Pernahkah Buybu merasa bimbang untuk memilih antara pekerjaan atau menjadi ibu rumah tangga yang full time menjaga dan mendidik anak di rumah?
Kalau pernah, sungguh beruntungnya Buybu masih diberi pilihan, karena banyak sekali Buybu di luar sana yang harus hidup seperti apa adanya tanpa pilihan dan tanpa bisa memilih sama sekali.
Saya yakin, kita bukannya tidak bersyukur ketika dihadapkan pada pilihan itu. Yaitu pilihan antara menjadi ibu pekerja atau ibu rumah tangga. Keduanya merupakan pilihan yang sama. Sama- sama dilakukan demi keberlangsungan dan kelayakan hidup anak dan keluarga, sama- sama merupakan pilihan yang hebat, sama- sama membutuhkan keberanian dan pengorbanan, dan sama halnya dengan segala sesuatu yang ada di dunia ini, masing- masing pilihan punya kelebihan dan kekurangannya.
Pun kita sebagai Ibu, bukannya ingin mengeluh ketika hidup ini merasa sawang sinawang. Ibu pekerja ingin menjadi ibu rumah tangga dan menjaga anak di rumah, sedangkan yang ibu rumah tangga ingin juga menjadi ibu pekerja yang berpenghasilan dan diakui. Karena kadang memang ada satu titik dimana kita hanya merasa jenuh sehingga kita lupa untuk mensyukuri perjalanan yang ternyata sudah sejauh ini kita tempuh dan sesungguhnya inilah jalan yang kita inginkan, inilah pilihan hidup yang telah kita pilih.
Saya punya seorang teman yang memang hobinya bekerja, passionnya bekerja, jadi tidak ada masalah ketika dia akhirnya memiliki anak, tidak ada keraguan dalam dirinya, tidak ada kebimbangan atas pilihan antara tetap bekerja atau mengasuh anak di rumah, karena passionnya memang condong ke karir namun tetap bisa dekat dengan anak.
Ini hebat.
Di tempat lain, ada juga teman saya lulusan S2 yang ahli di bidangnya, namun pada tingkat prestasi pendidikan dan karir yang cukup baik seperti itu dia resign dari pekerjaan karena keinginannya adalah mendidik anaknya sendiri di rumah, cita- citanya mencetak generasi soleh soleha dengan tangannya sendiri.
Ini pun luar biasa, tidak kalah hebatnya.
Namun, merekapun yang telah memilih jalannya dengan mantap dan tegas untuk menjadi ibu pekerja maupun ibu rumah tangga, terkadang masih juga muncul rasa jenuh dan di satu titik pernah kepikiran untuk menjalani hidup yang berbeda.
Bagi Ibu Rumah Tangga, Ibu yang bekerja tentu saja keliatan enak, berpenghasilan tetap, pergaulan luas, diakui eksistensinya dalam hal prestasi pekerjaan dan keuangan, dan jauh dari stress karena setiap hari keluar rumah apalagi bisa cari hiburan bersama rekan kerja di kantor.
Sedangkan bagi ibu pekerja, ibu rumah tangga pun terlihat lebih nyaman, bisa melihat tumbuh kembang anak, mendidik dan mengasuh anak dengan cara sendiri, tidak perlu memikirkan target pekerjaan dan tekanan dari atasan, belum lagi jika sedang mendapat masalah dengan atasan atau rekan kerja ataupun hal lainnya yang tidak disukai di kantor.
Ya, kita hanya melihat sisi lain kehidupan di bagian enaknya saja sementara jika orang lain melihat hidup kita sendiri sebenarnya orangpun iri. Begitu terus tidak ada kelarnya Buybu. Namun saya kira wajar saja Buybu merasakan hal seperti ini karena memang sifat dasar manusia seperti itu, tidak akan pernah merasa puas. Justru kalau Buybu cepat merasa puas, saya curiga Buybu bukan manusia.
Hehe
Saya ada cerita, ada seorang ibu dengan lima orang anak yang masih kecil- kecil, dan pekerjaan suami dari ibu ini adalah seorang serabutan. Serabutan di atas serabutan karena benar- benar tidak jelas pekerjaannya, bahkan istrinya sendiri tidak tau suaminya bekerja apa karena setiap berangkat kerja, sang suami selalu kembali lagi kepada sang istri dalam jangka waktu yang lama. Kadang tiga bulan baru kembali, bahkan bisa sampai enam bulan baru kembali. Sayangnya, sang suami kembali tidak membawa hasil sepeserpun.
Dari cerita tersebut, apakah ibu dengan lima anak ini punya pilihan?
Bukan pilihan terhadap kelakuan suaminya ya Buybu tapi pilihan seperti, haruskah saya tetap bekerja atau mengurus anak di rumah?
Bayangkan hidup dengan lima orang anak yang masih kecil- kecil dan dengan suami yang tidak bertanggung jawab, rasanya ibu ini tidak punya pilihan lain selain harus bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup beliau sendiri dan anak- anaknya.
Ya, pada akhirnya hanya rasa syukur yang mampu membuat semua Buybu bertahan, hati yang luas untuk merasa cukup, dan pikiran yang luas untuk terus belajar.
0 comments:
Post a Comment