Search This Blog

Apakah ada Seorang Ibu yang Tidak Ada Surga di Telapak Kakinya?

Buibu percaya gak?

Saya sih inginnya tidak mau mempercayai ini, yaitu fakta bahwa tidak semua ibu benar- benar menyayangi anaknya dengan perasaan tulus ikhlas.

Mungkin sudah banyak cerita yang kita dengar tentang ibu macam ini, hingga ada buku juga yang berjudul "Ibuku tak menyimpan surga di telapak kakinya" karangan Triani Retno.

Miris memang. Kok bisa? Saya pun tidak tahu, mungkin penyebabnya bisa sangat beragam.

Tapii yang ingin saya katakan bahwa apakah kita juga sudah cukup siap menjadi ibu yang ikhlas, yang sadar akan tanggung jawabnya, yang sadar bahwa hamil dan melahirkan adalah murni keinginan orangtua, jadi merawat dan membesarkan anakpun merupakan tanggung jawab orangtua.

Ya, tanggung jawab orangtua, artinya tidak perlu ada orangtua yang pada akhirnya meminta dibalas kebaikannya karena dulu telah melahirkan, menyusui, membesarkan sang anak. Maksud saya, tidak perlu memintapun, ketulusan kasih sayang ibu akan membuat hati sang anak cukup tahu diri untuk berusaha membalasnya.

Jadi, bukan keinginan anak untuk dilahirkan, pun anak tidak bisa memilih dilahirkan dari rahim yang mana. Maka keputusan untuk punya anak adalah murni tanggung jawab orangtua, bukan?

Tapi kenapa masih banyak orangtua yang berpikiran bahwa anak adalah milik orangtua? Padahal akhirnya kitalah yang seolah jadi seperti milik anak.

Bukankah apa yang kita lakukan selalu untuknya?

Entahlah, pemikiran ini terjadi karena ada fenomena liar yang sebenarnya sudah banyak terjadi di sekitar kita.

Kenapa ada ibu yang seperti itu?
Apa benar ada ibu yang di kakinya tidak terdapat surga?

Lalu yang lebih membingungkan, dari segi agama kita harus benar- benar berbakti kepada ibu hingga Nabi SAW menyebutkannya sebanyak tiga kali.

Tapi bagaimana dengan ibu yang suka menyiksa anaknya? Bagaimana dengan ibu yang tidak menganggap anaknya? Bagaimana dengan ibu yang tidak peduli? Bagaimana dengan ibu yang tidak bertanggungjawab? Bagaimana jika ibu suka berbohong dan mengada- ada? Bagaimana dengan ibu yang sifatnya begitu buruk hingga kita tidak dapat lagi melihat teladan darinya?

Rasanya memang agama tetap meminta untuk harus tetap berbakti walau bagaimanapun buruknya sifat ibu. Mungkin itulah sabar, itulah syukur, itulah cara Allah berkomunikasi bahwa iya, begitulah hidup, jangan bergantung kepada manusia, bergantunglah hanya pada-KU.

Entahlah, rasa- rasanya aneh, akan ada banyak pemikiran yang cukup rumit untuk dimengerti oleh orang- orang normal seperti kita. Yang akan tetap berusaha baik meski dunia tidak melihatnya.

Mudah- mudahan kita termasuk ibu- ibu yang ikhlas hingga keikhlasan itu pun sampai ke hati anak- anak kita sampai mereka dewasa nanti.

Aamiin

0 comments:

Post a Comment