Menyapih itu apa sih Buybu? Menyapih atau sapih merupakan salah satu proses berakhirnya masa menyusui bayi, baik karena usia sudah genap dua tahun maupun karena sebab lain.
Kenapa saya bilang menyapih itu proses?
Karena eh karena, sebetulnya menyapih itu masih masuk dalam proses menyusui, dengan kata lain, sapih itu proses saat ibu harus membiasakan bayi agar lepas atau tidak lagi menyusu.
Menyapih itu menurut saya penting sih Bu. Apalagi di Al-quran pun sudah dijelaskan bahwa kita, emak- emak yang ingin menyempurnakan penyusuan yakni hanya dilakukan selama dua tahun saja. Selain itu, saya rasa manfaatnya juga bisa dirasakan ketika proses menyapih ini bisa dijalani dengan baik. Bagi Buybu, menyapih bertahap bisa menghindari kita dari pembengkakan payudara, sedangkan bagi bayi, proses menyapih artinya sama dengan melatih kemandiriannya secara bertahap.
Nah, sekarang anak saya Kim Oh Ra (biar kayak orang korea aja gitu) sedang persiapan menyapih nih Buybu. Sebenernya persiapannya gak sekarang- sekarang aja, sudah sejak dia berumur 20 bulan pun sudah saya persiapkan.
Apa aja sih persiapannya? Ribet gak sih? Kok kayak yang ribet banget?
Sebenernya kaga ribet Buybu, cuma supaya menarik aja gitu jadi diribet- ribetin, ahahah becanda dinkkk
Jadi, persiapan menyapih versi saya itu sederhana saja walau kendala mah pasti ada. Namanya juga kebiasaan yang sudah dijalani kurang dari dua tahun pasti buat move on juga gak semudah membalikkan telapak tangan ya buuuu.
So, ini dia persiapan menyapih Kim Oh Ra
1. Komunikasikan dan ulangi
Persiapan pertama yang saya lakukan adalah memberitahu anak tentang rencana menyapih.
"Kim, kan sebentar lagi kimi umur 2 tahun, nah kalo udah 2 tahun artinya kimi sudah besar jadi tidak nenen lagi nanti ya".
Kapan saya mengajaknya bicara rencana menyapih?
Kalau saya sih sudah berbicara tentang rencana menyapih semenjak Kimi berusia 20 bulan.
Apakah memberitahunya hanya sekali?
Tidak Buybu, tentu berulang tapi kalau saya gak sering mengulanginya. Saya yakin anak pasti mengerti karena komunikasi ini merupakan salah satu budaya keterbukaan yang ingin saya tanamkan dalam keluarga. Komunikasi yang saya lakukan termasuk hipnoterapi yaitu saya juga berbicara hal ini ketika anak sudah mengantuk ingin tidur namun masih belum benar- benar tertidur.
2. Kurangi Frekuensi Menyusui
Nah setelah mengajaknya bicara dan yang saya yakini dia mengerti, sekarang waktunya kita tes apa benar dia mengerti.
Kapan?
Saya mulai mengurangi kegiatan menyusui semenjak Kimi berusia 21 bulan.
Caranya tentu saja dengan melatih diri ini membuatkannya susu formula yang enak.
Selain itu, saat dia merengek meminta nenen, jawab rengekannya dengan, "tidak ya, kimi sudah harus mengurangi nenen karena sebentar lagi usia kimi sudah 2 tahun".
Kemudian lihatlah responnya Buybu, dia hanya manyun dan menunduk kemudian mulai main sendiri. Tanpa nangis dan merengek lagi.
Artinya Kimi sudah mengerti tentang apa yang telah saya katakan padanya. Frekuensi menyusui mulai berkurang saat itu.
3. Berikan Lebih Banyak Makanan dan Cemilan Kesukaannya
Berkurangnya frekuensi menyusui tentu saja membuat anak jadi lapar. Selain bentuk pengalihan, mengajaknya bermain dan memberikannya lebih banyak makanan dan cemilan kesukaannya juga dapat membuatnya lebih kenyang dan lebih lelah sehingga ia akan lebih mudah tertidur.
4. Berikan Kasih Sayang Ekstra
Berkurangnya waktu menyusui dan proses menuju sapih tentu bukan hal mudah bagi ibu dan bayi. Kebiasaan yang tiba- tiba harus dikurangi tentu saja membuat anak juga sedih dan tidak serta merta mudah melepaskannya. Walau kelihatannya dia tegar dan mengerti, jangan lupa untuk terus memberikan kasih sayang yang lebih untuknya, berikan pelukan hangat, ciuman, kebersamaan yang membuatnya mengerti bahwa ibu bersikap tegas dalam menyapihnya adalah demi kebaikannya sendiri, jangan sampai dia berpikir karena ibu tidak lagi sesayang itu padanya. Hihi pastikan no drama drama club ya Buybu.
5. Minta Dukungan Suami
Dukungan suami tentu penting banget nih, terutama ketika bayi sudah terbiasa tidur kelonan sambil nenen. Sesekali coba minta bantuan suami untuk mengajak anak bermain sampai tertidur. Hal ini merupakan salah satu pengalihan setelah pengalihan nenen di siang hari berhasil dilakukan.
6. Hal Terpenting
Diantara semua poin, hal terpenting yang harus dipersiapkan adalah diri Buybu sendiri. Siap untuk tanpa lelah mengkomunikasikan, siap untuk bersabar dan menahan emosi ketika anak masih sulit menerima kenyataan (hehe), dan tentu saja siap untuk melepas anak menjadi lebih mandiri tanpa ada lagi momen menyusui yang super indah itu. Bukan itu saja, kesiapan anak juga bisa dilihat salah satunya bisa coba Buybu perhatikan apakah bayi menyusuinya hanya sebentar- sebentar, apakah dia sudah mudah teralihkan ketika menyusui, dan apakah dia menyusui hanya untuk mencari kenyamanan. Jika iya, maka anak sudah siap untuk dilatih mandiri dengan disapih.
Jadi, itu dia Buybu 6 cara saya menyapih Kimi walau pada akhirnya, langkah akhir untuk benar- benar lepas dipermudah ketika daycare tiba- tiba libur dan Kimi harus sementara tinggal di rumah neneknya.
Secara keseluruhan, proses menyapih memang paling susah di malam hari, apalagi bayi seringkali terbangun di saat tengah malam dan menjelang subuh untuk menyusu. Seringkali tergoda untuk tetap menyusuinya di tengah malam karena Buybu (saya sih tepatnya) cenderung malas membuatkan susu formula di jam- jam kritis seperti itu. Inilah mengapa niat dan kesiapan jadi hal paling penting dalam menjalani proses penyapihan.
Oh ya, saya cenderung tidak menggunakan jamu- jamuan pahit yang dioleskan ke puting karena saya tidak ingin membohongi anak- anak saya, dan apalagi saya meyakini bahwa anak- anak akan mengerti apabila kita tepat dalam mengkomunikasikannya.
Namun semua tergantung dari keyakinan masing- masing Ibu, saya yakin semua Ibu ingin yang terbaik untuk anak- anaknya.
Semangat Menyapih Buybu..
Semoga bermanfaat!
Salam Sapih
0 comments:
Post a Comment