okey, akhirnya kami pun pergi ke planetarium. Sekedar informasi untuk yang belum tau, planetarium itu bukan planet lain diluar planet bumi yah…planetarium adalah suatu tempat yang mirip akuarium, kalo akuarium isinya air, kalo planetarium isinya planet, nah udah ngerti kan sekarang?
Dan… Suatu insiden pun terjadi dalam perjalanan kami menuju akuarium, eh, planetarium.
Gw memang bilang sama keneknya, “bang, turunin di masjid cut mutia ya bang?”, abang yang gak tampan2 amat itu pun mengangguk dengan haqqul yakinnya.
Akhirnya, gw dan septi diturunin deh tuh, di suatu persimpangan jalan yang sama sekali gak kita tau. “ya Tuhan… aku ada dimana?” Itulah yang ada dalam pikiran kami saat itu. Saat sedang dilanda kebingungan, ada seekor bajay mendekat, dan berbicara kepada septi, “Neng Bajay?”, septi menggeleng, si bajay meluncur pergi, kemudian septi bilang ke gw, “sialan mol, masa gw dipanggil bajay?”. Hahaha kami pun tertawa bersama dalam susah maupun senang. Lho?
Kalian pasti sudah tahu, langkah apa yang kami ambil dalam mengatasi ketersesatan kami?
Yap yap, kami pun menelpon roni untuk memastikan akan suatu kepastian yang pasti.
Akhirnya, roni pun menongolkan dirinya seakan- akan ia datang dari seberang jalanan.
Semula, kami bingung juga, di seberang jalanan kok banyak orang2 melambai ke arah kami, kami mengira, disini ada artis, eh ternyata mereka adalah tukang2 ojek yang ingin menawarkan jasa perojekan kepada kami yang terlihat seperti anak ayam kehilangan induknya karena ketawa2 gak jelas setelah melihat bajay sehingga hal itu mengundang simpati dari mereka.
Setelah mengantarkan roni ke hero untuk membeli sesajen, sampailah kami di planetarium.
Singkat cerita, waktu menunjukkan pukul 14.37, kami semua siap menonton peristiwa bersejarah yang jarang gw saksikan, gerhana matahari. Agak sedikit lumayan cukup ramai juga sih disini, dengan hanya 3 ekor teleskop yang bersarang di tempatnya masing2, kami dapat melihat gerhana matahari dengan segala kepanasannya . Mantap!
Oh iya, ternyata disini yang hadir juga kebanyakan adalah wartawan, alhasil gw dan temen2 gw jadi poto model mendadak dangdut gitu deh. Sambil bergaya pura- pura lagi ngeliatin gerhana matahari pake solar viewer walaupun sebenernya mataharinya lagi ketutup awan. Haduh ternyata selain penuh kepura- puraan, pegel juga yah jadi model -.-)’  ßbuset, belagu banget ni orang, situ oke?)
Ada pemain film juga ikut ngantri di belakang gw untuk ngeliat gerhana lewat teleskop.
Roni pun  menegur seorang bintang film tersebut dengan sotoynya,
“Mas, mas yang main di sang pemimpi ya?”,
 “sang pemimpi?”
“iya, yang di sang pemimpi kan?”
“lascar pelangi kali??”
“oh iya ya, lascar pelangi, haha”
Semuanya pun menyoraki roni. Gak semuanya juga sih, emang lu kata roni se-eksis itu sampe semuanya nyorakin dia? Hihhh gak banget deh… (kok gw jadi sentiment gitu sih sama roni).
Oh iya, gw belum kasih tau kalo actor tadi itu adalah seorang yang berperan sebagai guru yang membelot di SD Muhammadiyah, yang bernama pak Bakri. Hehe tapi sayang, gak sempet poto2, abisnya dia langsung kabur gitu abis ngeliat gerhana. Ckck sungguh tidak pengertian dirinya itu, masa ga poto2 dulu sih sama kita2. (hah siapa elu?)
Setelah selesai liat gerhana, kami pun nonton pelem planetarium.. itu loh yang waktu SD pernah kita tonton bareng2 sambil ngupil, inget gak?
Wah seru deh, gw seneng banget ngeliatnya, nyengir mulu gitu deh, padahal bintang2nya Cuma boongan tuh, gw juga tau. Tapi keliatan metal aja gitu, bikin gw girang. Makasih ya Allah…
Eh si Kurnia datang saat kami tengah menonton. Kurnia bukan tamu tak diundang, sebenernya dia diundang sih, tapi dia gak diantar. Seharusnya jika datang tak diundang, pulang tak diantar, maka untuk Kurnia pun harusnya berlaku hokum yang sama, jika Kurnia datang diundang, maka pulang harus diantar.
Eh tapi ini tidak. Kurnia tidak minta, kami pun tidak ingin menawarkan. Jadi intinya, terserah Kurnia aja dah.
Singkat cerita ah, selesai menonton begituan, kami makan bersama pun, solat maghrib pun, terus pulang pun akhirnya..
Nah pas mau pulangnya nihh, karena tidak ada pedoman kita bingung ni kopaja P.20 pergi ke arah mana coba? Kita tidak pernah tahu karena tidak ada yang beri kita tahu. Langkah menelpon roni untuk memastikan suatu kepastian yang pasti pun tak lagi berhasil karena roni sudah ada di dalam sedang solat dan telah mengucapkan salam perpisahan kepada kami yang berbunyi, “dadah, makasi yah, hum bala bala syubida bidu, assalamualaikum”.
So, langkah kami kali ini adalah bertanya pada abang2 tukang tahu.
Abang tukang tahu yang sangat kami percayai itu pun menjawab, “p.20 disini ke arah senen mba, jadi jalan dulu ke tugu tani kalo mau ke lebay bulus”.
Tokay, eh salah, okay.. kurnia yg katanya baik hati itu pun menemani kami berjalan menuju tugu tani yang lumayan jauh dan bikin males. Tapi setelah sudah setengah jalan, kopaja p.20 yang daritadi seliweran lewat situ ada yang kebetulan lagi lewat sambil tereak- tereak, “BULUS…BULUS”.
“Dhuarr!!” detik itu juga, kami semua tersadar dari tidur panjang yang gelapkan malam. Kami yang notabene berpendidikan telah berhasil dikelabui abang tukang tahu yang dengan tulus kami sangat mempercayainya. Merasa dikhianati, gw pun segera mendoakan si abang tukang tahu supaya semakin ganteng, biar dia dibikin repot sama kegantengannya, hahaha ups!!
Akhirnya, kami sampai pun di ciputat dengan selamat sentosa atas berkat rahmat Allah dan dengan didorong oleh keinginan luhur.
Tapi gw sempet terpisah dan kehilangan jejak septi waktu turun dari p.20 di kolong jembatan fly over depan giant gara2 kita masih ngantuk malah udah disuruh turun. Gw sempet takut, deg2an, harap2 cemas, keringet dingin, mata merah pedih dan gatal. Itu semua terjadi begitu saja dalam beberapa menit saat gw tak kunjung menemukan keberadaan septi. Karena: pertama, gw ga pake kacamata, ga keliatan boo. Kedua, gw sama sekali gak megang duit karena tadi pas mau pulang, tas gw, gw masukin ke dalam tasnya septi dengan sewenang- wenang. Ah, ga kebayang deh, gw takut juga kalo seandainya harus minta tolong ke siapa? polisi tidur aja gak ada apalagi polisi yang lagi melek.
Tapi ternyata, Allah berkehendak lain, kami pun dipertemukan kembali oleh takdir demi bersama- sama melanjutkan kembali perjalanan ke ciputat mengambil kitap suci.
Terimakasih saya ucapkan untuk Roni yang telah banyak memberikan pelajaran kepada kami melalui obrolan2 yang bermanfaat dan atas tontonan yang menakjubkan hari ini. Septi si eneng bajay yang lucu, baik hati dan setia menemanikuh dalam perjalanan mengambil kitab suci ini. Abang kurnia yang ikut menyemarakkan hari itu walau datengnya telat banget, tapi okelah, yang penting Indonesia MERDEKA!!



0 comments:

Post a Comment