Search This Blog

10/16/2020

Perkembangan Mengejutkan Bayi 18 Bulan

October 16, 2020

Tumbuh kembang bayi dan anak- anak memang selalu menarik untuk diikuti. Apalagi perkembangan bayi usia 18 bulan, akankah mengejutkan? Karena selain lucu dan menggemaskan, akan tiba saat sikapnya mulai menyebalkan. Sebal sebal sayang gimana gitu Buybu hihi.

Nah saya pun begitu, tentunya saya juga senang sekali memperhatikan dan mengikuti tumbuh kembang Kimora, anak saya. Tingkahnya yang semakin lucu, apalagi ketika selera humornya mulai muncul. Lucu ya.

Namun ketika menginjak usia 18 bulan, Kimi mulai bertingkah menyebalkan, karena ia mulai pintar memilih dan memilah, mulai punya emosi dan perasaan, mulai mengenal siapa yang ia mau untuk berada di sampingnya.

Karena kimi termasuk anak yang anteng, lalu tiba- tiba dia menangis ketika keinginannya tidak dipenuhi, maka saya pun agak sedikit terkejut. Jadi terkejutnya sedikit sekali ya Buybu hahhaa
Tapi begitu saya tau penyebabnya, ya saya jadi paham nih.

Terutama dua pertanyaan ini

1.    Kenapa mulai ada tantrum?
2.    Kenapa mulai gak mau ditinggal seinchipun?

Kenapa ada dua pertanyaan di atas?
 
Karena sebelumnya gak begitu, gak tantrum dan gak papa kalau ketemu orang baru.

Tapi setelah saya cek, saya amati, saya pelajari, ya memang begitulah.

Begitulah salah satu tahapan tumbuh kembang anak bayi berusia satu setengah tahun.

Mungkin berbeda untuk setiap anak, misalnya ada anak yang seharian sama ibunya jadi gak ada gejala tantrum dan gak mau ditinggal. Pasti berbeda dengan anak yang ibunya bekerja seperti saya, khususnya Kimi ini banyak bertemu orang baru. Seperti pengasuhnya, dan sekarang pun ia masih harus beradaptasi dengan para guru dan teman- teman barunya di daycare.

Memang pandemi ini memberikan banyak sekali pengalaman baru bagi saya khususnya sebagai seorang Ibu, tentu saja kimi pun merasakan. Dari persoalan pengasuh yang memunculkan drama seperti yang telah saya ceritakan disini, hingga akhirnya kimi harus kembali ke daycare.

Nah karena lama tidak sekolah di daycare, jadi kimi harus beradaptasi lagi di sana yang mungkin sedikit berat untuknya. Karena awal- awal di daycare ia mogok makan, Cuma mau minum susu. Sama sekali gak makan, emangnya gak laper apa kim?

Tapi tentu saja sebagai orangtua kita harus tetap positif, percaya pada anak kita pasti mampu melalui masa- masa itu dengan baik. Sambil tetap didampingi, diiringi, diberikan pengertian bahwa tidak semua yang kita inginkan harus kita dapatkan, kita hanya butuh bersabar.

Suatu nasehat yang sangat mudah diucapkan, tapi pada kenyataannya ya mudah juga dijalani sih. Jalanin aja dulu. Ahahaha kayak orang pacaran aja.

Oke kembali ke dua poin di atas

Tantrum


Tantrum itu apa sih?
Tantrum adalah perilaku marah pada bayi atau anak- anak, biasanya muncul di usia 2-3 tahun. Cara anak tantrum berbeda- beda ada yang mengekspresikannya dengan menendang- nendang, berteriak, atau bahkan hanya menangis kencang yang seakan gak mau berhenti.

Nah tantrum ini sendiri umum terjadi dan penyebabnya adalah karena anak- anak masih belajar mengkomunikasikan keinginannya, jadi karena mereka belum mampu menggunakan kata- kata untuk mengutarakan dan mengungkap emosinya, maka terjadilah tantrum yang merupakan ekspresi frustasi dan kesal karena anak tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Lalu bagaimana cara orangtua mengatasinya?

Tenang dan Sabar

Kunci utama mengatasi tantrum adalah tetap tenang dan sabar, jangan ikutan tantrum hihi karena marah pada anak yang sedang tantrum itu percuma.

Beri waktu dan tunggu anak tenang

Tetap temani anak yang sedang tantrum, kalau saya cukup dilihatin saja, nanti dia juga nyamperin sendiri. Dia akan memeluk ibunya lagi karena mungkin dia sadar kalau dia memang sedang marah dan belum tau harus bagaimana kalau sedang marah. Padahal dirinya pun butuh seseorang yang bisa menenangkannya.

Kalau ternyata saya biarkan namun nangisnya lama, saya juga akhirnya harus membantunya untuk tenang, dengan menghampirinya dan bertanya, “kimi kenapa?”. Biasanya dia akan langsung memeluk. Tapi seringnya pun nangisnya tidak akan terlalu lama karena sebenernya saya paham apa yang dia minta, hanya saja saya juga perlu dia untuk tenang.
 
Jadi, kalau saya sih tidak langsung memberikan apa yang dia minta karena saya mau dia tenang dulu dan biar puas dulu meluapkan emosinya. Kalau belum mau dipeluk, biarkan saja, beri dia waktu untuk memahami apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Kalau sudah sedikit tenang, baru kita katakan padanya bahwa sedih dan marah itu hal yang wajar.
 
Tentu dengan kata- kata yang sederhana.
 
“Udah nangisnya? Gapapa, sedih itu wajar kok, sini peluk Ami. Kalo Kimi mau apa bilang ke Ami atau Abi, kan Kimi anak baik anak pinter anak soleha. Jadi kenapa tadi Kimi nangis?”

Tentu anak gak serta merta langsung mengerti, suatu saat bakal ada tantrum lagi. Makanya butuh pengulangan, karena anak sebenernya paham apa yang kita maksud, hanya saja pastinya butuh waktu untuk bisa mengekspresikan perasaannya dengan baik.
 
Nah sekarang yang kedua
 

Gak Mau Ditinggal

Hal ini gak Cuma dialami oleh ibu bekerja, ibu yang stay di rumah sama anakpun merasakannya. Bahkan ke kamar mandi juga diikutin, atau pintunya digedor- gedor.
 
Nah kenapa tuh anak bayi jadi gak mau ditinggal walau Cuma sebentar?
 
Karena pada usia satu setengah tahun ini, bayi sudah mulai menyadari ketika orangtuanya tidak ada. Terutama bila anak lapar, sakit, capek, kemungkinan ia akan membuat keributan untuk mencari perhatian salah satunya seperti tantrum tapi manipulatif karena hanya bermaksud mencari perhatian.
 
Nah untuk ibu yang bekerja seperti saya yang harus menitipkan anak di daycare, memang butuh proses agar anak terbiasa dan tidak menangis saat berpisah dari saya. Hal yang bisa kita lakukan adalah selalu mengkomunikasikan apapun kepada anak.
 
Misalnya,
 
“Besok Kimi sekolah ya, nanti ketemu bu guru dan teman- teman baru, nanti bisa main bareng, pasti seru”

Nah sesampainya di sekolah, pasti dia akan menangis karena kita tinggal. Komunikasikan lagi pada anak kapan kita akan kembali untuknya.

“Nah kimi masuk sekolah dulu yaa, Ami kerja dulu, nanti sore Ami jemput, oke?”

Harus sejelas itu Buybu karena gak Cuma kita aja yang butuh kepastian, anak bayi juga butuh kepastian dong. Hihi

Kesimpulan

Pada dasarnya memang keterbukaan dan komunikasi adalah kunci utama sebuah hubungan bahkan antara ibu dan bayinya sekalipun. Jadi jangan pernah meremehkan anak bayi kita. Mungkin kita pernah berpikir dia masih bayi jadi belum mengerti dengan apa yang kita katakan, alhasil kita abaikan dia dan tidak pernah memberitahunya apa saja yang nanti akan dihadapinya.

Padahal tidak begitu, bayi atau anak- anak meskipun belum lancar berbicara, tapi sebenarnya mereka mengerti kok apa yang kita katakan. Jadi cukup hadapi dengan tenang dan berikan pengertian saja, insyaAllah mudah- mudahan anak kita mengerti dan paham bagaimana cara bersikap yang baik.
Please feel free to correct me if im wrong yaa Buybu.

Semoga bermanfaat!


10/13/2020

Kisah Nyata: Melodrama Asisten Rumah Tangga 2020

October 13, 2020
Sekarang ini kebutuhan Buybu atas Asisten Rumah Tangga (ART) semakin tinggi gak sih? Bahkan gak cuma Buybu pekerja karena Ibu Rumah Tangga (IRT) pun membutuhkan bantuan ART dalam menyelesaikan semua pekerjaan rumah yang seolah tidak berujung itu.

Cucian baru dijemur udah ada lagi, baju baru disetrika udah numpuk lagi, lantai baru dipel udah kotor lagi, belum lagi yang masih harus mengasuh anak- anak kecil yang lebih dari satu, mainan selalu pabalatak, baju kotor dan popok ting telektek, haha dan lain sebagainya. Walau memang nyatanya masih ada sih, Buybu yang sanggup mengerjakan semuanya sendiri walau misalnya anaknya udah tiga dan masih kecil- kecil, ya memang masih ada dan saya mengenal orangnya.

Tapi hanya sedikit yang sanggup, maksud saya, sekarang ini kalau kita bisa bayar orang untuk bekerja membantu pekerjaan kita, kenapa enggak?

Gitu gak sih?
CMIIW

Karena kalau saya pribadi nih ya, sebelum akhirnya memutuskan untuk pakai jasa ART, saya sih berpikir saya mampu mengerjakan semuanya meskipun saya ibu bekerja dan kadang rasa lelah itu ada. Waktu itu pun yang meminta saya untuk pakai jasa ART awalnya adalah suami saya dan tanpa disangka tetangga saya menawarkan jasa ART yang akhirnya saya amini.

Walau memang, saya belum siap untuk menerima ART yang seharian menginap dan tinggal bersama kami. Jadi ART saya pun punya jam kerja seperti orang kantoran, berangkat pagi pulang sore.
 

Pentingnya ART

Nah ternyata saya merasakannya, keberadaan ART itu amat sangat membantu, mungkin ketika saya mengerjakan semuanya sendiri, tidak bisa saya membersihkan dan membereskan segalanya sedetail apa yang dikerjakan oleh ART. Apalagi ART yang saya dapat waktu itu memang kerjanya bagus dan memuaskan, penuh inisiatif, dan budi pekerti. Asek.

Alhasil saya nagih, ketika ART pertama berhenti dengan alasan anaknya sudah mulai bekerja sehingga cucunya ga ada yang jaga, maka saya minta untuk dicarikan penggantinya.

Sama dengan penggantinya, ART kedua pun sama bagus dan memuaskan. Namun berhenti juga karena anaknya baru mau masuk sekolah, walau sedang pandemi, tapi umurnya udah lebih dari cukup untuk ikut masuk dan fokus sekolah walaupun daring.

Oke baik, saya tidak pernah menahan siapapun ART yang mau berhenti, hanya saja saya pasti minta tolong untuk dicarikan lagi penggantinya.

Nah ART yang ketiga ini berbeda, usianya bisa dibilang agak jauh lebih tua dari yang sebelumnya. Makanya dari segi pekerjaan saya lihat banyak perbedaan namun saya memakluminya karena perbedaan usia dan yang saya prioritaskan adalah yang penting beliau mengasuh anak saya dengan aman. Karena hampir setiap hari saya bilang kepada ART ketiga ini, kalau anak sudah tidur, tolong dibersihkan atau dibereskan.


Jadi, sebenarnya bebersih dan beberes itu belakangan, yang pertama tetap diawasi adalah anak. Gitu toh.

ART ketiga ini lumayan lama bekerja di rumah, dan sebenarnya sudah dari awal bekerja saya selalu memberikan uang tambahan, kalau pulang telat pun saya bawakan makan malam, kalau kami beli makanan pun kami mengajaknya makan bersama, bahkan kami ada niatan untuk suatu saat mengajaknya jalan- jalan atau sekedar makan bersama di luar, dan gak jarang juga suami saya mengantarnya pulang.

Apalagi mengingat rumah beliau cukup jauh, jadi beliau cerita untuk menuju rumah saya, sebenarnya ada dua jalan, jalan yang biasa harus memutar dan memang jauh banget jalannya, jalan kedua itu lumayan dekat karena bisa jalan lewat sawah dan tembus di perumahan blok belakang walau untuk berjalan ke blok saya yang di depan lumayan jauh juga.


Namun ada satu hal yang mengganjal yang hampir setiap hari menjadi pertanyaan saya dan suami. Kenapa? Walaupun bekerja sudah cukup lama tapi anak saya tidak pernah ramah kalau ART ketiga ini datang ke rumah, respon anak saya ketika melihat beliau datang, anak saya selalu berlari ke arah saya dan menangis. Kenapa ya? Padahal dengan dua ART sebelumnya, anak saya walau baru beberapa hari sudah terlihat akrab dan terkadang lebih memilih bersama ART dibanding saya.


Entahlah. Karena saya pikir nyari ART yang mau ngasuh anak itu susah jadi saya gak mau suudzon juga kan.

Ternyata, ART ketiga ini memang benar berbeda dengan yang sebelum- sebelumnya. Pertama, beliau gak bisa baca tulis. Kedua, beliau sulit untuk berkata jujur atau mengungkapkan apa aja yang terjadi di rumah seharian.
 
Permasalahan yang kedua ini memang sering terjadi, karena kami memang pasang CCTV di rumah karena meninggalkan anak bayi yang belum bisa ngomong berduaan dengan pengasuh di rumah itu tidak mudah pemirsa, apalagi banyak berita yang bikin kita ikut cemas mendengarnya.

Oke kembali ke poin kedua tadi. Kami kadang mengecek CCTV untuk melihat aktivitas di rumah atau hanya sekedar karena ingin melihat anak sedang apa.

Kadang kami lihat di CCTV ada orang yang datang, entah siapa, mengecek sesuatu, tapi setiap begitu, ketika saya tanya tadi gimana seharian di rumah, ya beliau tidak cerita apapun. Apalagi CCTV ruang tengah setiap siang hari suka offline tiba- tiba jadi saya agak sulit melihat aktifitasnya.

Namun lagi- lagi saya gak mau suudzon, dan yang ada di pikiran saya, beliau memang tipe orang yang pendiam.

Drama Dimulai

Hingga akhirnya tibalah pada suatu hari dimana beliau tidak datang. Saya tunggu sampai siang pun tidak datang. Waktu itu rasanya khawatir karena yang saya pikirkan beliau sakit, atau beliau kecelakaan, pokoknya saya takut beliau yang kenapa- napa karena beliau udah tua juga kan.


Nah karena beliau gak punya hape jadi susah dihubunginnya, waktu itu saya dan suami sempat memutuskan kalau Bibi ART ketiga ini udah mulai kerja lagi mau dibeliin hape yang hanya untuk menelpon karena beliau bilang beliau gak bisa baca karena gak pernah sekolah.

Saya tanya ke tetangga pun semua mengaku tidak tau menau bagaimana kabar si Bibi ART ketiga ini. Jadi malamnya saya memutuskan untuk datang ke rumahnya, bersama suami dan anak juga, sekalian saya menjenguk kalau ternyata benar beliau sakit.

Sesampainya di rumahnya yang cukup jauh (kalau jalan kaki), beliau memberikan alasan karena ada keluarganya yang sakit, sakit tipes yang udah parah banget jadi beliau harus merawatnya.

“Jadi kapan kira- kira Bibi bisa kerja lagi?”

“Gak tau neng, soalnya ga ada yang nungguin (orang yang sakit tersebut), hmm coba neng cari yang lain aja”
 

Di sini sebenernya saya merasa ada yang aneh, tapi saya tetap percaya dan tetap berprasangka baik. Setelah memastikan everything is ok, saya pun berpamitan.


“Yaudah makasih ya Bi selama ini udah bantu saya dan udah ngasuh, maaf kalau saya ada salah ke Bibi”.

Saya pun pulang ke rumah tanpa menghiraukan setitik perasaan aneh yang sebenarnya masih mengganjal.
 

Akhirnya Terungkap

Keesokan harinya, saya pun bercerita kepada teman yang juga tetangga saya sekalian untuk meminta tolong barangkali ada yang mau jadi pengganti ART ketiga.

“Tapi kan kalo sakit, bakal ada sembuhnya, masa berhenti karena itu mol?”

“Ya aku juga gak ngerti, mungkin cape kali kalo sambil kerja”

“Oh yaudah nanti aku tanyain ke Bibi barangkali ada temennya yang mau kerja, tapi tetanggaku juga lagi nyari yang ngasuh mol”

“Oh gitu ya banyak yang lagi butuh ya”

“Moliiiiii”

“Kenapa teh?”

“Ini aku ga pernah nge-chat Bu Ina, sekalinya nge-chat dapet kabar kayak gini”

“Kenapa gitu?”

“Bu Ina tuh yang tadi aku bilang, tetangga aku yang lagi nyari pengasuh, katanya Bibi yang dulu kerja di Moli sekarang kerja di Bu Ina”

“Oh gitu?”

“Iya Mol, aku juga kaget dengernya”
 
“Lah brati beliau bohong? Kenapa harus bohong ya, jadi gak ada yang sakit apa gimana?”
 
“Gak tau Mol, ya ampun gak nyangka sih, dia udah kerja dari hari minggu dan senin kemarin pas dia gak dateng ke rumah Moli kata Bu Ina”
 
“Oh gitu, yaudah nanti aku tanya kenapa harus bohong sih ya”

Pada saat itu, saya gak begitu terkejut karena sebelumnya saya memang merasa ada yang aneh.

Waktu itu, saya langsung nyamperin rumah Bu Ina (yang mana Bu Ina-nya lagi ga ada di rumah) untuk bertanya ke si Bibi alasan yang sebenarnya. Karena justru yang saya pikirkan adalah apakah saya ada salah sama beliau? Mungkin ada perkataan yang tidak enak yang pernah saya lontarkan? Walau saya merasa tidak pernah begitu, tapi mungkin aja kan? Atau karena uang tambahan yang saya berikan kurang? Entahlah daripada banyak menduga- duga, lebih baik tanya langsung.

Tabayyun

Saya pergi kesana berjalan kaki sambil mengajak anak saya jalan- jalan. Sesampainya di depan rumah Bu Ina, saya lihat Bibi langsung membalikkan badannya namun saya tetap memanggil sambil tersenyum penuh arti. Hihi

“Bi punten saya mau ngobrol”

“Iya neng kenapa? Ayo masuk”
, eh mantap Bibi ngajak saya masuk, saya anggep rumah sendiri aja ya Bi ya.

“Gapapa di sini aja cuma sebentar, saya cuma mau nanya, jadi gak ada yang sakit Bi?”

“Gak ada”

“Gak ada yang sakit tipes parah?”
, saya mengulang  pertanyaan supaya yaqin.

“Iya Bu, gak ada”, katanya merubah panggilan Neng menjadi Ibu.

“Oke, jadi apa alasan Bibi yang sebenarnya?”

“Ya Bibi kan udah tua, jadi Bibi takut kerjaan Bibi gak bener, takutnya Ibu sama Bapak gak cocok sama kerjaan Bibi”

“Memang saya pernah Bi? Bentak Bibi gitu kayak di sinetron, Bibi gimana sih kerjanya ga bener banget, gitu, gak pernah kan Bi?”

“Iyah sih, yaa Bibi minta maaf”

“Kenapa sih Bi, saya sampe datang bertamu ke rumah Bibi, saya khawatir Bibi sakit, kecelakan, dan semacamnya, gak taunya saya dateng ke rumah Bibi semalem teh Cuma buat dibohongin”

“Iya maaf beribu- ribu maaf, Bibi Cuma takut kerja Bibi ga bener karena udah tua, makanya coba pindah kerja di sini, nanti kalo di sini ga cocok balik lagi deh ngasuh kimi”

“Loh ya gak bisa seenaknya gitu, saya gak masalah Bibi mau pindah kerja kemanapun, ke tempat yang gajinya lebih besar, atau mungkin ke tempat yang jaraknya lebih dekat dari rumah Bibi, saya gak masalah Bi. Cuma satu, kenapa harus bohong?”

“Iya maaf Bibi minta maaf, sini Kimi gendong sama Bibi”
, kata si Bibi sambil coba menghibur Kimi yang menangis gelisah di gendongan karena takut digendong Bibi. Wkwk

“Gak, gini Bi, kita kan mulai kerja baik- baik ya Bi, jadi kalau mau berhenti kerjapun harus baik- baik, jangan meninggalkan kesan yang buruk”, kata saya seolah sedang berbicara kepada pacar yang pingin putus ahahha

“Iya maaf maaf”
, kata Bibi Cuma bisa bilang maaf mirip kayak pacar yang lagi kepergok selingkuh wkwk

Kita kan sama manusia ya Bi ya, kalau saya ada salah ya Bibi tinggal bilang aja, kan semua bisa dikomunikasikan, gak perlu bohong, mau kerja dimanapun intinya harus jujur, gitu aja Bi”

“Iya maaf beribu maaf”.

“Yaudah gpp, saya makasih Bibi udah kerja di saya bantu ngasuh kimi, saya juga minta maaf kalo saya ada salah sama Bibi. Assalamualaikum”
, ucap saya sebagai kata penutup karena Kimi menangis di gendongan sejak awal saya berbincang dengan Bibi. Haha sampai Bibi udah ga kerja pun, Kimi masih aja begitu kalo ngeliat si Bibi.


So, hmmm gimana menurut Buybu?

Kalo menurut teman saya dan beberapa orang yang berpengalaman dalam berurusan dengan ART sih, ada yang bilang, ini kayak masih ada yang aneh tapi ga tau apaan, karena Bibi ini terhitungnya sudah kabur. Karena tanpa kabar dan berbohong, artinya ada yang dia sembunyikan. Entah apa itu. Apalagi ketika saya datangi dan ditanya lagi, beliau jawabnya begitu seolah ya memang tidak ada apa- apa malah membuat orang berpikir pasti ada apa- apa.

Tapi ya so far everything is fine dan saya juga gak mau memusingkan alasan si Bibi lagi, cukup dijadikan pelajaran saja. Lagipula tidak ada barang eletronik yang rusak atau barang hilang, jadi ya mungkin aja alasan sebenernya karena gaji di saya kurang besar karena gak setiap hari masuk juga, dan rumah saya lebih jauh dijangkau dibandingkan rumah Bu Ina.

Wallahu alam bissowab.

10/08/2020

Membentuk Kebiasaan Sebelum Tidur (Bedtime Routines) Pada Bayi

October 08, 2020
Buybu pasti sudah familiar dengan istilah sleep training atau bedtime routines?

Sleep training memang perlu banget dan bagus untuk melatih kemandirian anak kita sejak ia bayi. Tapi gak semua Ibu bisa menerapkan sleep training sejak dini karena berbagai macam alasan.

Oh iya, sebenarnya apa sih sleep training itu?

Sleep training adalah latihan tidur sendiri. Ya, ga jauh dari terjemahannya yaa Buybu. Hihi. Jadi, kita mengajarkan anak kita untuk tidur sendiri, tanpa nenen, tanpa dot, tanpa ditimang dan diayun- ayun, literally "tidur dengan sendirinya".

Apa sudah bisa dibayangkan Buybu tingkat kesulitannya?

Atau mungkin Buybu bertanya kapan waktu yang tepat untuk bisa menerapkan sleep training pada anak?

 

Menurut Jennifer Garden, Seorang terapis yang menjalankan bisnis Sleepdreams (Konsultan Tidur Nyenyak di luar negeri) di Vancouver, sleep training sudah bisa diterapkan sejak bayi berumur 4 sampai 6 bulan. Karena pada usia itulah bayi sudah mengalami sleep regression yaitu suatu fase ketika bayi sering terbangun saat sedang tidur dan sulit untuk dapat tertidur nyenyak kembali. Selain itu, ada faktor lain yang menyebabkan bayi sering terbangun ketika sedang tidur seperti pergerakan kita di sekitarnya yang bisa mengganggu tidur bayi.

 
Semua Ibu tentu berbeda dan masing- masing punya alasan dan kebijakan tersendiri. Ada yang masih bayi banget tapi sudah sleep training, ada yang baru berumur dua tahun baru tidur sendiri, ada juga yang tidur sendirinya pada saat anak berumur 3 tahun ke atas.

Nah kalau saya nih Buybu, sampai saat ini anak bayi berusia 19 bulan pun saya masih belum menerapkan sleep training. Kenapa?

Selain karena kamarnya yang belum siap, saya sendiri juga belum siap tidur terpisah selama anak saya masih nenen. Meskipun itu harusnya tidak dapat dijadikan alasan, namun ya kembali lagi masing- masing Ibu punya kebijakannya sendiri kan hehe

Nah walaupun Kimi belum tidur sendiri, tapi saya membuat suatu kebiasaan sebelum tidur yang bahasa kerennya itu "bedtime routines", selain karena efeknya yang bisa meningkatkan kualitas tidur kita dan sang anak, juga supaya anak terbiasa melakukannya bahkan hingga dia remaja dan dewasa.

Sebetulnya mungkin bukan suatu hal mutlak menerapkan kebiasaan sebelum tidur pada anak, karena nyatanya banyak orangtua bisa hidup dengan baik walau tanpa menerapkan bedtime routines, namun bagi saya khususnya, adanya bedtime routine ini memberi dampak secara positif tentu saja baik bagi anak maupun bagi diri saya sendiri.

Diantara dampak positif bedtime routines yang saya rasakan antara lain:

1. Membuat bayi tidur lebih nyenyak dan lebih lama;

2. Mengenalkan bayi rutinitas sebelum tidur sehingga bayi akan mengerti kapan waktunya tidur;

3. Kualitas tidur bayi yang sehat tentu akan berdampak pada tumbuh kembang yang baik;

4. Pola tidur bayi yang sehat tentu saja membuat pola tidur orangtua juga terjaga;

5. Yang pasti rutinitas sebelum tidur ini bisa menjadi sanity saver para ibu juga.


Oke tanpa perlu panjang lebar lagi, mari kita saksikan hihi

Ini dia bedtime routines ala Ami

 

Pertama, pastikan perutnya terisi

Sebelum memulai rutinitas sebelum tidur, pastikan kita semua sudah makan dan sudah kenyang termasuk anak bayi kita. Jangan sampai bayi tidur dalam keadaan lapar karena nanti tidurnya tentu saja jadi gak nyenyak dan sering terbangun.
 

Kedua, bebersih

Versi aslinya sebetulnya mandi Buybu, versi asli menurut konsultan tidur Jennifer Garden tadi yah. Mandi air hangat sebelum tidur dimaksudkan agar tubuh bayi lebih rileks. Namun, karena budaya di Indonesia pada umumnya tidak ada mandi malam, jadi kita biasakan saja sebelum tidur untuk bebersih. Boleh pakai kain basah hangat atau tisu basah juga boleh kalo Buybu udah mager banget ye kan haha.
Sama kayak Ami, biasanya pertama saya ajak kimi sikat gigi dulu. Karena kimi baru mengenal sikat gigi jadi sikat giginya bisa lama banget sampe setengah jam. Setelah sikat gigi selesai, baru saya bilang, “ayo sekarang kita bebersih yaa”. Lalu saya basuh dengan kain atau tisu dari wajah, ketiak, sampai telapak kaki harus bersih.

Ketiga, pijat ringan

Sudah bersih, sudah cebok, sudah dikeringkan dengan handuk. Sekarang saatnya kita baluri dengan minyak telon. “Nah sekarang kimi udah bersih, jadi Ami pijit yaa pakai minyak telon dan handbody”. Kalau saya mijitnya pun Cuma sebentar saja Buybu, Cuma sekedar karena ingin mengoleskan badan bayi dengan telon dan handbody saja, biasanya bayi yang terbiasa dipijat pun akan anteng dengan sendirinya.

Keempat, ganti popok dan baju

“Yeay udah bersih dan wangi, sekarang kita pakai popok dan baju tidur!”
Setelah selesai bebersih dan pijit- pijit ringan, waktunya memakaikan popok baru dan baju tidur deh Buybu. Baby pasti happy dengan rutinitas mau tidur yang menyenangkan ini walau dia mungkin masih mau main dan gak mau diem tapi dia paham Buybu ketika di awal kita sudah bilang “Wah sudah waktunya tidur nih, yuk kita siap- siap Bobo!”.

Kelima, bacakan buku cerita

Nah karena kimi sudah mengerti, jadi biasanya saya akan bilang, “Baca buku yuk, mana bukunya tolong ambilkan buku yaa kita baca bareng- bareng”. Biasanya kegiatan baca buku ini Cuma sebentar Buybu karena bayi seringnya langsung minta nenen.

Keenam, nenen sambil membacakan doa

Ini merupakan program yang penting karena sekaligus mengajarkan anak bacaan doa dan surat- surat Al-quran. Berhubung kimi belum tidur sendiri dan masih ada rutinitas nenen sebelum tidur, jadi beginilah yang saya terapkan. Ketika kimi nenen, saya membacakan surat Al- fatihah dan 3 kul, yaitu Al- ikhlas, Al- falaq, dan An- nas. Setelah itu, saya bacakan doa untuk kedua orangtua dan sapujagat, yang ditutup dengan doa sebelum tidur. Kalau kimi belum juga tertidur, senandungkan solawat, biasanya ibunya yang akan tertidur duluan. Haha


Tidak ada yang sempurna dan memang saya pun kadang luput dari menerapkan kebiasaan sebelum tidur ini, dan bener aja kalo belum bebersih dan lain sebagainya, tidur malam anak bayi jadi gak nyenyak dan sering terbangun. So, saya merasakan sendiri sih manfaat dari kebiasaan sehat sebelum tidur ini.

Tiba- tiba ada netijen berkata,
 

"Kenapa sih mau tidur aja ribet banget?"

Selain karena kualitas tidur pada bayi atau anak yang masih dalam pertumbuhan itu penting, dan rutinitas seperti di atas dapat membuat bayi lebih nyenyak dan tidur lebih lama.
 
Tapi ada alasan lain di balik itu yang berasal dari lubuk hati saya sebagai ibu bekerja yang bertemu anak dalam sehari kurang lebih hanya sekitar 4-5 jam saja, maka bagi saya dan anak saya mungkin hanya kegiatan sebelum tidur ini lah bagian terbaik dalam setiap harinya yang secara khusus bisa saya persembahkan untuknya.
 
Saya bisa mengajaknya bermain, menemaninya menyikat gigi, membersihkan dirinya sambil bernyanyi, memijitnya sambil mengajarinya anggota tubuh, membacakannya buku- buku, dan mengajarinya bacaan doa dan ayat Al- quran.

Sambil berdoa, semoga kelak, walau kita sibuk bekerja, kita masih punya waktu untuk mendidik anak- anak kita menjadi anak yang soleh- soleha.





9/30/2020

Pesona Indah 5 Gunung dan Arunika Keemasan di Puncak Sikunir, Dieng

September 30, 2020
Waktu itu tahun 2015 ketika saya masih muda hehe maksudnya pas masih single dan masih bebas bepergian tanpa bingung mikirin bayik- bayik tersayangku, saya menyempatkan diri untuk mengunjungi Dieng yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, diantara Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara.

Siapa sih yang gak tau Dieng? Selain terkenal karena tradisi ruwatan rambut gimbal-nya, Dieng juga dikenal dengan julukan negeri di atas awan. Wah kebayang gak sih indahnya Dieng. Gak Cuma itu, sebenarnya banyak banget yang terkenal dari Dieng hingga membuat saya dan teman- teman begitu tertarik untuk mengunjunginya.

Perjalanan dari Bandung ke Dieng memakan waktu sekitar 6 – 7 jam. Walau ngaretnya kebangetan tapi perjalanan lancar, nyaman, dan lega dalam bus berkapasitas 25 orang yang hanya diisi setengahnya. Baru deh sesampainya di jalan sekitar Dieng, lalu lintas padat sekali, macet, kendaraan berhenti agak lama sampai banyak orang turun dari kendaraan untuk mampir dulu ke warung menyeduh mie.

Kenapa padat sekali?

Saat itu memang sengaja saya dan yang lainnya datang ke sana untuk ikut serta dalam kemeriahan acara Dieng Culture Festival (DCF). Event DCF ini memang rutin diselenggarakan setiap tahun pada setiap akhir bulan Juli atau bulan Agustus, maka pada bulan- bulan itu biasanya Dieng dipadati oleh para wisatawan yang ingin turut memeriahkan festival budaya tersebut. Maka tak heran, hari itu jalanan amat sangat padat syekali.

Walau macet, tapi pemandangan dan suasana di sekitar yang masih asri bikin gak kerasa tau- tau bis kami udah sampai di atas di sekitar kawasan Dieng. Hawa dingin mulai masuk ke dalam bis, kaca bis pun mulai berembun, kami pun mulai menyiapkan sarung tangan. Hari semakin sore menjelang maghrib, kami langsung bergegas menuju penginapan.

Di penginapan dingiiiin banget, ada selimut sih tapi tetep dingin, kami bercengkrama sebentar di ruang tengah, ngobrol dan berkenalan dengan teman- teman baru senasib seperjalanan.


Malam itu waktu berlalu cepat karena kami memang datang agak terlambat, selain karena ngaretnya keterlaluan, juga karena padatnya jalanan. Setelah ngobrol, kami semua bebersih tapi gak ada yang berani mandi karena airnya dingin banget, entah suhunya berapa, jadi kebanyakan kami cuma sikat gigi, cuci muka, cuci kaki, dan berwudhu.

Setelah bebersih kami semua bergegas untuk istirahat sebentar karena rencana esok pagi buta sebelum subuh sudah harus berangkat menuju puncak sikunir.

Kira- kira pukul 2 pagi buta kami semua udah bangun, antri memakai toilet dan mulai bersiap- siap berangkat ke puncak sikunir. Pukul 3 kami sudah siap dan menunggu mobil yang akan mengantar kami menuju Sikunir. Tidak lama mobil bak itu datang. Ya, di pagi buta yang dingin itu kami semua berangkat ke Sikunir menggunakan mobil bak dan pastinya seruuuuu banget Buybuuu. Perjalanan dari penginapan ke Sikunir gak begitu jauh sebenarnya, hanya karena sedang banyak wisatawan saja jadi jam 4 kami baru sampai di parkiran Sikunir yang ternyata udah lumayan ramai.




1. Puncak Sikunir

Kami langsung deh mulai tracking ke atas Bukit Sikunir. Jadi, seingat saya ada dua jalur yang bisa dilalui untuk naik ke desa tertinggi di Dieng itu, yaitu jalur biasa dan jalur prestasi. Haha becanda dink. Seinget saya memang ada dua jalur di situ ada jalur yang biasa yang mana jarak tempuhnya sekitar 800m namun tracknya tidak terlalu curam. Ada juga jalur yang jalanannya cukup curam menanjak namun jaraknya hanya kurang lebih 500m.

Tentu saja yang lebih padat adalah yang jalur biasa. Alhasil saya dan teman- teman memilih lewat jalur prestasi. Hehe

Tracknya memang agak lumayan tapi jalanan di sini lebih sepi daripada jalur biasa. Tentunya kalau mau nanjak begini harus benar- benar siap fisik dan peralatan tempur ya Buybu, karena saat saya sedang mendaki, ada orang yang sesak napas karena kelelahan. Kasihan kan, apalagi udah di tengah jalan, mau turun jauh mau naik apalagi. Yang pasti jangan lupa juga bawa bekel minuman, pakai sendal gunung biar gak licin, jangan pakai high heels apalagi flat shoes hehe

Singkat cerita akhirnya kami sampai di atas Bukit Sikunir saat matahari belum terbit. Yeay pas banget kan tinggal nungguin golden sunrise-nya nih. Tidak lama perlahan- lahan matahari pun terbit memancarkan cahayanya memberikan kehangatan, menyuburkan tanaman, dan menyinari dunia.

Asik banget menikmati kehangatan pagi itu dengan berfoto, bercanda tawa, dan yang super duper memukau adalah pemandangan di sekitar Puncak Sikunir, di sana terlihat beberapa gunung yang berdiri dengan gagahnya, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Ungaran, Merbabu, dan Merapi. Betapa keindahan dan perasaan yang gak bisa diungkap dengan kata. Sungguh. Inilah ciptaan Allah. Betapa Maha Besar-Nya.

Ku berjalan tanpa lelah
Menuju puncak cahaya
Ku kira tak pernah ada
Ku kira selama ini hanya maya

Hingga tiba di puncaknya
Inilah puncak sikunir
Yang di sana terbit cahaya
Dan di hati sempat kuukir

Cahayanya menerangi alam semesta
Cerah hingga dunia terpana
Disana pun kau menyaksikannya
Karena dirinya membuat pagi ceria

Terimakasih arunika sikunir
Ku lihat jauh di sana ada yang gagah berdiri
berani namun penuh misteri
Itulah Sindoro dan Sumbing
Juga Ungaran, Merbabu, dan Merapi

Hai, kusampaikan salam pada mereka
Gunung cantik nan misterius
Belum pernah ku kesana
Mungkin karena belum serius


2. Ruwatan Rambut Gimbal

Saking asiknya menikmati indahnya pemandangan di atas Sikunir, kami pun jadinya turun kesiangan, jalanan juga udah gak seramai tadi, jadi kami pun turun melalui jalur biasa, bukan dari jalur prestasi lagi. Hehhe

Sesampainya di parkiran Sikunir, kami pun kembali menaiki kendaraan yang tadi mengantar kami, yap mobil bak. Oh iya, jangan dikira Dieng itu dingin terus, karena kalo udah siang hari tetep aja mataharinya bikin gerah, atau mungkin karena aktivitas yang padat disertai baju dan jaket berlapis ya?
Bisa jadi.

Owkay, setelah puas dengan keindahan alam sekitar Dieng yang bisa dilihat dari Puncak Sikunir, kami pun menuju Candi Arjuna untuk menyaksikan Prosesi Ruwatan Rambut Gimbal.

Tapi sayang, jalanan waktu itu amat sangat padat sekali sampai mobil gak maju- maju, jadi kami ketinggalan acara prosesi ruwatan rambut gimbal tersebut.

Sebenarnya apa sih Ruwatan rambut gimbal itu?

Ruwatan rambut gimbal adalah sebuah ritual potong rambut untuk anak- anak warga Dieng yang memiliki rambut gimbal. Upacara ruwatan ini diadakan setiap 1 suro kalender Jawa. Upacara ini bertujuan untuk menyelamatkan anak berambut gimbal dari berbagai kesulitan.

Uniknya lagi, rambut gimbal anak- anak ini hanya dapat dicukur jika anak tersebut sudah siap melakukan ritual adat yang dipimpin oleh Tetua Adat. Gak Cuma itu, ritual ini pun hanya bisa dilaksanakan setelah orangtua dari anak tersebut telah memberikan apa yang diinginkan oleh sang anak. Nah kabarnya, bila rambut gimbal anak ini dicukur tanpa melalui upacara ruwatan, maka rambut gimbal anak ini akan tumbuh kembali dan si anak jadi sakit- sakitan.

Tradisi Ruwatan Rambut Gimbal di Dieng merupakan suatu pertunjukan budaya yang menyatu dengan acara Dieng Culture Festival yang diadakan secara rutin sejak pertama kali pada tahun 2010 hingga saat ini. Selain itu, Ruwatan Rambut Gimbal sudah ditetapkan oleh KEMENDIKBUD sebagai warisan budaya Takbenda Indonesia pada tahun 2016.

3. Mie Ongklok Dieng

Setelah belum berkesempatan mengikuti prosesi ruwatan rambut gimbal yang harga tiket masuknya waktu itu 125ribu rupiah, akhirnya kami pun lapar dan langsung meluncur ke warung makan untuk makan mie ongklok khas Dieng. Berkunjung ke Dieng tanpa makan mie ongklok itu bagaikan aku tanpa kamu, kayak ada yang kurang.

Aseeek

Mie ongklok itu mirip kayak Lo mie, kuahnya kental berwarna coklat dan diracik dengan potongan sayur kol dan daun kucai. Ada juga bakso, taburan bawang goreng, kerupuk pangsit, dan lainnya.

Rasanya tentu saja endolita, bikin pengen nambah lagiii. Hihi laper apa doyan ya.


4. Danau Telaga Warna

Setibanya di Danau Telaga Warna...

Danau sedang berwarna hijau saat itu, dan tentu saja dipadati pengunjung, apalagi sedang ada shooting untuk suatu acara di TV swasta yang waktu itu lagi naik daun. Nah, para kru TV sedang mengambil gambar salah satu dari rangkaian prosesi rambut gimbal, karena di Telaga Warna inilah rambut anak gimbal yang sudah dicukur akan dilarung.

Kenapa rambut gimbal dilarung di Telaga Warna?

Karena air dari danau Telaga Warna akan mengalir ke Sungai Serayu yang bermuara di Pantai Selatan. Selain itu, kabarnya juga, anak- anak berambut gimbal di Dieng adalah titipan dari Ratu Pantai Selatan.

Sebenarnya masih banyak tempat indah di Dieng ini dan masih ada beberapa tempat yang ada di itinerary juga namun gak sempet dikunjungi karena jalanan yang begitu padatnya, seperti kawah sikidang, Dieng Plateu, Candi Arjuna, dan lain- lain. Tapi walau begitu kami super happy karena bisa banyak menghabiskan waktu di Bukit Sikunir menikmati matahari terbit paling ciamik ditemani kopi dan pemandangan sekitar yang luar biasa indahnya.

Nanti, jalan lagi yuk!


9/21/2020

Kisah Nyata: Dampak dari Buruknya Komunikasi

September 21, 2020
Setuju gak Buybu bahwa komunikasi merupakan kunci dari setiap hubungan, yang gak Cuma hubungan antara kita dengan pasangan, tapi juga hubungan kita dengan siapapun.

Nah, saya mau cerita tentang permasalahan yang dialami teman saya terkait masalah komunikasi. Cerita tentang komunikasi yang buruk antara atasan dan bawahan (satu stel gitu haha). Miskomunikasi gitu. Miskomunikasi itu apa sih? Miskomunikasi adalah sama dengan salah paham.

Jujur aja, saya banyak belajar dari kasus teman saya ini (sebut saja dia Jennifer Lawrence, panggilannya Jeni), dan sebelum saya beritahu poin pembelajaran yang saya dapat, saya akan bercerita terlebih dahulu.

...

Seperti yang kita tau bahwa Covid 19 ini memang membawa dampak bagi semua orang. Dampak yang pasti sangat beragam, ada yang terkena dampak kecil, ada juga yang besar. Nah, alhamdulillah si Jeni ini kebagian dampak yang kecil nih Buy.

Kenapa kecil?
Karena Jeni masih kerja dan berpenghasilan.

Berawal dari WFH

Jadi, saat ada pandemi, termasuk perusahaan tempat Jeni bekerja, menerapkan WFH (Work From Home) dan sebagaimana yang kita tau bahwa work from home itu bahasa Indonesianya adalah "kerja di rumah" atau "kerja dari rumah" atau "walau di rumah tetep kerja lho yaa".

Tapi sepertinya makna WFH di tempat Jeni bekerja ini berbeda, WFH itu artinya libur. Tidak dengan Jeni, ia tetap beranggapan bahwa WFH itu kerja di rumah.

"Halo Jeni, ini WFH-nya sudah diajukan, mau WFH full atau fleksibel?"
"Bedanya?"
"Kalau fleksibel, kalau diminta untuk masuk harus masuk"
"Oh yaudah fleksibel aja gak apa Pak"

Begitu kira- kira percakapan antara Jeni dengan atasannya (sebut saja dia Pak Osas, nama panjangnya Ufufwefwe Onyefwefwe Obwemubwem Osas).

Singkat kata, Jeni yang masih punya anak bayik usia genap setahun atau 12 bulan pun diberikan surat untuk menjalani WFH selama satu bulan dan akan terus diperpanjang jika masih wajib WFH.

Kesepakatan telah dibuat, surat telah ditandatangani, pun kodok tetap mencari makan di pinggir kali (apasi? Becanda aja Ami nih).

Miskomunikasi Dimulai

Selama dua bulan WFH, Jeni gak pernah datang ke kantor padahal dirinya ingin sekali datang ke kantor tapi keadaannya tidak memungkinkan. Jeni pun menyampaikan maksud hati kepada suaminya.

"Mas, aku mau ngantor ih ga enak masa ga pernah dateng"

"Lah ya namanya juga WFH ya kerjanya di rumah, kan kamu juga di rumah gak diem aja tapi banyak kerja juga"

"Iya sih tapi ga enak aja ga pernah dateng"

"Ya emang diminta dateng sama atasan? Gak kan? Ya berarti kamu ga dibutuhin di sana. Kalo atasanmu nyuruh dateng ya seengganya buat alasan Mas juga buat ngajuin gantian WFH buat jagain anak bayi, kalo ga ada dasar kuat ya susah juga"

"Iya ya aku emang  selama ini kayak ga dibutuhin sih", kata Jeni sambil teringat kelakuan atasannya selama ini yang seperti tidak menganggap dirinya ada.

Percakapan seperti itu sering terjadi selama dua bulan WFH. Sampai Jeni yang sering melaporkan pekerjaan ke atasannya pun berharap atasannya mau menegurnya atau sekedar mengingatkannya atau mungkin sekedar bertanya bagaimana keadaannya lalu berkata, bisa gak Jeni datang ke kantor?

Hingga Jeni pun akhirnya sengaja cuek karena semakin merasa invisible dan menunggu 'diakui'.

Namun sampai selama dua bulan, ternyata Jeni tidak mendapat pertanyaan seperti itu sedikit pun. Ya makin merasa gak penting aja lah si Jeni itu, padahal ia selalu mengerjakan semua tugas dan pekerjaan yang biasa dikerjakan sampai selesai.

Tegas dan Tega Tanpa Kompromi

Tiba- tiba tanpa pertanyaan, sapaan, apalagi pemberitahuan, Pak Osas pun mengajukan pemberhentian WFH bagi Jeni. Jeni terkejut karena atasannya selama ini diam saja namun tiba- tiba memperlakukannya begitu.

"Bukankah dia seorang atasan yang berhak menegur anak buahnya? Apa saya bukan anak buahnya?", pikir Jeni.

Jeni merasa sedih dan kesal, kenapa atasannya gak sedikitpun menghargainya walau hanya sekedar bertegur sapa dan memintanya datang ke kantor. Kalau atasannya mau menegur tentu saja Jeni akan dengan senang hati datang karena merasa dibutuhkan, tapi perilaku atasannya kali ini memperjelas semua yang udah pernah terjadi. Jeni pun merasa bahwa ini seperti puncak kekesalan Pak Osas yang selama ini hanya dipendam tanpa berani menegur Jeni secara langsung. Entahlah.

Sebelum Tragedi Miskomunikasi WFH

Sebelum kejadian WFH, Jeni sudah merasa bahwa Pak Osas berbeda. Padahal banyak sekali orang bilang kalau Pak Osas ini orang yang baik, tapi entah kenapa Jeni pun heran alasan Pak Osas bersikapnya diam- diam (cepirit) kepada Jeni?

Wahaha Ami becanda Jeniiiii🤭

Jadi, Jeni pernah ditegur oleh Pak Sarwoko (rekan kerja Jeni, bawahan deketnya Pak Osas), begini...

"Jen, jangan sering- sering keluar komplek ya Jen, kata Pak Osas Jeni nih terlalu sering keluar komplek"

"Lah ya gimana anak saya sering sakit gara- gara di taro di daycare, ke rumah sakit ga ada orang yang bisa bantu saya bawa anak ke RS ya gimana lagi Pak, saya juga ga mau anak sakit"

"Iya sih, tapi Pak Osas sering ngeluh ke saya begitu"

"Ya Pak Osas kenapa sih gak langsung negur saya, kenapa malah ngomongin saya ke orang lain, paling gak nanya terus bantu kasih solusi kira- kira biar sama- sama enak gimana gitu Pak"

"...."

Setelah menerima omongan dari Pak Sarwoko, Jeni langsung menghadap Pak Osas untuk meminta maaf atas kelakuannya, tapi dari Pak Osas tidak ada ucapan tegas. Ada apa dengan Pak Osas? Kenapa beliau tidak mampu berkata- kata di depan Jeni?

Haha
 

Ajakan Perbaikan Komunikasi

Banyak omongan tentang Jeni di kantor karena Pak Osas suka bercerita tentang Jeni ke orang lain, tapi anehnya Pak Osas kalau di depan Jeni, beliau malah baik sekali dan bilang, "Saya itu malah gak mau kamu gila kerja dan menelantarkan anak".

Terkait WFH yang tiba- tiba distop, Jeni pun menghadap Pak Osas untuk tabayyun, konfirmasi dan menyampaikan segala uneg- unegnya.

"Pak Osas, sebelumnya saya minta maaf atas perilaku saya kemarin, tentang saya WFH yang gak pernah masuk, tapi apa pernah bapak tanya gimana keadaan saya waktu saya ga pernah masuk? Apa pernah bapak minta saya buat masuk supaya saya merasa saya dibutuhkan? Karena jujur aja selama ini saya merasa gak dianggap disini"
 
"Oh jadi nunggu disuruh dateng? Hehe ya kan ga perlu diminta masuk kantor harusnya ada inisiatif sendiri dong, yang lain aja WFH tetep masuk kok, masa kamu doang yang enggak", kata Pak Osas sambil tersenyum kecut
 
"Ya kalo saya apa- apa harus inisiatif sendiri saya harusnya jadi menejer Pak. Bapak merasa gak sih? Bapak kalo ada apa- apa sama saya, Bapak selalu membicarakan saya dengan orang lain, bukan langsung menegur saya, terus Bapak juga gak nanya saya di rumah gimana? Kan saya di rumah juga kerja Pak, yang lain kan karena gak bisa dikerjain di rumah jadinya masuk", kata Jeni sambil menceritakan tentang Pak Sarwoko yang menegur dirinya karena keluhan Pak Osas.

"Ya saya gak cerita ke orang lain kok, saya cuma cerita ke rekan di sini dan ke bagian HRD", tampik Pak Osas.

"Ya Allah, ya sama aja Pak, Bapak kan punya masalah sama saya ya bilang langsung ke saya, saya ini kan bawahan Bapak, anak buah Bapak juga, karyawan biasa yang bisa salah, saya juga seorang Ibu baru, saya pengen juga kalo salah ditegor, diingatkan, langsung ke saya jangan ke orang lain. Saya pun taunya dari orang lain, gak enak didengernya Pak", Jeni berkata.

"Ya, saya akui itu memang kekurangan saya, saya gak tega kalau menegur ibu yang punya bayi", kata Pak Osas.

"Tapi Bapak tega diam- diam gak pake negur tiba- tiba nyetop WFH saya, itu lebih tega sih Pak. Kalo aja komunikasi antara Bapak dan saya baik, pasti gak akan kayak gini, Bapak kesel saya lebih kesel", ucap Jeni kesal bin sebal.

"Ya Covid ini kan memang memberi dampak buat banyak orang, harusnya kita bersyukur masih diberi pekerjaan bla bla bla", kata Pak Osas malah ceramah

"Yaudah maaf nih Pak saya mah minta mulai sekarang kita perbaiki komunikasi kita, saling terbuka, Bapak langsung tegur saya kalo ada apa- apa, jangan ngomongin saya ke orang lain walau itu HRD atau Pak Sarwoko. Kan kemarin bisa kayak gitu karena antara Bapak dan saya saling tunggu, gak ada komunikasi, Bapak nunggu saya inisiatif, saya pun nunggu Bapak peduli dengan saya karena saya merasa ga dianggep di sini Pak"

"Ya, baik mulai sekarang kita perbaiki komunikasi", tutup Pak Osas.

Jeni pun lega telah terbuka dan menyampaikan uneg- uneg.

Tidak Ada yang Berubah, Sudah Sifat Bawaan kah?

Hari berlalu, minggu berganti bulan. Pada kenyataannya, tidak ada yang berubah dengan sikap Pak Osas terhadap Jeni.

Pak Osas tetap ambil kesimpulan sendiri tanpa bertanya terlebih dahulu, Pak Osas tetap tidak mau menegur Jeni secara langsung, tetap berbicara dengan Pak Sarwoko.

"Percuma dong kemaren ngajak komunikasi terbuka sampe mulut berbusa", kata Jeni dalam hati.

Malah parahnya, Jeni semakin sering menerima omongan dari rekan Jeni bahwa ada HRD muda yang menyebar info tentang tragedi WFH dirinya sampai lintas divisi. Walau Jeni sudah 'bodo amat', tapi jelas terbukti perilaku Pak Osas yang mengeluhkan dirinya kepada orang lain dinilai salah. Harusnya orang lain yang mengerti pun bisa ambil kesimpulan bahwa pemimpin yang baik harusnya mampu memenej orang, bukannya mengeluh kemana- mana.

Alih alih berusaha bisa memenej bawahannya, Pak Osas malah mengeluh ke orang lain tentang perilaku bawahannya, padahal Pak Osas punya wewenang sendiri untuk menegur dan mengatur bawahan. Pun sama yang diajak ngeluh Pak Osas, apa ada yang menyarankan untuk langsung menegur Jeni? Sepertinya tidak ada. Tidak ada yang sebijaksana itu. Pikir Jeni.

Hilangnya Respect dan Timbul Rasa Tidak Nyaman

Semenjak itu, walau masih bekerja di bagian yang sama, namun entah kenapa Jeni merasakan respect terhadap Pak Osas semakin berkurang, karena pada kenyataannya kejadian miskomunikasi terus menerus berulang.
 
Jeni berusaha selalu introspeksi, barangkali memang Jeni yang salah, Jeni mulai meningkatkan performa kerja, tidak ijin, setiap hari masuk tanpa keluar, bahkan bekerja hingga maghrib menjelang, namun beberapa bulan begitu tetap tidak ada yang berubah. Pak Osas tetap saja seperti tidak menghargai keberadaan Jeni.
 
Misalnya begini, Pak Osas bilang ke Jeni bahwa beliau mengijinkan Jeni kalau ingin pindah ke divisi lain, namun atasan di divisi lain bilang ke Jeni bahwa Pak Osas tidak mengijinkan Jeni dipindahkan.
 
Sekarang hal yang bisa dilakukan Jeni adalah diam, tetap bekerja walau tidak dihargai, tetap berusaha menghormati atasan yang jauh lebih tua, dan kalau ada orang lain yang bertanya "Bagaimana di unitmu Jen? Enak ya Pak Osas mah baik ya?", maka Jeni akan tetap menjawab, “Iya baik”, hanya karena Jeni paham reputasi Pak Osas di mata orang- orang.
 
Satu hal yang tidak ingin mengganggu pikiran Jeni adalah jangan sampai Jeni menjadi korban gaslighting dan merasa jadi orang paling bersalah, karena pada dasarnya ditegur atasan itu biasa, dan sifat orang tentu berbeda- beda.


Kesimpulan

So, sampai sini dulu ceritanya, untuk poin penting dan pembelajaran apa aja yang Ami dapet dari cerita Jeni, akan Ami sampaikan di tulisan berikutnya, barangkali Buybu ada yang mau berpendapat atau sudah bisa ambil kesimpulannya? 😊

9/16/2020

7 Hal yang Harus Dipertimbangkan Ketika Ingin Menyekolahkan Anak di Pesantren

September 16, 2020
Memang bener ya, pola pikir kita itu bisa beda- beda karena pola asuhnya pun beda- beda. Tapi sebenarnya faktornya gak cuma dari pola asuh aja, banyak banget faktor yang membentuk pola pikir kita, misalnya bagaimana reaksi saya ketika disindir oleh teman dengan bagaimana reaksi Buibu ketika disindir teman tentu akan berbeda. Walau andaikata kita ditempatkan dengan sindiran yang sama, kata- kata yang persis sama, dan teman yang sama, reaksinya pasti berbeda.

Sama halnya ketika waktu itu saya memutuskan untuk melanjutkan sekolah ke Pondok Pesantren (Ponpes). Pasti ada Buibu yang gak mau anaknya masuk pesantren, ada juga yang mau- mau aja kalo anaknya pengen mesantren, atau malah ada yang maksa anaknya supaya sekolah di pesantren.

Ini reaksi Ibu saya ketika saya minta sendiri kepengen mondok.

"Bu, nanti abis lulus SD, aku pengen masuk pesantren ya Bu"
Ibu langsung nengok sambil bilang, "Beneran mau mondok?"
"Yoiii, pokoknya mau mesantren"
"Yaudah nanti cari dulu pondokkan yang bagus"

Kira- kira begitu percakapannya.

Kalo diinget- inget sekarang, dalam pergaulan juga, kebanyakan temen- temen banyak yang enggan masukin anaknya ke pesantren, karena mereka beranggapan kebanyakan anak gak ada yang mau masuk pesantren apalagi karena keinginannya sendiri.

Masa?

Buktinya waktu itu saya sebagai anak yang ngotot pengen banget masuk pesantren. Wkwk

Kalo saya ditanya alasan, kenapa waktu itu pengen banget masuk pesantren?

Alasannya klasik, secara umum karena ingin memperdalam ilmu agama. Entah kenapa saya saat itu tertarik banget dengan ilmu agama.

Alasan khususnya, pertama saya nih suka banget menghapal surat- surat dan hadis, jadi ketika di pesantren ada tugas menghapal, tantangan yang sangat menarik, makin banyak yang dihapal, makin seneng jadinya.

Kedua, dari kecil saya seneng banget baca buku, tapi yang saya suka itu buku cerita, buku dongeng- dongeng gitu, buku pelajaran sih nggak ya, haha

Nah hubungannya apa sama pesantren?

Di pesantren itu ada kegiatan baca kitab kuning Buybu dan kebanyakan kitab itu isinya cerita dan alkisah, cerita- cerita jaman nabi yang banyak banget pesan moralnya. Makanya waktu ngaji kitab setelah solat subuh, saya kadang aneh karena saya gak pernah ngantuk, tapi temen- temen udah banyak yang ketiduran. Sampe pernah rasanya pengen juga ngerasain lagi ngaji kitab terus ketiduran ahahah ada ada aja anak kecil.

Nah kalo Buybu mau anaknya disekolahkan di pesantren, maka pesantrennya pun gak bisa asal pilih, sama kayak yang udah Ibu saya bilang "cari dulu pondok pesantren yang bagus".

Emang ponpes yang bagus itu yang kayak gimana sih?
Tentu saja tiap orang standar bagusnya akan beda- beda, jadi di sini saya akan bantu Buybu gimana dan apa aja sih yang harus dipertimbangkan ketika ingin menyekolahkan anak ke pesantren.

Ini dia 7 hal yang harus dipertimbangkan jika ingin menyekolahkan anak di ponpes, disertai tips memilih pondok pesantren yang tepat untuk anak

 

1. Pastikan anak tidak terpaksa

Banyak stigma negatif yang terbentuk dalam pikiran anak tentang pesantren. Ada yang berpikiran kalau pesantren itu seperti penjara, banyak juga yang mikir bahwa pesantren itu tempatnya anak nakal, bahkan banyak yang bilang kalo sekolahnya di pesantren nanti jadi susah buat masuk universitas bergengsi.

Nyatanya ponpes tidak seburuk yang anak- anak pikirkan, kadang pikiran- pikiran itu bisa terbentuk karena orangtua yang sebenarnya gak mau jauh dari anaknya jadi orangtua mengarang stigma buruk pesantren agar anaknya gak mau di pesantren, atau bisa juga stigma terbentuk karena faktor di luar orangtua.

2. Sesuaikan pesantren dengan mazhab/ ideologi yang dianut keluarga

Setelah orangtua setuju dan anak pun ada keinginan untuk bersekolah di ponpes, maka hal selanjutnya tinggal memilih ponpes mana yang tepat berdasarkan mazhab yang diikuti dalam keluarga. Mazhab/ ideologi di sini maksudnya adalah paham apa dalam agama yang menjadi kebiasaan dalam keluarga seperti misalnya apakah NU, Muhammadiyah, atau paham kelompok minoritas seperti persis atau LDII. Salah satu caranya lihat pendirinya siapa, pimpinannya siapa, dan harus juga tanya- tanya biar lebih yaqin aja sih.


3. Tentukan dulu format pendidikan dan jenis pesantrennya

Pesantren di Indonesia ada banyak sekali dan tentunya jenisnya pun bermacam- macam, dan yang dimaksud dengan jenis pesantren di sini adalah kultur dan kurikulum dalam pesantren itu sendiri yaitu
  • Pesantren Salafi merupakan pesantren tradisional yang lebih menekankan pada pemahaman pelajaran, budaya, dan nilai- nilai kuat keagamaan jadi pesantren ini hanya mengajarkan pelajaran agama saja tidak menyertakan kurikulum dari pemerintah. Misalnya belajar kitab- kitab klasik, menghafal Al- quran dan Al- Hadist, sejarah kebudayaan islam, dll.

  • Pesantren Modern adalah pesantren yang masih mengikuti standar kurikulum dari pemerintah dan lebih menekankan kepada pelajaran, budaya, dan nilai- nilai agama secara umum.

  • Sedangkan pesantren campuran menggunakan kurikulum campuran yaitu kurikulum yang diwajibkan pemerintah dengan kurikulum agama dari pesantren.


4. Amati program lainnya dan ekstrakurikuler

Sama seperti ketika kita pilih- pilih sekolah, kita pasti bakal lihat- lihat dulu kegiatan lain dan ekstrakurikuler yang ada. Pesantren pun begitu, amati juga ekstrakurikuler dan kegiatan apa saja yang ada di ponpes berikut peraturan yang ditetapkan ponpes bagi para orangtua dan santri.

5. Lingkungan pesantren harus bersih, aman, dan nyaman

Menyekolahkan anak ke pesantren tentu tidak cukup dengan hanya memperhatikan kurikulumnya saja mengingat anak kita juga akan menetap dan bertempat tinggal di sana selama pendidikan berlangsung. Maka perlu agar Buibu juga memperhatikan bagaimana suasana di lingkungan pesantren, baik dari segi kebersihan, keamanan, maupun kenyamanan. Semua ini melingkupi sarana dan prasarana yang disediakan pesantren untuk para santri di sana, apalagi ada pesantren yang menyediakan fasilitas penginapan yang bersih dan nyaman untuk orangtua yang harus menginap di pesantren karena lokasi pesantren yang jauh dari rumah.

6. Perhatikan letak strategis dan geografis pesantren

Nah melihat lingkungan sekitar di luar pesantren juga penting nih Buibu. Kita gak mau dong kalau tiba- tiba terjadi apa- apa, terus anak kita susah mau kabur atau lari kemana akibat ponpesnya ada di atas gunung yang akses kendaraan aja sulit. Misalnya lho yaa misalnya... Maka dari itu, kita juga harus melihat kemudahan akses ke sana bagaimana.

7. Sesuaikan jauh dekat lokasi dan biayanya

Sekolah di pesantren tentu biayanya akan berbeda dibanding sekolah umum. Pastinya akan lebih mahal di pesantren ya Buybu karena kita gak Cuma bayar biaya pendidikannya, tapi juga biaya kehidupannya di sana. Maka setelah Buybu selesai membuat list pesantren mana yang akan dituju, Buybu tinggal menyesuaikan pesantren mana yang sesuai budget dan sesuaikan jauh dekatnya lokasi dengan kemampuan Buybu. Misalnya kalau punya mobil pribadi dan gak masalah menyetir jauh, artinya gak masalah juga pilih ponpes yang jauh, kalau dirasa karena belum punya kendaraan jadi harus pake kendaraan umum, ya bisa pilih ponpes yang dekat. Apalagi sekarang banyak banget ponpes di tengah kota.


So, itu dia Buybu. Mungkin agak sedikit ribet ya, tapi begitulah kita memang harus teliti dalam memilih pendidikan di jaman sekarang. Pun gak cuma pesantren aja, semua sekolah pun harus dilihat dengan teliti terlebih dahulu sebelum kita bisa tenang menitipkan putra putri kita untuk menuntut ilmu di sana.

Semoga bermanfaat!

9/10/2020

Kisah Nyata: Hargailah Perjuangan Orangtuamu

September 10, 2020
“Kamu itu sebenernya tidak diharapkan kelahirannya, cuma karena Mbah aja yang minta Mama nambah anak, jadinya kamu dilahirkan deh”

Itu sepotong percakapan yang kudengar dari mulut Mama kepadaku yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Waktu itu aku cuma diam dan tidak begitu menghiraukan perkataannya walaupun sekarang kata- katanya jelas tertanam di dalam otakku.

Aku itu dulu memang anak kesayangan Papah. Makanya Papah sering banget bilang, “Cuma kamu yang bisa Papah andelin”. Padahal aku anak bungsunya, dari 3 bersaudara, kakakku lengkap, yang pertama perempuan yang kedua laki- laki.

Papah itu pekerja keras, beliau bekerja di salah satu perusahaan negara kelas atas dengan gaji yang amat sangat lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup kami berlima. Makanya Mamaku keluar dari pekerjaannya ketika aku lahir, tapi mungkin karena alasan itu juga yang membuat beliau jadi sangat membenciku. Entahlah. Bagaimanapun Mama tetap Ibuku yang udah susah payah mau mengandung dan melahirkanku.
 

Didikan Mama

Ya aku bersyukur dilahirkan di keluarga yang berada dan sangat berkecukupan.
Tapi bener kata orang, harta gak bisa menjamin kita bisa hidup damai tenteram dan bahagia.
Apalagi semua anggota keluargaku orangnya memang unik- unik. Hehe

“Pokoknya Mama gak mau keluarga Papah yang orang kampung itu nginep di rumah ini walaupun cuma semalam”
Itu pun sepotong percakapan yang seingatku kudengar dari mulut Mama kepada Papa. Alhasil siang itu keluarga Papa yang baru datang dari luar kota yang cukup jauh pun hanya mampir sebentar, sorenya langsung pulang lagi karena tidak diperbolehkan Mama menginap di rumah.

Memang banyak sikap Mama yang sebenernya gak sejalan denganku, tapi apalah aku hanya seorang anak kecil. Bahkan Asisten Rumah Tangga pun gak ada yang sanggup lebih dari satu bulan bekerja di rumah.

Pernah denger kan kalau anak itu meniru orangtuanya?
 
Yah, karena didikan Mama itu lah Kakak perempuanku pun tumbuh jadi manusia unik yang juga suka meremehkan orang lain yang keadaan ekonominya “kurang” atau “biasa” aja. Padahal keadaan orang bisa berputar, kita gak selamanya akan ada di atas terus toh?

Sedangkan Abangku mungkin masih lebih mendingan untuk urusan tidak meremehkan orang lain. Abangku sih enggak begitu, cuma yang bikin aku kecewa dengan abang ya karena dua kali pindah kuliah tapi gak ada yang beres. Bayangin orang mah harus cari duit buat bayar kuliah, ini yang punya uang malah kuliahnya dijadiin main- main. Bukankah biaya kuliah itu mahal apalagi sampe pindah dua kali lho?

Mbakku pun sebenernya sama, kuliahnya juga gak selesai dengan alasan pengen nikah.

Hmm gimana? Udah tau kan alasan kenapa Papah bilang cuma bisa ngandelin aku?
Karena ya itu, karakter anggota keluarga yang lain memang aneh- aneh, hehe. Sebenernya banyak banget masalah, ujian, dan cobaan di keluarga ini dan sifat unik yang bisa dijadikan pelajaran tapi kalau diungkap semuanya di sini gak akan cukup satu sesi jadi dikit- dikit aja dulu ya gaes.
 
Kembali ke Abang.
 
Abangku selain kuliahnya gak selesai, dia juga kalo ngomong asal njeplak alias gak dipikir dua kali apalagi saat marah bisa meledak- ledak sampai mengancam. Benar- benar pribadi yang tidak terkendali. Abang pun pernah dikasih modal sama Papah untuk berjualan karena katanya Abang maunya usaha, tapi ya gitu, Abang itu orangnya bosenan jadi gak ada usaha yang bener- bener diseriusin sampe akhirnya yaa sampe sekarang pun masih berganti- ganti usahanya atau pekerjaannya.

Mama Selingkuh

Semua keunikan itu semakin unik manakala kami tau Mama telah mengkhianati keluarga ini. Sedih? Jangan ditanya. Sebenarnya ini peristiwa yang menurutku cukup memalukan untuk diceritakan kalau bukan karena sharing is caring. Intinya aku cuma ingin pembaca bersyukur dengan hidupnya, ambil yang baik dari cerita ini dan buang buruknya yaa.
 
Apa yang ada di pikiran kalian ketika secara gak sengaja mendengar Ibu kalian berbicara mesra lewat telepon dengan laki- laki lain? Terjadinya pun gak cuma sekali dua kali dan ya itulah yang terjadi dengan Mama, ternyata selama ini Mama berpacaran dengan teman sekantornya dulu.
 
Kami juga baru tau kalo Mama punya beberapa hape/ telepon genggam yang diumpetin di dalam lemarinya. Setelah sekian lama curiga dari tingkah laku, gelagat Mama, banyak cerita sampai akhirnya terjadilah peristiwa itu. Ketika Abang akhirnya harus menggeledah lemari Mama dan membawa kabur hape- hape itu sampe harus lari- lari keliling komplek karena dikejar Mamah. Gimana? Apa sudah cukup memalukan?
Abang dan Mama main kejar- kejaran di komplek perumahan kira- kira menurut kalean apa yang akan dikatakan tetangga? Tapi entahlah boro- boro mikirin apa kata tetangga. Pas tau Mamah selingkuh aja udah bikin air mata susah keluar saking kecewanya.

Bayangin aja gaes, Papah waktu itu udah sakit, sakit ginjal, ditambah dikecewain Mamah. Ga kebayang deh rasanya jadi Papah, tapi ya jangan sampe deh kejadian ke kita.
 
Oke lanjut....

Alhasil dengan banyaknya bukti perselingkuhan yang jelas, Papa dan Mama resmi bercerai dan kami bertiga tentu saja ikut Papah. Apalagi aku yang dari awal merasa kelahiranku tidak diharapkan oleh Mama. Hehe

Benar terlihat olehku bahwa Papah lebih lega dan membaik setelah bercerai dengan Mama.

Abang Menikah

Hingga akhirnya tibalah saatnya aku tamat SMA dan masuk kuliah. Alhamdulillah aku bisa kuliah di luar kota, walau sebenernya sedih sih jauh dari Papah. Tapi Papah walaupun jauh selalu berusaha memberikan perhatian terbaiknya kepadaku sampai menitipkan aku pada dosen untuk memastikan aku baik- baik saja. Hampir setiap hari Papah menelpon dan menanyakan keadaanku, Papah bener- bener ngasih aku perhatian dan support yang memang kubutuhkan. Karena setelah Papa dan Mama bercerai, kami sempat loss contact dengan Mama. Jadi Papah terlihat sekali ingin aku tidak merasa kehilangan kasih sayang karena kekurangan sosok Ibu. Waktu itu benar- benar hanya Papah yang perhatian padaku, memberiku support sepenuhnya agar semangat kuliahnya.

Papah masih sakit, sakit ginjal yang bertambah parah dan bertambah sering jadwal cuci darahnya. Sebenarnya Papah sudah sakit semenjak aku masih SD tapi yah namanya juga Papah, Papah itu kuat.
 
Bersyukur Papah masih bisa mendampingi Abang ketika menikah. Walau sebenarnya untuk menikahpun Abang harus dengan sedikit paksaan dari Papah karena menurut Papah, Abang dinilai butuh seseorang yang bisa mengendalikan emosi Abang yang tidak stabil dan sebenarnya yaa tentu saja demi kehidupan Abang yang lebih baik. Seorang Ayah pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya.

Ya, Papah lebih tenang dan lega setelah menikahkan Abang. Jadi, Papah lega karena kedua anaknya yang unik sudah menikah artinya masing- masing sudah punya seseorang yang menjaga. Tinggal aku yang belum.

Masih kuingat jelas sekali ketika Papah menikahkan Abang, ada percakapan sederhana antara aku dan Papah.
“Pah nanti kalo aku nikah, Papah temenin juga ya”
“Iya dong pasti Papah temenin”
, Papah bilang gitu dengan senyumnya yang khas.

Jalan Setapak

Papah Pergi

Walau aku berkuliah di luar kota tapi masih sering pulang ke rumah Papah, kadang seminggu sekali tapi kalau lagi banyak kegiatan bisa dua minggu sekali, dan tentu saja kalau lebaran pasti aku pulang.

Hari itu masih bulan puasa seminggu lagi lebaran, perkuliahan sudah diliburkan jadi akupun pulang.

Sesampainya aku di rumah ternyata penyakit Papah lagi kambuh jadi harus dirawat. Ya, Papah tuh walaupun sakit tapi masih bekerja, jadi kalau tiba waktu cuci darah, bekerjanya hanya setengah hari, jadi setengah harinya lagi untuk waktu cuci darah. Papah sering banget cuci darah sampai kulihat lengan Papah pembuluh darahnya sampai besar- besar.

Papah juga sering masuk rumah sakit ketika penyakitnya kambuh.
Jadi sama seperti hari itu, hari yang waktu itu kuanggap biasa saja, Papah harus dirawat di rumah sakit.

Sampai di penghujung Bulan Ramadhan Papah masih harus dirawat di rumah sakit. Waktu itu usai giliran aku menjaga Papah, Abang datang dan menyuruhku pulang dulu sebentar untuk istirahat, mandi, makan, dan solat.

Akupun pulang tanpa ada perasaan yang aneh- aneh. Aku mandi, istirahat sebentar, makan, dan solat. Pas lagi solat, hapeku berbunyi terus menerus. Setelah kulihat hape, ternyata telepon dari Abang. Abang menyuruhku untuk segera ke rumah sakit.

Aku bergegas kembali ke rumah sakit. Sesampainya disana, ternyata Papah udah ga ada.

Apa tadi Papah sengaja nunggu aku pulang biar bisa pergi. Rasanya duniaku runtuh. Kepergian Papah diiringi takbiran menggema dimana- mana karena besok lebaran.
 

Papah Benar, Aku Bisa Papah Percaya

Aku sedang masa- masanya lagi pusing nyusun skripsi ketika Papah berpulang. Lebaran itu. Suara takbir yang kata orang suara kemenangan namun sampai sekarang selalu terdengar sedih di telingaku.
Tapi kepergian Papah gak aku jadiin alasan buat molor ngerjain skripsi dan lulus tepat waktu karena akhirnya aku bisa lulus tepat waktu, ya, aku lulus dan di wisuda. Wisuda yang benar- benar menyedihkan sebenarnya. Tanpa Papah. Tanpa orang yang selama ini selalu mendukungku, menjagaku, dan ah rasanya ingin menangis ketika mengingatnya lagi.

Pah terimakasih atas semua perjuangan dan pengorbanan Papah, support dan perhatian Papah ke aku selama ini, sampai akhirnya aku lulus kuliah. Aku dengar Papah sering bilang, “Papah percaya sama kamu”
 
Iya aku pegang amanah Papah. Aku bisa Papah percaya.

Aku bisa lulus kuliah. Aku bisa kerja dan menghasilkan. Aku bisa hidupi diriku sendiri. Aku bisa memilih istri yang baik dan menikah walau Papah ga bisa nemenin.
 

Apakabar Mama?

Oh iya gimana kabar Mamah?
Aku sebagai anak tetap berusaha untuk berbakti karena Mama tetap seorang Ibu untukku dan ku tau ga ada Ibu yang sempurna begitu juga dengan Mama.

Segitu dulu aja cerita dari yang bersangkutan.
 

So,...

Pesan Ami buat temen- temen dan diri sendiri, siapapun yang orangtuanya masih lengkap, keluarganya bahagia. Yuk disyukuri, jangan lupa untuk membahagiakan orangtua kita, kalau belum bisa membahagiakan yaaa setidaknya jangan bikin mereka sedih.