Search This Blog

9/03/2021

Short Escape to Ciremai Land Glamping Kuningan

September 03, 2021
Larangan mudik lebaran kemarin bikin kita jadi nyari kesempatan hari libur lain untuk mengunjungi sanak kerabat yang berada di luar kota. Gak cuma itu, tiba- tiba aja kepikiran buat nyobain nginep di glamping gak siiihh?

Nah sebetulnya memang sudah ada rencana untuk menyempatkan diri mengunjungi sanak saudara di jawa tengah, namun karena ada satu dan lain hal secara mendadak ternyata harus maju dari awal rencana.

Jadi kita cuss deh secara mendadak dengan hari yang tersedia 5 (lima) hari libur yang alhamdulillah-nya masih nyisa dari waktu berkunjung ke sanak kerabat.

Alhasil dalam perjalanan pulang yang searah kita juga dadakan berlibur untuk sekedar melupakan ribetnya masalah hidup. Azek.

Melalui ilham yang turun dari langit, akhirnya kami putuskan untuk nyobain pengalaman glamping ke Ciremai Land yang ada di daerah Kuningan.

Yap, ini dia Ciremai Land Glamping Kuningan !

Lokasi

Ciremai Land Glamping terletak di Puncak, Kec. Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat 45552.

Harganya?


Kamar yang tersedia ada berbagai macam tipe dengan kisaran harga mulai dari 700ribu sampai dengan 1,3juta rupiah. Sedangkan saya pesan kamar dengan tipe Golodok Glasshuis dengan kapasitas 2 (dua) orang yang tarifnya 700ribu rupiah.

Kamar Glasshuis ini memang cukupnya hanya untuk 2 orang ditambah anak kecil juga masih cukup makanya saya pesan kamar ini berhubung harganya paling murah juga. Hehe

Bagaimana Perjalanan Menuju Ciremai Land?

Pada saat saya selesai booking kamar via whatsapp, pihak Ciremai Land sudah memberikan info mengenai jalan mana yang harus kami tempuh untuk sampai kesana.

Yang pasti saya ingat adalah, mereka melarang atau menganjurkan untuk menghindari jalan Dano karena jalannya rusak. Untuk itu, saya juga mewanti- wanti pak suami nih untuk memperhatikan ini. Jujur saja, saya termasuk yang takut kalau berkendara di tempat seperti ini, yang naik- naik ke puncak gunung, apalagi sebelahnya jurang dan hanya muat satu kendaraan, ditambah sekeliling hanya itu ada hutan saja dan hari itu kebetulan hujan. Belum lagi, di tengah perjalanan saya melihat babi hutan tengah berlari. Huhu

Tapi alhamdulillah setelah "seru"nya berkendara, kami sampai juga ke Ciremai Land. Walau di tengah jalan sempat ragu karena ada belokan menurun dengan lahan sempit yang ternyata memang kesitu jalannya.

Perjalanan berangkat berjalan jauuuuh lebih lancar daripada cerita saat pulang nanti karena kami pulang lewat jalan Dano. Hahahah

Kamar Golodok Glasshuis dan Fasilitasnya

Baiklah, saya, suami, dan kimi telah sampai dan check in di kamar Golodok Glasshuis. Kabut begitu pekat menutupi pemandangan indah di depan kamar. Amat disayangkan sebenarnya karena kami datang ketika hari turun hujan.
Tapi tentu tidak mengurangi pengalaman baru yang kami dapat selama glamping yang kata orang kepanjangan dari glamour camping. Bener gak yaaa? Hehe

Tempatnya memang tidak se-glamour itu, masih bisa dibilang sederhana lah yaa mungkin karena kami di kamar Golodok yang notabene adalah kamar paling kecil yang hanya terdiri dari satu kasur untuk berdua dan meja kecil di sebelah tidur, dan tentu saja ada kamar mandinya. Untuk tempat duduk santai tersedia sih di depan kamar, namun kebetulan pemandangannya saat itu kurang enak diliat karena selain langitnya mendung berkabut, juga karena di depan kamar sedang ada pembangunan jadi malah liat excavator gitu sama tukang- tukangnya. Haha

Sensasi tidur dengan langit dan pintu terbuka karena terbuat dari kaca adalah kadang horor juga takut ada putih- putih melati alibaba yang terbang. Hihi

Kalau masalah suhu sih gak begitu dingin sih kalo menurut saya, mungkin apa karena terbiasa di Bandung haha walau tetap dingin tapi gak sedingin itu ternyata gak perlu pake jaket pun ya gak papa. Apalagi waktu dinginnya hanya di malam dan subuh hari, selebihnya suhu kembali ke suhu normal.

Layaknya di hotel, di atas kasur sudah disediakan dua buah handuk dan di meja kecil sudah disediakan dua botol air mineral, teh celup, kopi untuk diseduh, teko listrik air panas, dan beberapa permen alpenl*ebe. Di laci meja juga sudah tersedia alat solat, yaitu sajadah dan Al- Quran.

Sedangkan untuk fasilitas kamar mandinya, tidak disediakan sabun mandi, sikat gigi, apalagi shampoo. Hanya tersedia sabun cuci tangan saja. Jadi kalo bisa bawa peralatan mandi sendiri yaaa.

Tidak Membawa Makanan dari Luar

Oh ya, Ciremai Land juga melarang untuk membawa makanan dari luar karena di sana telah disediakan menu makanan, yang apabila ingin memesan tinggal pesan via Whatsapp dan pihak Ciremai Land pun akan mengantarnya ke kamar.

Menu makanan dan minumannya memang tidak banyak, tapi ya cukup untuk cemilan menemani kami menghabiskan waktu di kamar kecil itu.

Untuk makanannya, saya dan suami memesan pisang bakar, roti bakar, nasi tutug oncom dan nasi goreng. Untuk menu paling enak menurut saya pisang bakarnya, yang lainnya standar saja. Oh iya, ada juga menu paket untuk barbeque-an di depan kamar lho. Tapi sayang makanannya lupa ga difoto hehe

Sarapan


Nah pada pagi hari, sarapan di buka sampai dengan jam 10 pagi, mantap ya lama juga bukanya. Oh iya, harga penginapan sudah include sarapan yaa. Menu sarapannya juga tidak banyak, hanya terdiri dari roti bakar, empal gentong, juga ada susu murni, kopi, dan teh.

Perjalanan Pulang


Nah ini dia pengalaman yang paling meng-gimana ya saya juga bingung menggambarkannya. Jujur saja dari awal saya punya feeling ga enak nih sama Jalan Dano itu yang katanya rusak itu. Tapi kata pihak Ciremai Landnya, kalau perjalanan pulang lewat sana masih aman saja, didukung oleh suami saya yang tenang dan menurut saja. Akhirnya kami diantar oleh guide dari pihak Ciremai Land untuk pulang melalui Jalan Dano karena jalanannya hanya muat satu mobil dan kami juga gak tau jalan, jadi harus diguide.

Ternyata jalanannya separah itu, rusak parah sampai sempat bunyi entah bagian mobil bawah mana yang kena gesrek. Sampai suami bilang, kirain gak separah ini jalanannya. Sayangnya saya gak sempat foto- foto jalanannya, tapi asli jalanannya rusaknya parahnya banget banget, walau akhirnya alhamdulillah guide selesai dan kami berhasil melewati jalanan rusak itu.

Rem Blong?


Tapi ada yang tidak diketahui guide apa yang terjadi setelah itu, karena ketika sudah sampai di Kuningan, rem mobil mulai blong. Ini bahaya sih, apalagi kalo yang hobi ngebut dan gak sadar remnya tiba- tiba blong.

Untungnya suami saya sadar ada yang aneh sebelum remnya benar- benar blong. Akhirnya kami berhenti di pom bensin sambil mencari pertolongan melalui montir panggilan yang ada di google. Walau sempat menunggu lama dan Kimi sedikit rewel, akhirnya ada juga montir yang mau dateng menolong. Pokoknya bersyukur aja waktu itu, pasti pertolongan mah ada aja. Ya gak coy?

Ya mungkin pihak Ciremai Land bilang aman- aman saja karena yang mereka tau hanya sebatas ketika mengantarkan kita keluar dari jalan rusak itu, yang terjadi selanjutnya? Ya beginii...

Fyuh yang penting alhamdulillah kami bisa kembali ke rumah dengan selamat sentausa mengantongkan pengalaman seru yang kalo disuruh ngulang lagi ya mikir lagi ahahaha

5/29/2021

Apakah ada Seorang Ibu yang Tidak Ada Surga di Telapak Kakinya?

May 29, 2021
Buibu percaya gak?

Saya sih inginnya tidak mau mempercayai ini, yaitu fakta bahwa tidak semua ibu benar- benar menyayangi anaknya dengan perasaan tulus ikhlas.

Mungkin sudah banyak cerita yang kita dengar tentang ibu macam ini, hingga ada buku juga yang berjudul "Ibuku tak menyimpan surga di telapak kakinya" karangan Triani Retno.

Miris memang. Kok bisa? Saya pun tidak tahu, mungkin penyebabnya bisa sangat beragam.

Tapii yang ingin saya katakan bahwa apakah kita juga sudah cukup siap menjadi ibu yang ikhlas, yang sadar akan tanggung jawabnya, yang sadar bahwa hamil dan melahirkan adalah murni keinginan orangtua, jadi merawat dan membesarkan anakpun merupakan tanggung jawab orangtua.

Ya, tanggung jawab orangtua, artinya tidak perlu ada orangtua yang pada akhirnya meminta dibalas kebaikannya karena dulu telah melahirkan, menyusui, membesarkan sang anak. Maksud saya, tidak perlu memintapun, ketulusan kasih sayang ibu akan membuat hati sang anak cukup tahu diri untuk berusaha membalasnya.

Jadi, bukan keinginan anak untuk dilahirkan, pun anak tidak bisa memilih dilahirkan dari rahim yang mana. Maka keputusan untuk punya anak adalah murni tanggung jawab orangtua, bukan?

Tapi kenapa masih banyak orangtua yang berpikiran bahwa anak adalah milik orangtua? Padahal akhirnya kitalah yang seolah jadi seperti milik anak.

Bukankah apa yang kita lakukan selalu untuknya?

Entahlah, pemikiran ini terjadi karena ada fenomena liar yang sebenarnya sudah banyak terjadi di sekitar kita.

Kenapa ada ibu yang seperti itu?
Apa benar ada ibu yang di kakinya tidak terdapat surga?

Lalu yang lebih membingungkan, dari segi agama kita harus benar- benar berbakti kepada ibu hingga Nabi SAW menyebutkannya sebanyak tiga kali.

Tapi bagaimana dengan ibu yang suka menyiksa anaknya? Bagaimana dengan ibu yang tidak menganggap anaknya? Bagaimana dengan ibu yang tidak peduli? Bagaimana dengan ibu yang tidak bertanggungjawab? Bagaimana jika ibu suka berbohong dan mengada- ada? Bagaimana dengan ibu yang sifatnya begitu buruk hingga kita tidak dapat lagi melihat teladan darinya?

Rasanya memang agama tetap meminta untuk harus tetap berbakti walau bagaimanapun buruknya sifat ibu. Mungkin itulah sabar, itulah syukur, itulah cara Allah berkomunikasi bahwa iya, begitulah hidup, jangan bergantung kepada manusia, bergantunglah hanya pada-KU.

Entahlah, rasa- rasanya aneh, akan ada banyak pemikiran yang cukup rumit untuk dimengerti oleh orang- orang normal seperti kita. Yang akan tetap berusaha baik meski dunia tidak melihatnya.

Mudah- mudahan kita termasuk ibu- ibu yang ikhlas hingga keikhlasan itu pun sampai ke hati anak- anak kita sampai mereka dewasa nanti.

Aamiin

4/19/2021

Dampak Negatif Terlalu Sering Berkata Kasar

April 19, 2021
Ting Nong Ning Gung
Ting Gung Ning Nong
 
Bunyi notifikasi whatsapp dari hape malam itu saya abaikan begitu saja karena saya lagi sibuk masak nasi goreng untuk makan malam.

Oh ya memang tidak selalu, tapi saat itu entah kenapa saya walau sedang masak pun, hape selalu berada di dekat saya. Haha padahal sedang tidak buka resep apapun juga, wong masaknya juga cuma nasi goreng. 
 
Tumben saya tidak penasaran jadi hape gak saya buka- buka, setelah sekian lama saya buka tu hape. Ternyata chat dari teman lama, dia mengirim screenshoot (ss) komentar pada foto lama kami, foto yang diupload sekitar tahun 2011-an, yang mengomentari ini teman lama juga yang tentu saja tidak ada fotonya disitu, namun yang membuat saya terkejut adalah isi dari komennya yang adalah caci maki kata- kata kasar, sangat kasar malah. Hmm yang ada di benak saya saat pertama kali baca kata- kata itu adalah, "Wadaw wadidaw, masa sih? Benarkah? Tidak mungkin. Tapi bisa aja sih. Tapi masa sih? Benarkah? Tidak mungkin. Tapi bisa aja sih. Tapi masa sih? Benarkah? Tidak mungkin."
Begitu aja terus muter- muter. Xixixi

Jadi, kita sebut saja teman yang mengirim ss ke saya itu Tika, yang berkomentar buruk itu Sita, dan yang dikomentari caci maki di foto itu adalah Dipa. Nah, saya ngapain ya? Apa hubungannya dengan saya ya? 

Saya dulunya adalah teman dekat dari Tika dan Dipa yang fotonya dikomentari tersebut. Saya pun kenal dengan Sita walau tidak sedekat Tika dan Dipa. Jadi posisi saya disini hanyalah orang yang dimintai pendapat saja sebenarnya oleh si Tika, karena dia tau kalau minta pendapat ke saya itu gratis.
Dampak Negatif Terlalu Sering Berkata Kasar

Nah Tika ini pun sebenarnya gak ada masalah apapun, karena yang bermasalah adalah Sita yang menuliskan komentar negatifnya kepada Dipa di foto yang diupload oleh Tika. Duh saya nih belibet gini ya menjelaskannya. Intinya komentarnya tuh nggak banget, tidak berkelas dan tidak berpendidikan gitu. Saya saja malu saat membacanya, apalagi yang menulis atau yang dikatain ya?

Jadi, Tika ini bilang ke saya bahwa dia takut saat baca komentar itu karena kata- katanya kasar dan full of negativity lah, apalagi gara- gara komentar itu muncul di timeline fb, teman yang lainnya jadi ikut bertanya kebenarannya kepada si Tika padahal dia gak tau apa- apa dan gak mau ikut campur.

Pertanyaan Tika untuk saya adalah, "Menurut lu, gw harus gimana Mol?"

Nah lho, saya pun sebenarnya bingung. Tika berhasil membagi rasa takutnya kepada saya, saya takut apa yang ditulis itu benar, tapi saya lebih takut lagi kalau itu fitnah dan menyebar tanpa ada yang tau bagaimana kebenarannya.

Saya hanya berani menyarankan, "Hapus Tik, jangan sampai lebih banyak lagi orang yang baca, kasian. Pertama kasian sama yang tertuduh, kedua kasian juga sama yang nuduh. Gw juga bingung sebenernya tapi yaudalah sementara ga usah prasangka apa- apa dulu."
Padahal saya bilang seperti itu sambil dalam hati masih berprasangka dan mengira- ngira. Hehe

Tika: "Apa mungkin Facebooknya dibajak ya Mol soalnya kasar banget kata- katanya?"
Saya: "Mungkin aja, ada baiknya kita langsung tanyakan pada yang bersangkutan"
Tika: "Iya deh mending gw wa aja deh ke Sita"
Saya: "Iya dah sono"

Beberapa abad kemudian,
Tika: "Gw udah wa Sita mol, katanya bener dia yang nulis dan emang sengaja nulis begitu buat mancing doang."
*Yassalam mancing ikan apaan dia pake kata- kata begitu?
Saya: "Waw" (bingung mau nanggepin apa)
Tika: "Gw bales apa ya mol? Apa gausah dibales ya?"
Saya: "Bales aja oke deh atau ga usah dibales juga tak apeu"
Tika: "Yaudah lah ya gw ga mau ikut- ikutan ah serem"
Saya: "Iya udahlah kita ga usah bahas- bahas lagi aja".

Kemudian, apakah semudah itu saya melupakannya?

Oh tentu tidak, Fernando. Karena keesokan paginya saya langsung menghubungi Dipa. Ingat kan? Dipa adalah orang yang dicaci maki Sita di komentar foto facebook itu. Nah setelah saya konfirmasi dan mendengar cerita dari sisi Sita, saya pun akhirnya mengerti ternyata benar apa kata suami saya yang berpendapat "Ah ini mah paling juga salah paham aja" ketika saya tunjukkan ss-an yang dikirim Tika.

Saya percaya dengan Dipa bukan karena dia teman dekat saya, tapi karena saya juga disini melihat perbedaan orang yang bijak dan kurang bijak dalam menyikapi masalah. Orang bijak harusnya taat pajak dong, selain itu dia juga harus bijak dalam memilah dan memilih kata- kata. Ya toh?

Kata- kata kasar yang diucapkan apalagi dituliskan dalam komentar media sosial, selamanya akan menjadi rekam jejak kita. Kalaupun sudah dihapus misalnya, bagaimana dengan ss yang sudah menyebar? 
 
Nah ada hal yang saya pelajari dari peristiwa kali ini bahwasanya sangat penting bagi kita untuk menjaga kata- kata kepada siapapun, baik kepada teman apalagi kepada anak. Kata- kata yang terucap dari seseorang menurut saya merupakan cerminan dari orang itu sendiri. Mungkin saya bilang begini karena saya pun pernah merasa terlalu banyak berkata- kata dan ketika saya sadar saya terlalu banyak berkata- kata, maka yang saya rasakan adalah semakin besar lah rasa bersalah saya.

Jangan juga artikan bahwa saya mendukung aksi diam. Tidak. Hanya saja, berhati- hatilah dalam berkata- kata, pilihlah dengan bijak kata- katamu. Selain karena mulutmu harimaumu, ternyata sering berkata kasar juga banyak dampak negatifnya lho. Ada 5 dampak negatif berkata kasar seperti yang saya lansir dari idntimes.

Ini dia dampak negatif kalau kamu terlalu sering berkata kasar.

1. Sulit menemukan hal positif dalam Hidup 

Terlalu sering mengumpat dan berkata negatif, baik kepada orang lain maupun kepada diri sendiri, akan membuat kamu sulit menemukan hal positif atau hal baik yang ada pada dirimu sendiri, bahkan kamu pun akan kesulitan untuk sekedar mengakui kebaikan yang dilakukan orang lain.
 

2. Dikucilkan 

Orang yang suka berkata kasar akan dipandang sebagai orang yang kurang cerdas karena ketidakmampuannya dalam menghadapi lingkungan dengan baik. Marah terhadap suatu hal boleh saja, semua orang pasti juga pernah merasa kecewa, namun kamu juga perlu untuk belajar tenang menghadapi segala permasalahan. Karena semakin sering keluar kata- kata kasar dari mulutmu, maka akan semakin buruk juga pandangan orang terhadap diri kamu, akibatnya banyak orang mengucilkan kamu karena terlalu sering berkata negatif dalam hidup.

3. Sulit mendapatkan ketenangan dalam hidup 

Karena orang yang suka ngomong kasar dipenuhi dengan pikiran dan perasaan negatif, maka akan sulit merasakan ketenangan dalam hidup. Pasalnya, kedamaian hidup hanya akan didapat kalau banyak hal positif pula yang kamu lakukan dalam hidup, bukan?
 

4. Sulit mencapai keberhasilan dalam hidup 

Dampak lanjutan dari pikiran, perasaan, maupun perkataan yang selalu negatif, sehingga ketenangan hidup tidak pernah didapat, bagaimana kamu mau mencapai keberhasilan kalau begitu?
 

5. Menurunnya Rasa Percaya Diri 

Kalau kamu adalah orang yang suka mencaci maki, berkata kasar, suka meneriakkan kata- kata negatif artinya justru kamu adalah orang yang tidak percaya diri. Kamu membuat orang lain seakan- akan lebih buruk dari dirimu padahal kata- kata buruk itu sendiri adalah cerminan asli dari si pelontar kata- kata. Belum lagi karena kamu terlalu sering berkata kasar, maka orang lain akan sulit menghormati dan mendukungmu sehingga kamu akan semakin merasa tidak percaya diri.

 
Nah itu dia lima dampak negatif kalau kamu terlalu sering berkata kasar. Mulai sekarang yuk kamu, Sita, aku, dan kita sama- sama mengubah kebiasaan buruk kita terutama dalam berkata- kata.

Semoga bermanfaat
Salam


3/20/2021

Kakak Pandai Bersyukur

March 20, 2021
Waktu itu seperti biasa, kami sudah tiba di rumah sepulang dari kantor. 

Seperti yang juga saya biasakan kalau sudah tiba di rumah pasti saya selalu bilang kepada Kimi anak saya, "Yey udah sampai rumah, alhamdulillah... Alhamdu?lillah..."

Biasanya kimi akan mengikutinya, "alhamdulillah..."

Hari itu kimi mengulangi ucapannya beberapa kali, dia bilang alhamdulillah berkali- kali sambil menaiki tangga di luar rumah hingga tiba di depan pintu masuk.

Saya bilang, "Eh pinter, Kakak banyak bersyukur ya"

Oh iya, sebelum saya tau hamil anak kedua, kimi sudah minta dipanggil kakak dan terus menerus memanggil dirinya kakak. Padahal tadinya saya ingin dia dipanggil teteh atau mbak, jadi ya sudahlah seperti panggilannya kepada saya yang berbeda dengan yang saya minta, saya ikuti saja haha.

"Bagus kakak, kita memang harus banyak bersyukur supaya dikasih lebih banyak kebaikan. Karena kalau mengeluh, nanti yang kita dapat bukan lebih banyak kebaikan malah sebaliknya"

Oh ya, saya bilang begitu yang juga membuat hati saya tertohok hehe secara saya juga belum menjadi hamba yang pandai bersyukur. Jadi hati saya juga berkata, "wah kok bisa saya berkata seperti itu, yang memang benar adanya dan bukan main- main bahwa Allah akan menambah nikmat bila kita bersyukur. Sedangkan saya juga masih banyak mengeluh".

Jadi malam itu saya bermain bersama kakak dengan hati yang terus merasa dan terus berdoa mudah- mudahan keluarga kecil kami bisa menjadi ahli syukur, jadi hamba yang lebih baik lagi. Pandai mensyukuri hingga lupa cara mengeluh.

Aamiin

2/18/2021

Cerita Semalam

February 18, 2021
Entah kapan terakhir kali saya menulis di blog ini, rasanya lama betul. Hehe

Semalam habis baca tulisan seorang teman yang entah kenapa sungguh menohok hati saya. Kalau saya dan buibu harus iri mungkin pantas bila seorang teman ini membuat kita iri.

Kenapa boleh iri?

Bahwasanya saya lihat dia bercerita tentang budaya di keluarganya, betapa dekat keluarganya dengan agama, padahal pun hidup keluarganya lebih dari berkecukupan.

Oh ya, tapi kenapa saya tahu? Apa dia pamer? Apa dia menceritakannya juga dalam tulisannya?

Sayangnya sama sekali tidak.

Saya tau karena dia teman saya di jaman sekolah dulu, saya tau bisa dibilang dia itu orang kaya, yang beneran kaya, gak cuma hartanya tapi juga kaya ilmu dan hatinya, terlebih dia dekat dengan agama.

Maka semalam tadi, bagaimana mungkin hati saya tidak tersentak, bagaimana mungkin saya tidak iri, bahwa saya aja yang hartanya sedikit masih sering enggan untuk lebih dekat lagi dengan agama.

Maksud saya sih, kadang banyak orang yang kalau sudah diberi kelimpahan harta, maka akan lupa pada tuhannya.

Berbeda dengan teman saya dan keluarganya ini. Sungguh saya ingin bukan sekedar hijrah kebanyakan tapi benar- benar menjalankan.

Mudah- mudahan saya selalu ingat dan ini memang pengingat bahwa Allah pernah mengetuk pintu hati saya di malam itu.

Bismillah sudah diingatkan harusnya bisa menjalankan. Aamiin

1/05/2021

Pengalaman Menyapih yang Menyenangkan

January 05, 2021
Menyapih mungkin bukan hal besar bagi sebagian orang, tapi bagi saya, menyapih adalah proses yang luar biasa.

Bagaimana tidak?

Yang saya pikirkan sebelum akhirnya mendadak harus benar- benar menyapih kim oh ra gara- gara daycare libur adalah harus siap, karena kebetulan ada jeda beberapa hari yang bisa saya manfaatkan untuk mempersiapkannya.

Persiapannya sudah saya share di tulisan sebelumnya.

Sebelum siap, pastinya saya ada rasa takut apa saya bisa menyapihnya semudah itu?

Bahwa nampaknya menyapih itu rasa rasanya agak mirip dengan patah hati akibat putus cinta.

Hihi lebay

Tapi memang begitulah yang ada di pikiran saya. Setidaknya sebelum saya akhirnya siap menyapih, saya harus merasakan apa kira- kira yang akan dirasakan kimi ketika harus berpisah dari kebiasaan lamanya, yaitu nenen.

Nah katakanlah, kimi dan nenen sudah jadian selama kurang lebih dua tahun, selama kurun waktu itu banyak hal manis terlewati, apalagi kenyamanan yang sudah amat dirasakan kimi ketika bersama- sama si nenen.

Seketika kebersamaan itu harus dipisahkan. Kira- kira apa yang dirasakan kimi kalau tidak patah hati?

Tapi gak cuma kimi yang patah hati, sebetulnya ibu yang punya nenen juga patah hati. Ya Ami juga patah hati Buybu.

Kalau selama nenen, tercipta kedekatan yang nyata antara ami dan kimi, sekarang tidak akan ada lagi momen itu.

Walau tetap ada banyak momen kedekatan tapi tidak ada yang seintens ketika kita menyusui, saat kimi tetap menyanyi walau mulutnya lagi nenen, saat saya mengajarinya nama- nama bagian wajah sambil nenen, hingga sampailah saat kimi menunjuk dan menyebutkan nama- nama bagian wajah dan tubuh sambil nenen yang menandakan ya, dia mengerti yang saya ajarkan padanya selama ini.

Oh ya, juga saat saya menganggap lucu wajah seriusnya ketika nenen, haha entah kenapa rasanya lucu sekali, serius banget sih dia, padahal cuma nenen.

Banyak banget momen indah yang tentu saja sulit dilupakan, dan itulah alasan kenapa sebelumnya saya bilang bahwa menyapih itu persis patah hati.

Maka untuk menyiasatinya tentu harus memperlakukan anak bayi seperti orang yang sedang patah hati, salah satunya dengan memberikan kasih sayang ekstra agar dia tidak merasa penyapihan ini sebagai momen kehilangan kasih sayang karena pada kenyataannya menyapih adalah proses awal kemandirian si kecil.


Di atas keberhasilan proses menyapih tanpa drama adalah hal ini, yaitu hal yang paling membuat saya takjub, ternyata kimi mengerti atas apa yang saya katakan padanya.

Jauh sebelum jatuh periode penyapihan, saya sudah mengatakan bahwa, nenen hanya untuk anak bayi, jadi kalau kimi sudah berusia dua tahun artinya dia sudah bukan bayi jadi sudah tidak nenen.

Akhirnya dia benar- benar lepas dari nenen tanpa harus saya oleskan "sesuatu" pada si nenen agar kimi tidak lagi doyan nenen.

Saya pikir, semakin besar semakin dia mengerti untuk disapih, dan usia dua tahun benar waktu yang tepat untuk melepasnya dari nenen.

Selamat lulus asi, Kim Oh Ra yang pinter nan soleha ❤️

"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian," (Q.S Al-Baqarah: 233)




12/23/2020

Anak Itu Kan Titipan? Kok Malah Dititip Lagi?

December 23, 2020
"Anak Itu Kan Titipan? Kok Malah Dititip Lagi?"


Itu adalah kalimat yang seringkali saya becandakan kepada diri saya sendiri.

Tapi lagi- lagi ya ini dia, hidup itu pilihan, sama halnya dengan menjadi ibu bekerja di kantor dan memilih berkarir di kantor atau menjadi ibu bekerja di rumah yang memilih berkarir di rumah.

Biar bahasanya sama ya, karena ibu yang di rumah itu juga bekerja bahkan hampir 24 jam. Jujur aja yang saya rasakan punya ibu yang merupakan ibu rumah tangga adalah rasanya santai sekali karena ibu dengan sepenuh hati bagai memanjakan siapapun yang ada di rumah sampai hal remeh sekalipun seperti tak kenal lelah.

Sedangkan kita? Eh saya, kenal sama si lelah, baru pulang kantor aja udah lelah. Hehe

Apa itu mudah?

Jawabannya tergantung kita sendiri.

Kali ini, maksud saya, sampai saat ini saya masih memilih menjadi ibu bekerja walaupun dorongan untuk mengasuh anak sendiri pun begitu kuat. Mungkin beginilah naluri seorang ibu, tapi sementara ini saya masih harus bekerja karena alasan- alasan yang saya rasakan entah hanya pembenaran atau pembetulan.

Hehe

Nah menjadi ibu bekerja maka ada lagi yang dihadapi, yaitu memilih daycare atau tempat penitipan anak terbaik.

Jadi ceritanya, sebelum saya benar- benar yakin pada satu daycare, pastinya saya melanglangbuana terlebih dahulu untuk melihat- lihat daycare mana saja yang terbaik.

Apa saja yang harus dipertimbangkan dalam memilih daycare tentu tergantung kebutuhan masing- masing, maksud saya, bagus menurut saya belum tentu bagus menurut ibu lain, atau, nyaman menurut saya belum tentu nyaman menurut ibu lain. Begitupun sebaliknya.

Yang saya pertimbangkan ketika memilih daycare tentu saja salah satunya dari kualitas daycare itu sendiri yang bisa dirinci sebagai berikut

Pertama, harus sejalan dengan kantor
Kedua, kebersihan lingkungan
Ketiga, suasana di daycare
Keempat, kualitas pengajar

Saya ada cerita yang terjadinya tentu saja sebelum ada corona alias Covid-19 ini, tepatnya ketika Kimi usia 3 bulan dan saya sudah akan masuk kerja dan saya harus mencari daycare tempat kimi akan dititipkan selama saya bekerja.

Nah ketika memilih daycare, kalau saya entah kenapa ya orangnya lebih ya cuek aja, sedangkan suami saya lebih cerewet dan dengan teliti melihat bahwa daycarenya harus juga ada kualitasnya.

Di sini sih saya jadi merasa ya udah mungkin ini yang namanya saling melengkapi antar pasangan, kalau yang satu cuek ya yang satunya menyadarkan yang cuek ini. Haha

Karena ya jujur aja entah kenapa saya gak mikir semuluk itu, ya masih bayi juga yaudah aja sih gitu kannn. Ibu macam apa coba saya? Ckck untung suami menyadarkan saya bahwa ya justru karena masih bayiii haha

Waktu itu ada beberapa daycare yang kami lihat- lihat

Cukup banyak karena yang dicari ya cuma di daerah situ aja yang selalu kita lewatin kalau berangkat dan pulang kerja.
Pertama, daycare di daerah Arcamanik, harga murah banget tapi tempatnya terlihat gak begitu bersih, jadi coret dari list.

Kedua, daycare di daerah Cisaranten, yang susah banget nemunya harus nyasar dulu ke jembatan dan jalan buntu, pas nyampe ya gak cocok juga karena kayak terpencil gitu tempatnya.

Ketiga, ada banyak banget nih daycare di daerah Antapani yang bagus- bagus dan dikenal banget lah, pertama Growing Tree yang udah penuh kuotanya, Picupacu yang ternyata usia termuda itu 2 tahun kalau ga salah, Dunia Anak Cerdas yang waktu itu lagi libur, dan terakhir ketemu lah yang cocok banget yaitu Sekolah Lare Alit (LA) yang akhirnya disitulah Kimi dititipkan.

Mungkin sekolah juga jodoh- jodohan kali ya.

Karena LA ini pas banget ada di pinggir jalan raya jadi aksesnya mudah ga perlu masuk- masuk lagi, apalagi di sini ada STIFIN-nya. Tau kan tes stifin? STIFIN itu singkatan dari lima sifat genetik manusia yaitu Sensin, Thinking, Insting, Feeling, dan Intuiting. Nah, kalau di LA, tes stifin ini perlu dilakukan untuk mengenal karakter anak didik supaya para guru didiknya tau bagaimana cara mendidik anak yang baik dan benar. Kalau belum tau stifin, searching aja yaa atau nanti kita bahas di lain kesempatan.

Setelah ada corona dan daycare diliburkan untuk waktu yang cukup lama, saya sempat beberapa kali mencari pengasuh di rumah karena juga setiap dapat pengasuh ada yang gak bisa lama jadi berhenti, cari lagi berhenti, hingga sampai di cerita drama ART itu saya tulis akhirnya gak ada lagi pengasuh.

Dulu suami saya pernah bilang bahwa dia gak mau punya anak yang deketnya sama orang lain selain ibunya sendiri. Entah itu lebih deket ke neneknya atau bahkan lebih deket ke pengasuhnya.
Setelah itu saya mendengar cerita dari beberapa tetangga saya dan pengasuhnya kalau anaknya itu udah deket dan nempel banget sama yang ngasuhnya sampai drama kalau yang ngasuhnya udah harus pulang ke rumah.

Nah melihat keadaan sekarang ketika kami sulit mendapatkan pengasuh mungkin saja karena ucapan dan pemikiran sang suami waktu dulu. Mungkin ya. Mungkin. Entah kenapa saya merasanya seperti itu, bahwa ya ini sebenarnya yang kita butuhkan atau malah yang kita inginkan. Yaitu kedekatan anak nomor satu ya orangtuanya, terutama ibunya.
 
Walau menurut saya pake jasa pengasuh jauh lebih praktis daripada di daycare, tapi dengan anak di daycare yang saya rasakan perkembangannya jauh lebih terlihat.
 
Tentu saja apapun itu saya bersyukur untuk bisa selalu ada untuknya